[6]

172 40 3
                                    

Seunghun tidak pernah suka basket, tapi ia lihai memainkannya. Mungkin juga itu karena latihan keras yang ia jalani selama ini.

Latihan yang tidak pernah ia nikmati. Latihan yang hanya ia lakukan semata-mata untuk menyenangkan hati sang ayah agar ia tidak kena pukul.

Pada dasarnya ia suka olahraga. Tapi yang paling menarik perhatiannya adalah boxing. Namun, tak ada yang mendukungnya untuk menggeluti olahraga ekstrem tersebut.

Akhirnya, ia sering menonton pertandingan boxing ilegal diam-diam. Ia sudah sering menonton turnamen boxing tanpa ketahuan, tapi tentu saja berbeda sensasinya dengan menonton boxing ilegal yang jauh lebih brutal.

Tanpa sadar, ia telah menjadikan boxing ilegal sebagai 'pelarian'. Di tempat itu juga ia bertemu dengan Woong. Karena sudah sering bertemu, mereka berkenalan. Siapa sangka ternyata mereka tinggal di komplek yang sama. Bahkan memiliki sekolah tujuan yang sama: SMA Serim.

Tiga tahun lalu, Seunghun ingat ia bertemu dengan Jihoon yang hampir saja mengakhiri hidupnya.

Anak malang itu sudah hampir loncat jika saja Seunghun dan Woong tak mencegahnya. Ia menangis sejadi-jadinya dan bahkan sempat mengamuk sebentar. Untungnya, Woong berhasil menenangkannya.

"Aku bernafas dan bergerak tapi tak pernah merasa hidup" ucap Jihoon ketika ia sudah mulai tenang.

Saat itu sudah pukul 01:00 dini hari. Woong dan Seunghun baru saja pulang dari menonton boxing ilegal. Mereka bertiga duduk di depan minimarket 24 jam.

Seunghun dan Woong mengenal Jihoon karena namanya sering muncul di berita sebagai anak diplomat yang pandai dan santun. Siapa sangka dibalik segala prestasinya ia justru menderita.

"Aku tahu betul perasaanmu karena aku melalui hal yang sama"

Entah siapa yang merasukinya malam itu, tapi Seunghun memutuskan untuk membuka diri pada anak ini. Tak disangka, Woong turut menceritakan bagaimana kehidupannya pada mereka.

"Apa kalian tidak lelah? Bukankah berat hidup seperti ini..." ucap Jihoon lirih.

"Awalnya kupikir juga begitu. Sampai seorang sunbae mengenalkanku pada ini"

Seunghun menyodorkan ponselnya, tertera poster boxing ilegal di layar ponsel itu.

Jihoon tertawa tipis. Seunghun tau pasti semua orang akan menganggapnya kekanak-kanakan karena ini, seperti ekspresi yang ia tunjukkan dulu pada sunbae-nya.

"Datang dan lihat sendiri" ucap Woong.

"Jika kau tertarik, hubungi kami. Kau perlu 'orang dalam' untuk masuk ke sana" sahut Seunghun.

Sekaligus menutup pembicaraan mereka malam itu.

Menurut Seunghun, Jihoon benar-benar tak bisa ditebak. Ia tak menaruh ekspektasi pada anak itu. Lagipula, ia hanya sekedar berbagi tentang 'pelariannya'. Tak ada unsur paksaan di sini.

Siapa sangka, Jihoon menghubungi mereka. Saat menonton, jelas sekali terpampang di wajah anak itu, ia menikmati setiap detik dari pertunjukan yang ada di depan mereka.

Tanpa ketiganya sadari, mereka telah membentuk sebuah koneksi antar satu dengan yang lain. Hubungan ini berlanjut hingga SMA.

Jihoon, Woong, dan Seunghun membuat klub baru yang mereka namakan study club. Alih-alih belajar, di klub inilah mereka berbagi tentang boxing ilegal.

Mereka melakukan diskusi di dalam sebuah ruangan tersembunyi yang mereka temukan di balik lemari di ruang study club. Dari sini pula, ide tentang 'siaran' itu muncul.

ACQUIESCE: A THREAD | SILVERBOYS ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora