TUJUH BELAS - PEMOTRETAN

0 0 0
                                    

Jam tiga lewat tiga puluh lima menit, beker Aima berbunyi nyaring. Kokok ayam tetangga sudah terdengar sejak tadi. Perlahan-lahan mata Aima terbuka. Ia melirik ke bekernya, ingin tahu jarum pendek dan panjang ada di angka berapa. Ia meregangkan tangannya ke atas, matanya terpejam lagi. Tangan kirinya menutup mulut, ia masih mengantuk berat. Ingin rasanya tidur kembali. Namun, ia harus segera bangun untuk menunaikan kewajibannya.

“Aima, besok pagi aku luang.”

“Oke. Besok pagi, ya. Sampai ketemu besok.”

Hari ini Aima ada janji dengan Maya untuk melakukan foto produk. Lima belas hari yang lalu Aima sudah membuat dua belas tas dengan desain yang berbeda, ditambah dengan lima dompet. Ada sarung bantal kursi dan bantal karakter juga turut serta meramaikan pemotretan hari ini. Semua produk yang sudah jadi ini, ia buat dari memanfaatkan kain perca. Ia hanya memakai kain meteran pada bagian badan dalam tas dan furing pada sarung bantal.

Sejak pagi Maya sudah ribut dengan peralatan memotretnya yang sudah ia siapkan di rumah. Setelah sampai di rumah Aima, ia langsung mengeluarkan peralatan kerjanya hari ini. Ia menggelar karpet berbulu putih di teras rumah Aima. Ia juga menata bangku pendek, daun dan bunga artifisial, pernak-pernik yang mendukung pemotretan tas, dan yang paling penting adalah pemeran utama dalam pemotretan ini, yaitu tas, dompet, sarung bantal, dan bantal karakter.

“May, kamu beneran jadi resign?”

“Iya, Ai. Aku sudah mencoba untuk bertahan di sana, tetapi aku udah enggak bisa lagi. Daripada aku makin stres, mending aku keluar aja. Aku akan mencari pekerjaan lain yang bisa membuatku bahagia.”

“Segitu beratnya, ya, pekerjaanmu di sana?”

“Enggak berat juga. Yang bikin berat itu perlakuan mereka ke aku. Yang bikin aku enggak betah. Ujung-ujung kerjaanku berantakan karena suasana hatiku yang hampir setiap hari buruk.”

Maya mulai memotret tas untuk desain pertama, tiga tas bahu. Aima membuat tas ini dengan mengombinasikan kain katun bermotif bunga berukuran sedang, motif kotak, dan motif bunga-bunga kecil. Ia memotong kain tersebut dengan ukuran tujuh kali tujuh sentimeter. Kemudian ia menjahit satu per satu kain yang berbentuk kotak persegi itu sesuai dengan warna yang sudah diaturnya. Setiap satu lembar kain terdiri dari dua belas kotak, empat kotak di setiap barisnya dan tiga kotak di setiap kolomnya. Tali yang dipakai juga menggunakan kain perca.

Ada tiga hal yang harus diperhatikan Maya saat memotret, yakni konsep, komposisi, dan pencahayaan. Soal cahaya, ia selalu memotret di pagi hari karena pencahayaan di waktu pagi sangat bagus dan lembut. 
      
Selanjutnya, Maya memotret desain tas kedua, ada tiga tas selempang. Kain perca yang dipilih Aima adalah kain perca yang berukuran besar. Ia menata dan menjahit kain yang dipotong persegi panjang secara horizontal atau vertikal, berselang-seling dengan warna dan motif yang berbeda. 

“Ai, tas yang kamu bikin ini pakai kain apa?” Maya penasaran dengan jenis kain yang saat ini diambil gambarnya dengan kamera DSLR miliknya.

“Aku pakai kain katun dan kanvas, May.”

“Mana yang kanvas dan mana yang katun?”

“Yang bertekstur lembut, seratnya rapat, dan motifnya cerah itu kain katun.”

“Oh, yang motifnya bagus-bagus itu katun.” Maya manggut-manggut, sekarang ia mengerti mana yang merupakan kain katun.

“Berarti yang satunya kain kanvas, ya?” tebak Maya.

“Yup, betul. Kain kanvas yang seratnya lebih tebal. Lalu yang agak mengilap itu kanvas yang diberi laminasi dari plastik.”

“Oh … begitu. Sekarang aku jadi tahu sedikit pengetahuan tentang kain.”

“Masih banyak lagi jenis kain yang bisa dijadikan tas. Lain kali aku kasih tahu kamu.”

“Oke. Dengan senang hati.”

Maya menyudahi memotret tas selempang yang ketiga. Pandangannya beralih ke Aima.

“Lanjut, Ai. Masih tas?”

“Iya, tas untuk desain terakhir, tas tangan.” Aima menunjukkan tas tangan yang akan dipotret ke Maya.

“Oke.” Maya mengambil tas itu dari Aima, meletakkannya di posisi yang menurut pandangan Maya sesuai dengan komposisinya.

Tas tangan yang dibuat Aima ini tak perlu menata potongan perca. Aima hanya memotong sesuai dengan pola. Kebetulan, kain perca yang dipakai masih cukup untuk pola tas tangan. Sama halnya dengan dompet yang dibuatnya. Ia hanya menyesuaikan dengan polanya saja. Namun, tidak semua dompet diperlakukan sama. Ada juga yang menggunakan susunan kain perca berbentuk kotak menjadi bentuk belah ketupat. Ada pula yang memakai potongan kain perca yang disusun secara acak dan ia tambahkan jahitan  jelujur dengan warna yang kontras.

Maya menggabungkan enam tas tangan untuk dipotret secara bersamaan. Begitu pula dengan dompet. Ia memotret dari berbagai sisi. Dari pandangan normal, pandangan tinggi, sampai pandangan rendah. Ia mengambil beberapa kali jepretan.

“Ada lagi, Ai, yang mau difoto?” Maya bertanya kepada Aima yang sibuk memasukkan tas ke dalam kotak penyimpanan.

“Masih ada sarung bantal kursi dan bantal karakter.”

“Siap,” jawab Maya sembari mengecek hasil jepretannya.

Untuk sarung bantal perca yang akan dipotret kali ini, Aima menggunakan kain perca yang berukuran kecil dan memiliki bentuk persegi panjang. Ia menyambungnya secara bebas, tak beraturan, tetapi ukuran yang dipakai sama satu sama lainnya.  Ada sekitar lima sarung bantal kursi yang ia buat. 

Sesi foto produk yang terakhir. Sekarang giliran bantal karakter.

“Ai, lucu banget bantalnya. Aku mau, dong.” Maya tertarik dengan bantal karakter yang di bawa Aima. Unik dan lucu, kesan pertama Maya saat melihat bantal itu.

“Boleh.” Aima mengganti posisi bantal kursi dengan bantal karakter. “Ambil aja yang kamu suka, May.”

“Aku mau yang bintang, ya?” Di antara matahari, awan, bulan sabit, dan bentuk tetesan air, Maya lebih memilih boneka karakter berbentuk bintang.

“Bahannya lembut banget.” Maya memeluk bantalnya dan mengelus-elusnya.

“Aku bayar berapa, nih?”

“Enggak usah, May. Itu hadiah buat kamu.”

“Kok, gitu, sih, Ai. Itu jualan kamu, lho. Nanti kamu rugi.”

“Enggak apa-apa, bawa aja. Kan, kamu udah bantu aku foto produk hari ini. Bonus karena kamu udah ke sini pagi-pagi dan memotret belasan produkku.”

“Makasih, ya, Ai. Udah dapat bayaran, dapat bonus bantal karakter lagi. Semoga usahamu lancar dan dimudahkan jalannya.”

“Amin.”

Maya sudah menyelesaikan foto produk. Tugas Maya selanjutnya, mengedit fotonya.

“Ai, aku pulang dulu, ya. Nanti aku kirim hasil foto yang sudah aku edit.”

“Makasih, ya, untuk hari ini.”

“Makasih juga untuk bantalnya,” ucap Maya seraya menunjukkan bantal bintang yang ada dalam genggamannya.” 

Kerajinan perca memiliki daya tarik tersendiri bagi Aima. Ia mulai menyukai kegiatan ini,  memilah dan memotong kain perca sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Ia tak sabar untuk mengunggahnya ke media sosial dan menantikan respon pasar.

5 Maret 2021
#CraftwithLove
#ParadeLRbatch04

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 02, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CRAFT WITH LOVE (Telah Terbit) Where stories live. Discover now