3.9 - Terus Terang

1.3K 297 13
                                    

Maaf banget, gabisa nepatin janji:(






"Gabisa,"

Air muka pria gondrong itu berubah menjadi suram, menatap Taeyong dengan tatapan kecewa bercampur tak terima. "Gabisa apa maksud lo?"

Taeyong menunduk dalam, melipat kedua tangannya dengan tatapan tak terbaca. Ia menatap lamat-lamat buku puisi itu, berpikir keras.

"Boleh gua pinjem bukunya bentar?" pinta Taeyong langsung dipelototin Yuta.

"GAK! Enak aja lo, gua ajak mikir biar bareng malah mau mikir sendiri. SINI BUKUNYA!"

Taeyong tersentak saat Yuta langsung merampas buku puisi itu dari tangannya. Ia menatap kepergian temannya itu dalam diam, tak berusaha menahan.

Ia menegapkan kepalanya, memperhatikan anak-anak berbakat dalam diam. 

Bermacam-macam warna menguar dari tubuh mereka semua. Taeyong menyipitkan matanya sedikit merasa silau.

Aura kuning keorenan Jaehyun dan Winwin sangat kuat. Wajar, sejak tadi mereka berteriak-teriak gemas sambil beradu permainannya. Aura abu-abu dari Mark sedikit suram, dan warna lain yang terbacanya wajar.

Apalagi aura merah terang Yuta, Taeyong tertawa melihatnya. Temannya sedang marah.

Namun tidak untuk Haechan.

Aura tubuhnya berwarna ungu pekat bercampur nila. Taeyong mengerutkan dahinya heran, ia memperhatikan Haechan dengan serius.

Juniornya itu sedang melamun. Taeyong penasaran, apa yang sedang ia pikirkan sampai aura tubuhnya sebegitu pekat?

Tanpa pikir dua kali Taeyong beranjak dari tempat duduknya, menghampiri Haechan. 

Taeyong menoel lengan juniornya itu hingga ia tersadar dari lamunannya. "Chan, keluar bentar."

"Ngapain, bang?" Haechan yang tersentak langsung mendongak.

"Ada yang mau gua omongin," kata Taeyong singkat. "Cepet, jangan lama."

Begitu Taeyong mengucapkan hal itu, ia langsung pergi tanpa penjelasan lebih lanjut. Meninggalkan Haechan yang tiba-tiba tidak tenang melihat ketuanya itu. 

---

"Lo kenapa dek?"

Haechan mengernyit bingung. Ia baru menemui Taeyong dan pertanyaan itu yang terlontar. "Kenapa apanya bang? Gua gapapa?"

"Lagi ada masalah? Atau ada yang ngeganggu pikiran lo?"

Haechan menggeleng, "Gue gapapa bang."

Melihat Taeyong melipat tangannya di dada dengan sorot mata datar membuat Haechan tremor. "Pilih jujur sendiri atau gue pojokin?"

Haechan menunduk, menatap sepatunya dengan takut-takut. Ia tak tahu hendak menjawab apa.

Melihat aura ungu tubuhnya semakin pekat, Taeyong menyentuh pundak Haechan. Membawa juniornya itu tenggelam dalam tatapannya. "Kita tetap sekelas walaupun gak seangkatan. Umur kita boleh jauh, tapi di sekolah ini kita itu keluarga. Sekiranya ada yang mengganggu pikiran lo tentang kelas ini, kasih tau Chan."

Namun itu belum berhasil membuat Haechan buka suara.

Taeyong menghela nafasnya panjang. "Apa yang lo takutin, dek? Gue?"

Haechan menggeleng heboh. "E-enggak bang gak gitu!"

"Terus siapa?" tanya Taeyong lagi. "Bang Taeil? Senior alumni? Anak-anak reguler? Pak Sehun? Pak Direktur--"

(Not) The Gifted  | NCT 127 (HIATUS)Where stories live. Discover now