Latte

696 143 48
                                    

Kevin bersandar pada dinding, memandang Clara yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Tangannya bersedakap di depan dada. Dokter bilang istrinya itu hanya dehidrasi tidak ada luka luar apalagi dalam. Kevin sempat panik karena Clara tidak kunjung membuka mata ataupun merespon. Demi Tuhan ini sudah berjam-jam berlalu. Kata dokter, Clara terlalu shock kemungkinan karena panik sendirian berada di dalam lift.

Kevin mendekat ke arah ranjang dan menarik kursi di sebelah Clara.
Menyibak anak rambut yang berada di dahinya. Berlama-lama memandang.
Mengusap pelan pipinya dengan punggung jari.
Clara cantik saat sedang tertidur seperti ini. Kevin mengakui.

Kevin tidak tahu kalau Clara berambut panjang. Dulu hanya menduga-duga seperti apa rambut di balik kerudungnya.

Jemari Clara bergerak. Matanya perlahan terbuka. Kevin menarik jarinya yang berada di pipi istrinya.

" Bagaimana keadaanmu? " tanya Kevin lirih.
Mata Clara mengerjap. Sedikit salah tingkah karena Kevin memandangnya begitu lekat.

" Ada yang sakit? " tanya Kevin lagi.
Clara menggeleng sambil menautkan rambutnya ke belakang telinga. Kevin melarikan jemarinya ke sana. Menggantikan jemari Clara.
Clara terkesiap karena tindakan spontan Kevin. Sedetik kemudian tersadar karena dirinya tidak memakai kerudung. Kevin menyadari kepanikan Clara.

" Di sini tidak ada siapa-siapa selain aku. Perawat dan dokternya juga aku minta perempuan semua. Tapi kalau kamu merasa tidak nyaman aku ambilkan kerudungmu "
Kevin mendorong kursinya ke belakang. Mengambil kerudung di tas.

Mengangsurkan kerudung ke arah Clara. Sedang Clara sudah beranjak duduk sambil memakai kerudungnya kembali.

" Pusing? "
" Sedikit "

" Mau aku panggilkan dokter?"
Clara menggeleng.
" Minum "

Kevin mengambilkan air putih.

" Berapa lama aku pingsan? "
" Lumayan lama "

Hening.

" Makan ya. Aku suapin "
Clara mengangguk.

" Maaf. Aku kira kamu nggak pulang karena menginap di rumah Atta "
" Misalkan itu terjadi pun aku pasti akan pamit sama kamu "

" Kamu kejebak di lift nggak hubungin aku "
" Tas ku aku tinggal di luar "
Clara mengkode dengan tangannya menyudahi suapan Kevin.

" Atta yang bawa kamu keluar dari lift "
Clara menoleh. Dia kira Kevin yang menyelamatkannya.
" Dia ngotot banget mau bawa kamu ke Rumah Sakit "
Kevin meletakkan piring ke atas meja. Rahangnya mengetat menahan emosi saat mengingatnya.

" Jadi, semua sudah berangkat?"
" Ya, kecuali kita "

" Eum Kevin, ponselku ..?"
Kevin mengangsurkan ponsel yang baru saja di ambilnya dari tas Clara. Syukurlah notif pesan dan panggilannya sudah dia hapus duluan.
Membuatnya naik darah. Suaranya berdering terus menerus. Banyak pesan yang masuk dari Atta. Belum lagi miss callnya.
Setelah pesannya dijawab Kevin kalau Clara sudah sehat dan aman bersama suaminya barulah berhenti.

Kevin duduk di sofa sambil membaca majalah di tangannya. Sesekali pandangannya mengamati Clara yang berada di atas ranjang Rumah Sakit.

Dahi Clara mengenyit. Di grup teman-temannya mempeributkan keadaannya.

" Udah kalian semua tenang. Clara sudah aman sama suaminya. Aku udah hubungin dia tadi " tulis Atta.
" Sabarkan hatimu, Ta. Dek Clara memang sudah ada yang punya " tulis lainnya.

...

...

Clara kembali membuka ruang chat. Nihil. Ruang telepon yang masuk. Nihil. Tidak ada chat ataupun telepon masuk dari Atta. Apa mungkin Atta langsung menelpon Kevin dan tahu kalau dia istri Kevin?

a coffe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang