BAB 6 : ANAK-ANAK YANG LAHIR TANPA KASIH SAYANG

621 198 188
                                    

“Pengantin Remaja”

BAB 6 : ANAK-ANAK YANG TERALHIR TANPA KASIH SAYANG

dia terlahir dari benci yang tak berkesudahan, kemudian terdiri dari berbagai macam kehancuran-kehancuran, lalu berulang kali dipatahkan oleh realita-realita yang menyakitkan. Namun, itu adalah harga yang harus di bayar demi sebuah kehadiran yang sudah berada diambang batas kehilangan.

= Pengantin Remaja =

Pagi-pagi sekali Arjuna melangkah tergesah memasuki pekarangan rumahnya, langkahnya tertatih, sekujur tubuhnya masih merasakan ngilu bekas semalam ia di hajar hingga babak belur oleh Jonathan. Luka-lukanya belum sembuh sepenuhnya, bahkan jelas terlihat bahwa cowok itu masih mengenakan baju yang sama seperti kemarin malam, bercak darah di pakaiannya masih terlihat jelas. Arjuna pulang kerumahnya secara paksa setelah sebelumnya Bi Wuri menghubungi Arjuna jika lagi sang Ayah melakukan hal yang sama, seperti beberapa tahun terakhir.

Pintu berukuran raksasa itu di buka paksa oleh Arjuna, ia berjalan tergesah, tergopoh demi menemui sang Ayah yang entah berada dimana keberadaannya, yang jelas Arjuna tahu jika Ayah nya ada di rumah mereka.

Arjuna meringis sesekali saat nyeri diperutnya kembali menghantam, kepalanya mendadak pening disaat yang bersamaan. Namun, cowok itu tidak menghentikan langkahnya, ia menaiki tangga dengan langkah lebar, lalu berjalan cepat menuju kamar sang Ibu.

Prangg!!!

“Ampun mas.. Ampunn” suara itu berhasil menyentak Arjuna, ia terpaku ditempatnya berpijak saat ini. Arjuna sangat mengenal suara itu, itu adalah suara milik Ibu nya, wanita yang paling Arjuna cintai di muka bumi ini. Wanita yang sudah mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan Arjuna agar bisa menikmati bagaimana kejamnya dunia ini mempermainkan takdir mereka masing-masing.

Arjuna mengepalkan kedua jemarinya kuat-kuat, mengambil langkah besar dan cepat menuju kamar utama dimana sumber suara terdengar, kedua atensinya semakin kelam, amarah dan khawatir jelas terlihat menjadi satu padu pada sepasang manik sekelam malam miliknya. Arjuna lantas membuka paksa pintu kamar berukuran besar dengan ukiran kayu berbentuk abstrak tersebut dengan warna dasar cat coklat kayu.

Brak!

Pintu kamar itu terbuka secara paksa, menghasilkan suara debuman keras saat daun pintu membentur dinding beton kamar utama tersebut. lalu dengan kondisi yang masih babak belur, Arjuna mengerahkan sisa-sisa tenaga yang ia miliki untuk menyelamatkan sang Ibu dari kemurkaan Ayah nya yang nyaris seperti orang kesetanan. membabi buta ia melemparkan barang demi barang pada tubuh ringkih istrinya, sedang wanita itu sudah meringkuk disudut kasur dengan mencoba melindungi tubuhnya sendiri.

Sepasang manik kelam milik Arjuna membola ketika mendapati bagaimana sang Ayah dengan tidak berperasaannya menyakiti tubuh istrinya sendiri. Rahangnya mengetat, segala macam amarah yang ia pendam didalam kepalanya sendiri, seolah bekerja sama dengan baik hingga memberi Arjuna kekutan walau tidak sepenuhnya

“Ayah berenti! Jangan sakitin Ibu” Arjuna berteriak kencang, meloncat ke atas kasur lalu menjadikan tubuhnya sebagai perisai pelindung untuk sang Ibu. Arjuna kemudian memeluk kencang tubuh ringkih ibu nya seolah ia ingin menyampaikan pada Melinda jika keadaan akan baik-baik saja. Arjuna tidak akan membiarkan wanita yang paling Arjuna agungkan keberadaannya itu disakiti oleh siapapun.

“Sialan! Anak kurang ajar!” Arif jelas murka pada Arjuna, pria berusia nyaris lima puluh tahunan itu lantas meraih benda apapun yang ada disekitarnya, lalu dengan tanpa perasaan iba sekalipun, ia lemparkan guci kecil yang tertata rapi diatas meja itu kearah punggung Arjuna.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 02, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PENGANTIN REMAJAWhere stories live. Discover now