#Redup32. Semesta Indah Milik Jingga

218 62 14
                                    

Bab ini mengandung 2800+ kata. Diharap jangan bosan-bosan dan aku naruh beberapa klue untuk chapter-chapter selanjutnya. 

Jangan jadi silent reader ya. Jangan lupa vote dulu sebelum baca. 

Selamat bersemesta !!

Selamat bersemesta !!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

            Memanggil kembali sepenggal kenangan yang akan tetap abadi, atau mungkin memang pada dasarnya setiap hal yang berkaitan dengan Narajengga adalah hal-hal penting yang senantiasa Sena simpan baik dalam kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


            Memanggil kembali sepenggal kenangan yang akan tetap abadi, atau mungkin memang pada dasarnya setiap hal yang berkaitan dengan Narajengga adalah hal-hal penting yang senantiasa Sena simpan baik dalam kepalanya. Tidak ingin satu detik pun terlewat dan dilupakannya begitu saja. Eksistensi si bungsu yang sudah membersamainya selama puluhan tahun ini cukup membuat Sena sadar bahwa mereka tidak memiliki siapapun selain satu sama lain.

Hawa dingin yang sejak pagi terasa tentunya membuat dua pria yang tengah duduk di beranda merapatkan pakaiannya. Kendati baskara sudah memberikan kehangatan secara cuma-cuma, namun agaknya pergantian musim kali ini cukup membuat Narajengga sedikit kerepotan. Dia bahkan baru bisa tertidur nyenyak setelah tiga hari berturut-turut harus mengorbankan waktu tidurnya demi mengurus si semata wayang yang baru saja sembuh dari demam.

Namun melihat adiknya terlihat cukup mengenaskan. Dengan kantung mata yang terlihat jelas pun kerutan-kerutan halus yang kini hadir di sekitar mata. Sena menyadari bahwa usia mereka sudah tidak lagi muda. Siapa sangka anak kecil yang dulunya merengek karena dinakali teman-temannya itu kini sudah pandai mengurus anak?

"Mas?"

"Hm?" Sena menyahut seraya menyeruput kopi hitamnya. Melirik singkat Narajengga yang kini tengah bersidekap dengan jaket abu lusuh yang bahkan sudah memudar warnanya.

"Tadi," Jengga menjeda sejenak ucapannya, tampak ragu sesaat sebelum pada akhirnya dia tetap melanjut, "aku ketemu sama salah satu keluarga Kaluna."

"Siapa?" nada bicara Sena tampak tidak senang. Dingin. Dan Jengga total paham kenapa kakaknya bersikap demikian. Apapun hal yang berkaitan dengan Kaluna selalu mengundang emosi Sena.

"Adiknya," jawab Narajengga pelan. Namun tidak mau semakin membuat Sena khawatir, dia melanjut cepat, "Tapi bukan apa-apa. Maksudku bilang begitu ... aku cuma mau bilang, tolong jaga Jingga dengan baik."

Redup. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang