GIRLS SECRET

0 0 0
                                    


"CUIHHH!" salah satu laki-laki berdecih dan meludah tepat mengenai wajah seorang siswa yang terpojok disebuah dinding putih polos dibelakangnya. Ingin sekali dia berlari sejauh mungkin untuk menghindarkan rombongan dari sang King Bullying yang kini ada dihadapannya.
Siswa itu menunduk takut dengan tangan yang sudah gemetar mendapatkan tatapan tajam mematikan khas Raymon yang menjurus ke matanya. Laki-laki itu mendapatkan hukuman karna tak sengaja telah menjatuhkan minuman milik Ramon waktu dikantin. Hal terkecil seperti itu tapi dianggap masalah besar oleh laki-laki itu.
Tak mengenal siapa orangnya, yang pasti 'Hukuman' harus sampai ditangan orang yang berani mengusik ketenangan sang raja.
"Berani banget lo ngotorin sepatu gue?!" bentak Ray menatap tajam siswa laki-laki yang duduk dibawah nya itu.
"Udah Ray, tahan emosi lo." ujar Radit yang merupakan sahabat laki-laki bernama Ray.
"Iya Ray, lepasin aja udah pucat gitu." ucap lagi Deon menenangkan sahabatnya itu. Selain itu juga Deon merupakan salah satu anggota osis, tak mungkin ia membiarkan hal penindasan tersebut terjadi meskipun itu sahabat nya sendiri yang melakukan nya.
Raymon menggeram sambil mengepalkan kedua tangannya. "Cabut!" Setelah mengatakan itu, Ray pergi meninggalkan tempat itu bersama dengan kedua sahabatnya yang mengikuti laki-laki itu dan bernafas lega, terutama laki-laki yang terkena bentakan Raymon tadi mengucap syukur berkali-kali karna perginya Ramon. Didalam hatinya ia merasa sedikit lega karna hukumannya yang akan diberi Raymon lepas.
Raymon berjalan dengan tatapan lurus ke ujung koridor tanpa memperhatikan kanan kiri jalan yang menatapnya kagum setengah takut. Mata elangnya seolah siap menerkam siapapun yang mengusik ketenangan hidupnya. Aura jantan yang benar-benar jantan tercium apabila didekatnya.
Baginya menyiksa seseorang adalah hal termudah dan membuat kesenangan tersendiri. Tak memperdulikan fisik maupun psikis dari para korbannya.
Kuasanya disekolah ini membuatnya dapat berperilaku semena-mena terhadap orang lain. Baginya semua orang disini berkat numpang dan menuntut ilmu, maka bagi mereka mendapatkan siksa ketika membuat sebuah masalah.
Jika dipandang secara fisik, Raymon adalah sosok laki-laki sempurna di seantero sekolah. Rahang tegas miliknya membuat para wanita tergiur untuk menyentuhnya. Tubuhnya yang tinggi semampai dan tegap sempurna membuat para kaum hawa hanya bisa mengelus dada. Menurut mereka siapa saja yang dapat memeluk tubuh Raymon adalah orang yang paling beruntung di dunia.
Raymon memang tampan, bak dewa Yunani. Ditambah dengan harta melimpah ruah yang selalu mengelilingi hidupnya membuat sikap tak acuh pada orang yang lebih rendah darinya.
Hanya satu kekurangan Raymon dimata para wanita. Sikap kejam yang dimiliki Raymon tak pernah pandang bulu, tak peduli itu seorang wanita maupun pria. Bagi Raymon berani mengusiknya sedikit saja harus mendapatkan hukuman. Siswa yang tadi beruntung karna Raymon tidak menghukum laki-laki itu lebih karna sudah berani menumpahkan sebuah minuman kesepatu mahalnya..
Banyak para wanita yang merelakan tubuh mereka demi seorang Raymon. Siapa yang dapat menolak pesona seorang Raymon? Namun Raymon tidak pernah peduli dengan para wanita yang menggodanya itu, bagi Raymon itu hanya akan menjadi beban untuknya. Menurut Raymon mereka terlalu murahan untuk mengejar-ngejar cinta seorang pria.
Para jalang itu hanya ingin mengambil gelar 'kekasih seorang Raymon' yang mana bagi mereka adalah suatu yang patut dibanggakan. Selain itu juga mereka dapat menikmati harta yang diberikan Raymon secara cuma-cuma.
Dibalik itu semua Ray mempunyai alasan khusus mengapa ia sangat membenci yang namanya perempuan. Bagi Ray tak ada cinta tulus didunia ini, semuanya bohong.
°°°
"Rea, lo dipanggil buk Tata keruangannya." ucap seorang gadis dengan rambut sebahu kepada Audrea yang tengah duduk membaca sebuah buku dikursi kelasnya.
Rea mendongak menatap gadis yang merupakan teman sekelasnya yang kini juga tengah menatapnya, tak lama Rea mengangguk. Setelah gadis yang tadi memberitahunya itu sudah pergi dari hadapannya, Rea menghela napasnya pelan, ia sudah dapat menebak mengapa ia dipanggil oleh salah satu guru disekolah nya ini.
Rea bangkit dari duduknya setelah menutup buku yang ia baca tadi lalu melangkahkan kakinya menuju tujuannya sekarang.
Tok...tok..
"Masuk,"
Ceklek
"Silahkan duduk." ucap wanita berkacamata putih itu tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas yang ada dihadapannya tanpa menatap siapa yang masuk keruangannya.
Rea menatap datar guru didepannya itu, sudah lima menit ia duduk dihadapan wanita itu namun tak juga kunjung meladeninya seakan-akan dirinya hanya patung yang hanya menonton wanita itu bekerja dengan tugasnya.
"Kamu sudah tau mengapa saya memanggil kamu kesini?"
Rea mengangguk tanpa ekspresi saat wanita paruh baya berkacamata yang merupakan gurunya itu bertanya.
Buk Rita atau sering dipanggil Buk Tata oleh para muridnya merupakan wali kelas Rea sendiri. Wanita itu tersenyum kearah Rea meski muridnya itu sedang menampilkan wajah datar kearahnya.
"Ibu ingin meminta tolong kepadamu agar kamu bersedia mengikuti kegiatan olimpiade tingkat provinsi yang waktu itu sudah diberitahukan kepadamu. Kamu memiliki kemampuan yang jarang dimiliki oleh siswa siswi disini." ucap wanita paruh baya itu dengan nada memohon.
Rea menarik napasnya dalam, ini adalah kesepuluh kalinya ia dipanggil keruangan ini hanya untuk membahas sesuatu yang sama sekali tak ada rasa ketertarikan baginya. Rea menatap dingin wajah gurunya itu.
"Tetapi saya mempunyai syarat untuk itu Bu," ucap Rea membuat gurunya itu tersenyum binar.
"Katakan saja apa syarat mu itu nak," ucap guru itu lembut membuat Rea berdecih dalam hati.
"Saya akan beritahu nanti setelah ibu setuju dengan syarat saya." ucap Rea menggantung kaliamat nya.
"Baiklah." ucap wanita paruh baya itu tanpa ragu.
Rea pun mengatakan maksud dari syarat itu, hal tersebut membuat sang guru itu terdiam dan menampilkan wajah terkejut nya m
"Apakah ibu sanggup memenuhi syarat ini?" lanjut Rea kepada gurunya yang kini sudah terdiam.
"Tapi itu kan gak milikmu. Lagi pula saya tidak yakin kepala sekolah akan menyetujui itu. Dia bukan lah siswi berprestasi disekolah ini. Nilainya juga selalu rendah." ucap guru itu keberatan akan syarat muridnya itu.
"Itu bukan urusan saya, jika ibu tidak bisa tidak masalah, saya juga akan menolak mengikuti olimpiade itu. Lagi pula yang kalian pake otak saya, saya hanya meminta itu saja. Anggap saja yang sedang mengikuti olimpiade itu bukan saya melainkan dia. Anda mengerti maksud saya bukan?" ujar Rea tanpa rasa takut sedikitpun kalau ia sedang berbicara dengan gurunya.
Sang guru itu terdiam, bukan hal yang mengejutkan lagi jika gadis yang merupakan murid nya ini bisa berbicara seperti itu padanya. Ingin menegur karna kurang sopan terhadapnya pun tidak bisa, gadis didepannya ini merupakan gadis yang sangat berperan penting disekolah ini. Selain berprestasi juga merupakan ketua osis sekolah ini.
"Ibu harus berbicara terlebih dahulu kepada kepala sekolah, karna tidak mungkin ibu mengambil keputusan sepihak." ucap gurunya itu.
"Baiklah, jika keputusan sudah ada maka ibu bisa panggil saya lagi." ucap Rea seraya berdiri dari duduknya.
"Kamu boleh keluar, jika sudah ada keputusan ibu akan beritahu."
Setelah mendengar perkataan dari guru tersebut Rea beranjak dari duduknya dan pamit keluar dari ruangan wali kelasnya itu dengan pikiran yang memenuhi kepalanya saat ini.
Sampai diluar tepatnya didepan pintu ruangan wali kelasnya itu Rea menghela napasnya pelan. Dengan ekspresi datar tanpa senyum sedikitpun, gadis itu melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.
Rea? Jika kalian bertanya siapa gadis itu? Maka jawabannya ia hanya seorang siswi SMA yang menjabat sebagai ketua OSIS. Banyak yang tidak terlalu tahu tentang dirinya karna selama ini ia jarang berinteraksi dengan teman-teman sekolah ataupun teman sekelasnya sekalipun.
Meski banyak yang tidak tahu dirinya di SMA pelita, namun siapa sangka nama gadis itu diketahui oleh seluruh masyarakat sekolah tanpa terkecuali. Hanya saja mereka tidak pernah melihat sosok Rea.
Rea, tidak ada yang tahu mengenal identitas gadis itu selain merupakan seorang siswi SMA pelita. Siapakah orangtua Rea? Dimana Rea tinggal dan ia tinggal dengan siapa? Tidak ada yang pernah mengetahui itu.
Itulah sosok Rea yang tak diketahui orang, Rea seorang gadis yang terlalu misterius bagi mereka. Sang ketua OSIS yang tidak pernah ingin dibantah, berbicara dengan nada pelan namun menusuk tanpa memikirkan bagiamana perasaan lawannya. Bagi Rea yang salah tetap salah, tidak akan ada kebenaran nya dan harus bertanggung jawab atas tindakan nya. Akan tetapi meski ia seorang ketua osis, gadis itu tidak pernah mau ikut campur ataupun menghentikan aksi bullying disekolah nya. Jika ditanya, maka ia akan berkata 'itu bukan urusan saya, selagi mereka tidak mengusik kehidupan saya, saya tidak akan mengusik kehidupan mereka. Mereka yang punya masalah dan harus mereka sendiri yang menyelesaikan nya. Mereka yang lemah akan tetap seperti itu jika tak ada keberanian membela diri sendiri' dan para guru yang mendengar perkataan Rea hanya bisa mengelus dada sabar.
Rea termasuk murid berprestasi dalam bidang akademik maupun non-akademik. Membuat mereka para guru enggn pada gadis itu, apalagi Rea selalu berbicara dengan nada dingin.
Bahkan beberapa siswa siswi menjuluki Rea sebagai 'Dewi es kematian'
__________________

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GIRLS SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang