18 - Pertemuan atau Perpisahan?

1.8K 213 58
                                    

"Pertemuan itu tak akan pernah dihargai tanpa adanya suatu perpisahan."

***

Michelle dan teman-temannya segera keluar dari ruang koas setelah mengikuti bimbingan bersama dokter Franklin. Selain karena mereka sudah tak kuat mempelajari sebuah materi selama berjam-jam, mereka juga tak kuat untuk duduk lebih lama lagi. Badan Michelle terasa sangat pegal setelah duduk selama tiga jam di kursinya. Selama bimbingan Michelle tak bisa fokus sehingga kini dia tidak begitu paham dengan materi yang dijelaskan barusan.

Michelle dan teman satu stasenya langsung keluar dari ruang koas setelah pertemuan ini dibubarkan oleh dokter Franklin. Beberapa diantara mereka yang sudah tak ada jadwal lain langsung pergi menuju kantin rumah sakit untuk mengisi perut yang sudah kosong selama berjam-jam. Sementara Michelle dan teman-teman lainnya memilih untuk langsung pergi menuju ruang IGD tanpa mampir ke tempat lain terlebih dahulu.

Sore ini Michelle mendapatkan jadwal jaga di ruang IGD sampai malam. Adik koas atau dokter muda di rumah sakit Mutiara Harapan yang sedang menjalankan koasnya di stase ilmu penyakit dalam tidak hadir pula. Dengar-dengar dari para petugas medis, katanya sih mereka semua saat ini sedang menjalani bimbingan.

Sebenarnya, ketidakhadiran mereka kali ini tak menjadi masalah besar bagi Michelle dan teman-temannya yang sedang menjalani tugas jaga. Hari ini sangat berbeda dari hari-hari sebelumnya. Biasanya ruang IGD selalu dipenuhi oleh pasien-pasien darurat terutama di jam-jam sore seperti ini. Namun entah mengapa kali ini tak ada satu pun pasien yang datang ke ruang IGD.

Michelle cukup lega setelah melihat situasi yang sepi ini di dalam ruang IGD. Dia akhirnya memiliki waktu senggang untuk bersantai sejenak sekaligus mengumpulkan energinya kembali. Sambil menunggu pasien datang, Michelle memanfaatkan waktunya untuk mempelajari materi yangbaru saja dibahas dengan membaca-baca textbook yang dia bawa dari rumah. Michelle tak mau menyianyiakan waktu yang dia miliki. Akhir-akhir ini dia sudah kekurangan jam istirahat dan Michelle berencana untuk tidur jauh lebih awal malam ini.

"Chelle minjem kitab dong," pinta Gerry dengan nada memohon.

Kitab yang dimaksud oleh Gerry adalah binder milik Michelle yang berisi kumpulan catatan-catatan yang dibuat olehnya. Kumpulan catatan Michelle diberi julukan 'kitab' oleh teman-temannya karena isinya yang sangat lengkap dan akurat. Dari awal Michelle masuk fakultas kedokteran, meminjamkan catatannya kepada teman-teman sejurusannya sudah menjadi bagian dari ritual di fakultasnya.

"Nih," Michelle langsung menyerahkan binder itu kepada Gerry.

"Thanks, tar gue balikin pas mau pulang ya," Gerry tampak sangat girang setelah diberikan 'kitab' itu.

"Oke jangan lupa ya Ger, mau gue pake soalnya nanti malem," Michelle mengingatkan Gerry agar lelaki itu mengembalikan catatannya sebelum mereka meninggalkan ruangan ini.

"Siap bu ketua."

Sarah berlari kecil menghampiri Gerry dan Michelle yang berada di dekat meja resepsionis. Sarah awalnya tak tertarik untuk menghampiri mereka yang sedang serius belajar. Otaknya sudah cukup lelah untuk menyerap ilmu-ilmu medis. Namun di sisi lain, Sarah sangat penasaran dengan sosok yang barusan menelepon sahabatnya disaat mereka sedang ada bimbingan.

"Eh Chelle, chelle," Sarah memanggil sahabatnya berkali-kali.

"Apa?" sahut Michelle. Matanya masih tertuju pada tulisan-tulisan yang ada di dalam textbook itu.

"Ehmm gini, tadi pas bimbingan sama dokter Franklin lo teleponan sama siapa dah?" Tanya Sarah.

"Sama temen," jawabnya dengan singkat tetapi tidak jelas.

Third Chances (IPA & IPS 3) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang