shi.

52 6 0
                                    

"Fufu, kenapa wajahmu menyeramkan seperti itu, imouto-chan?"

Tawa memekakkan telinga menggema di dalam ruangan. Mendengus, Hiroi kemudian memutar matanya jengah.

"Aduh," keluh Hiro, tangannya yang berkuku panjang memegang dadanya dengan dramatis, "dingin sekali, padahal aku kangen lho padamu."

"Tutup mulutmu." Hiroi membalas dengan tajam. Satu tangan bergerak ke arah pedang nichirin di pinggangnya.

"Ayolah, dik. Jangan langsung menarik pedangmu. Mari kita mengobrol terlebih dahulu!~"

"Wah, senang sekali melihatmu setelah sekian lama, onii-chan. Ah tidak, maksudku oni-chan." Ujar gadis berkacamata tersebut sarkas. Antusiasme palsu menyelimuti suaranya. "Sekarang, matilah."

Meloncat, Hiroi menarik pedangnya tanpa basa-basi.

---

"Bagaimana? Mirip taman yang dulu ada di kediaman kita 'kan?"

Hiro merentangkan kedua tangannya, memberi gestur kepada macam-macam tanaman yang tumbuh di hadapannya.

"Yang itu, bisa mengakibatkan sesak nafas dan kematian. Itu, bisa membuat organ tubuhmu berhenti bekerja dan berakibat kematian. Sementara yang itu, akan membuat otakmu berhenti berfungsi, dan tentu saja, berakibat kematian!~"

Dengan nafas terengah, Hiroi mengeratkan genggaman pada pedangnya. Gadis itu mengumpat dalam hati kala menyadari racun dalam darahnya mulai menyebar dan membuat gerakannya melambat. Sebuah mimpi buruk bagi sang Pilar Bintang yang mengandalkan kecepatan untuk mengeksekusi teknik pernafasannya.

"Aduh, jangan-jangan kau sudah mulai kelelahan ya?" Hiro menatap sang adik dengan pandangan iba sebelum menjentikkan jarinya. "Ah, aku tahu!"

Seluruh ruangan bergetar kencang, sebelum sebuah pohon sakura muncul dari lantai yang merekah.

"Lihat! Pohon sakura! Sama seperti pohon sakura yang kutanam di halaman 'kan? Bedanya, tidak ada jasad Ayah dan Ibu yang duduk melakukan hanami di bawahnya."

Menggertakkan gigi penuh amarah, Hiroi menatap Iblis di hadapannya dengan penuh kebencian.

"Tenang saja, Iblis, kita akan melakukan hanami. Hanya saja dengan jasadmu yang mulai menghilang, dan aku yang berdiri dengan penuh kemenangan."

---

"Ugh."

Tubuh gadis bersurai cokelat tua itu ambruk bersamaan dengan tubuh sang kakak yang mulai menghilang.

"Berdiri penuh kemenangan sekali, Hiroi." Rutuknya, "apa tuhan sangat membenciku sampai tiap rencana hanami yang kuucapkan selalu gagal?"

---
Published 01. 07. 21
[318 words]

hanami ; r. kyoujurou x oc.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang