Halaman 4

16 3 0
                                    

5 Februari 2021 – lanjutan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

5 Februari 2021 – lanjutan

Tugas selesai sebelum jam lima sore, tepat ketika jajanan-jajanan—baik suguhan Keisha maupun yang dirampok Vian-Jona dari minimarket—habis. Video sudah diunggah, status media sosial sudah diterbitkan, makalah pun sudah dicetak; tinggal menunggu presentasi esok hari. Pamitlah para pemuda kepada ibu Keisha. Namun, waktu Vian dan Josh pamit pulang, Jona malah izin mengajak Keisha jalan-jalan.

"Jangan boleh, Te, nanti diculik Keishanya!" Tumben Josh mendahului Vian nyeletuk dari jok belakang motor Vian. Wis ketularan alay-e Vian, keluh Keisha dalam hati.

Ibu tertawa menanggapi. "Sudah biasa Jona nyulik Keisha, tapi sebelum gelap lak sudah dikembalikan."

'Dikembalikan', emang barang? Keisha menggembungkan pipi. Jona di sebelahnya sedikit salah tingkah, apalagi ketika bahunya ditepuk oleh calon mertua.

"Bener, tho, Jo?"

"I-Iya, Te ...."

Melihat ini, duo maut makin heboh menyerukan 'prikitiw', 'icikiwir', dan kawan-kawan yang makin lama makin menyerupai bahasa planet lain. Keisha yang mukanya panas maksimal langsung berpaling pada keduanya.

"Ndang pulango kalian!"

Barulah Vian dan Josh berkendara ke timur, itu pun dibarengi ucapan selamat ngojob[1]. Seakan-akan, Keisha dan Jona mau kencan betulan saja, padahal rencana Jona cuma mengajak Keisha jalan kaki keliling kompleks. Pemuda itu sudah membuat kesepakatan dengan Bapak di awal pacaran, yaitu memulangkan Keisha maksimal jam enam petang. Saat itu hampir setengah enam; tak ada waktu untuk jalan jauh-jauh.

[1. pacaran]

"Jadi, mau ngomong apa?"

Jona mengusap tengkuknya. "Ketok[2], yo?" Meski awalnya canggung sambil meringis-ringis, ia kemudian meneruskan dengan serius. "Pas aku mbahas tempat yang kita nggak iso ngobrol langsung tadi, wajahmu koyok nggak enak ngono, terus aku kepikiran. Sori."

[2. keliatan]

Rupanya itu. Keisha tersenyum dan mengangguk pelan. "Woles," ujarnya sambil menengadah ke arah Jona. "Tibakno[3] kamu kangen tempat itu juga."

[3. Ternyata]

"Soale kamu bener kemarin. Yoopo-yoopo, rumah kita nggak di sini. Ya kangenlah akhire."

Melihat wajah pacarnya sendu begitu, Keisha tak tahan untuk meraih tangan Jona. Baru digamit, Jona yang menekuri paving sontak menarik tangan macam orang kesetrum.

"Kei, sori, sori! Aku nggak sengojo megang kamu!"

"Yoopo, se? Kan memang aku sing megang," kikik Keisha yang membuat Jona melotot, lalu memalingkan muka jengah.

"Sama Bapak nggak boleh pegangan kalo nggak darurat." Jona mengingatkan.

"Tau. Kan mumpung nggak ada Bapak ini," sahut Keisha jahil, tetapi ia tetap tidak memegang tangan kekasihnya. "Ojok[4] sedih, ta. Kalo sedih nanti tangannya takpegang."

Happy Hypoxia ✅Where stories live. Discover now