Sudah dua hari aku menginap di rumah Bibi Molly. Setelah menceritakan berbagai macam masalahku kepada Bibi Molly selesai makan malam kami bersiap untuk pergi ke festival kecil yang berada tak jauh dari Burrow. Aku jarang pergi menuju festival karena tidak pernah ada yang mengajakku ke festival, biasanya aku pergi bersama ibuku jika dia penat sehabis bekerja.
Sekilas aku memikirkan bagaimana kabar Malfoy sendirian di rumahnya yang menyeramkan itu saat hari - hari liburan natal? Huh apa yang kulakukan. Mengapa aku harus perduli padanya?
Di perjalanan kami di antar oleh Bibi Molly menggunakan mobil terbang yang cukup membuatku dag - dig - dug sekaligus takjub melihat pemandangan dari atas. Habis beberapa hari menginap di rumah Ron, aku harus pulang untuk merayakan malam natal bersama ibuku. Walaupun ibuku yang pemarah itu tak pernah menunjukkan sisi lembutnya, namun kuyakin dia juga merasa kesepian tanpaku.
"Kita sampai." ucap Bibi Molly bersamaan dengan mendaratnya mobil.
Mataku dimanjakan dengan gemerlapnya tempat itu. Hermione, Ginny, dan aku berpisah dengan Harry dan Ron. Kami mencoba berbagai aksesoris rambut unik yang kata pedagangnya berasal dari negri yang jauh dan mengandung cukup mantra untuk membuat siapapun yang melihatnya terpikat. Berlomba memakan kudapan hingga menonton aksi pertunjukan yang berbahaya. Rasanya sudah lama aku tidak selepas ini tertawa.
"Uhg sepertinya aku harus ke toilet sebentar. Kalian tunggu di sini, aku akan segera kembali. " aku sudah tidak dapat menahannya, buru - buru aku menuju ke toilet kecil tanpa mendengar jawaban Hermione dan Ginny.
Ahh lega rasanya melepaskan beban yang sedari tadi membuatku merinding. Di mana mereka? Perasaan mereka tadi di sini.
"Ummpphhh. "
Apa ini!? Seseorang mendekapku dari belakang dan menyeretku menjauh dari keramaian. Aku tidak bisa bergerak. Tidak, aku salah bukan seseorang tapi beberapa orang. Mereka mengikat mulut, mata, tangan dan kakiku saat sudah memasuki hutan.
Tolong... Siapa saja. Aku takut. Sangat takut. Ibu. Harry, Hermione, Ginny, Ron tolong aku. Malfoy...
Aku merasakan badanku diangkat dan dibawa ke suatu tempat yang aku tidak tau. Air mataku mulai mengalir. Bahkan mereka tidak mengatakan apapun disepanjang perjalanan. Dimana aku akan dibawa. Sialan apa salahku?
*****
"Buka ikatannya. " perintah seseorang yang suaranya terdengar seperti wanita.
Mereka hanya membuka ikatan mata dan mulut. Mataku yang sembab karena menangis dikagetkan dengan melihat Harry, Hermione, Ginny, dan Ron berada dikeadaan yang sama denganku. Huh syukurlah aku tidak sendiri. Setidaknya ada yang aku kenal di rumah yang gelap ini. Aku melihat ekspresi wajah mereka yang kaget melihat sosok wanita berperawakan seram serba hitam kulit pucat dan rambut seperti tak terawat.
"Ba-bagaimana bisa... " ucap Ron seperti tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya.
Siapa wanita ini? Dia seperti sosok yang aku lihat di hutan terlarang. Tunggu dibelakangnya... Itu, itu Malfoy!
"Pengkhianat kau ferret sialan!" seru Hermione.
Ada apa ini? Apa yang terjadi? Aku sama sekali tidak ada petunjuk tentang keadaan saat ini. Malfoy, kenapa dia di sana? Apakah ini bersangkutan dengan dia?
"Selamat datang kembali di Malfoy Manor. Apakah kau begitu takjub Anabeth? Aku rasa yang lain sudah pernah kemari. Harry Potter. Kau perusak sesungguhnya maka harus di singkirkan dari awal bukan? Ahahahaha. "
"Mau apa kau?!" tanyaku bercampur emosi. Aku bisa merasakan bekas kejahatan yang luar biasa pada diri wanita ini.
"Baiklah kita belum berkenalan dengan resmi. Aku Bellatrix Lestrange, bibi dari Draco Malfoy keponakan kesayanganku yang begitu lugu ini. Aku tidak benar - benar mati karena si wanita sialan, Molly Weasly. Apakah itu cukup jelas sayang? Lain kali kita akan mengobrol. Bawa mereka. "
Kami diseret menuju ruangan yang lebih gelap. Jadi wanita itu bibinya Malfoy, apakah selama ini Malfoy bersikeras untuk menjadi guru pendampingku karena hal ini? Semua terasa jelas. Sialan kau Malfoy, berani - beraninya hanya memanfaatkanku. Aku tidak bisa berpikir lagi. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan sekarang. Rasa takutku tertutupi oleh rasa kecewa yang teramat kepada Si Platina itu. Padahal aku baru saja mulai mempercayaimu. Baru saja.
*****
Sudah berjam - jam kami di sini. Aku tidak bisa bergerak, melihat, atau berbicara dengan yang lain. Ruangan ini sangat pengap dan panas. Aku rasa kami di sekap di ruang bawah tanah. Kenapa mereka menangkapku juga? Aku bahkan tidak ikut - ikutan dengan urusan masa lalu mereka. Apa salahku Ya Tuhan.
Krieet...
Pintu! Suara pintu terbuka. Siapa itu? Seseorang membuka ikatan di mataku. Malfoy? Buat apa dia kemari. Apakah sekarang dia berniat menyiksaku?
Krauk.
Kugigit tangannya saat dia baru saja membuka ikatan di mulutku.
"Ashhh, diamlah bodoh. Aahh kenapa kau menggigit tanganku? Apakah kau anjing hah? " ucapnya berbisik.
"Untuk apa kau kemari dasar pengkhianat. Sekarang kau mau apakan aku? "
"Tentu saja membebaskan kalian. Uhgg aku benci darah kotor bodoh kalian yang turun temurun itu. "
Malfoy membebaskan ikatan kami. Lalu segera menuntun kami untuk keluar dari rumahnya.
"Berhenti, bagaimana kami bisa mempercayaimu? " pernyataan Harry membuat kami semua berhenti.
"Baiklah kalian mau membusuk di sini silakan. Tapi akan kubawa gadis ini kabur bersamaku. " suaranya tidak getar, begitu yakin akan ucapannya sendiri. Aku tertegun sesaat melihatnya.
"Kurasa kita tidak ada pilihan lain. Tongkat kitapun mereka ambil. " ucap Hermione yang nampaknya ikut setuju.
"Baiklah begini, aku akan menjelaskan semuanya setelah kita keluar dari sini. Tongkatku dan kalian aku amankan dan berada di kamarku. Kita akan naik ke atas lalu berapparate menuju tempat lain."
"Kenapa kau tidak membawa tongkat kami kemari saja!? " tanya Ron gemas.
"Aku tidak bisa bodoh, sebelum turun kemari kau pikir aku keluar kamar tidak di periksa? "
"Lalu bagaimana kita bisa ke kamarmu jika ada penjaga? "
"Aku tidak sebodoh kalian, saat keluar aku sekalian memberikan mereka sudah kuberikan vodka yang kucampur dengan ramuan. Mereka akan tidak sadarkan diri untuk beberapa saat. Cepatlah sebelum mereka sadar. "
Dengan cepat kami berlari menuju kamar Malfoy. Rumah ini sangat hening hingga aku bisa mendengar suara jantungku sendiri berdegup kencang. Kami mempertaruhkan nyawa untuk melewati ini.
Sial! Dua pria pingsan yang tepat berada di depan pintu kamar Malfoy hampir saja membuatku terjatuh karena tersandung kaki mereka yang panjang, untung saja Ginny segera menahan badanku agar tidak jatuh. Fyuh... Akhirnya kami sampai di kamar Malfoy. Kamarnya berdebu, rapi dengan nuansa gelap terkesan elegan dengan tidak banyak prabotan. Segera Malfoy memberikan tongkat kami.
"Kemana kita akan pergi?" Tanya Ron.
"Aku sempat berpikir untuk pergi ke Burrow, namun kurasa itu pilihan yang buruk karena pasti tujuan pertama mereka saat melihat kita menghilang adalah ke sana. Kita perlu tempat yang jauh dari sini. " balas Harry.
"Rumahku. Mari kita ke rumahku, lalu lindungi menggunakan mantra pelindung. " kurasa tidak ada pilihan lain.
"Bagaimana dengan ibumu? " Hermione menatap mataku penuh harapan sekaligus ketakutan.
"Akan aku pikirkan saat sampai di rumah, sekarang kita pergi dari sini terlebih dahulu sebelum wanita jelek itu menyadarinya. "
*****
Kami berenam sudah berada tepat di depan rumahku. Berat hati aku mengetuk pintu. Aku tidak bisa menebak seperti apa reaksinya saat melihatku seperti ini.
Pintu terbuka. Wajah ibuku kaget melihat penampilanku urak - urakan dengan membawa lima orang lainnya yang juga berkondisi sama. Dia sempat mematung sesaat, seperti memastikan apakah yang datang ini anaknya atau bukan. Tiba - tiba ibu memelukku. Ada apa ini?
"Aku sudah menduga akan seperti ini Anabeth. Baiklah kalian semua segera masuk, cepat sebelum ada yang melihat. "
ESTÁS LEYENDO
She Is The Chosen Woman
FanficTiba - tiba angin kencang mulai berhembus keras menusuk kulit. Suasana menjadi mencekam, ayunan sebelahku bergerak cepat karena hembusan angin. Aku rasa malam ini aku akan tidur dibawah naungan badai. Terlalu malas untuk pergi dari sini. Toh itu cum...