Episode 18

680 94 41
                                    

Ryujin POV

"Julia, ini beneran kamu??" Suaraku terdengar bergetar. Lututku terasa lemas dan laksana petir yang menyambar, hatiku serasa terhujam benda keras.

"Jawab sayang... Ini Lia-nya Ryujin kan? Mamanya Shin Yuna?"

Mataku mulai memanas, rasanya aku ingin menangis saat ini juga melihat wajah cantik itu kembali seolah menghapuskan keraguan yang ada. Tapi bagaimana bisa? Aku tak percaya akan ini semua setelah hal apa yang terjadi sebelumnya.

Tapi ini sungguhan. Wanitaku benar-benar ada disini bersamaku. Melihat tapak kaki kami yang menginjak lebamnya aspal yang sama membuat keraguan di dalam hatiku perlahan terkikis. Sebenarnya apa yang sudah terjadi di antara kami. Siapapun tolong beritahu aku.

Mataku membulat sempurna dan sedetik kemudian air mataku menetes. Astaga, setelah delapan tahun akhirnya aku kembali melihat senyuman manis yang selalu membuat jantungku berdegup kencang itu. Tuhan, sebenarnya hal apa yang sudah terjadi antara aku dan Lia? Kenapa ini terasa seperti mimpi? Ah sudahlah aku tidak peduli, aku hanya ingin memeluknya saat ini juga. Aku benar-benar merindukan Julia, istriku. "Aku kangen banget sama kamu sayang." Aku mengusap air mataku kemudian merentangkan kedua tangan untuk memeluknya, namun sebuah teriakkan lantang membuatku mengurungkan niatnya.

"YAAA CHOI JISU!! DIMANA KAMU HA?? DASAR WANITA JALANG!!"

Aku mengerutkan kening mendengar teriakkan seorang pria memanggil nama Jisu. "Jisu? Siapa Jisu?" gumamku pelan. Aku bisa melihat Lia menggelengkan kepalanya dan tiba-tiba saja ia memeluk tubuhku erat dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leherku. Aku bisa merasakan tubuhnya bergetar dan nampak ketakutan.

"CHOI JISU!!"

Lia semakin mengeratkan pelukannya saat suara lantang itu kian terdengar mendekat. Apakah Lia ketakutan karena orang itu??

"hhngg..."

Aku bisa merasakan Lia kembali menggelengkan kepalanya dan meremas bahu lebar ku cukup keras. Aku tahu, dulu hal ini biasa Lia lakukan jika ia sedang ketakutan.


"Ssstt gapapa gapapa. Sekarang ada aku, kamu ga usah takut. Ayo kita masuk mobil aja." Aku mendekap erat tubuh Lia dan membawanya masuk ke dalam mobil, sebelum pria sinting itu menemukan kami.


"Papi ada ap- MAMI????" putriku memekik keras saat aku dan Lia memasuki mobil.


Perasaanku membuncah saat Lia menatapku dengan wajah penuh tanya saat Yuna memanggilnya dengan sebutan mami. Aku yang sudah duduk dibalik kemudi tersenyum tipis "Dia Shin Yuna, putrimu. Putri kita yang dulu kamu perjuangkan, Lia." Aku tersenyum sendu, saat memori mengerikan itu kembali terlintas dipikiran ku. Memori yang telah merobek hatiku menjadi berkeping-keping. Dimana kepingan itu telah bertransformasi menjadi air mata yang telah menetes ratusan mili.

"Iya Mami ini Yuna. Hiks... a-akhirnya Mami pulaang hueee.." Yuna langsung memeluk tubuh Lia dengan erat dan menumpahkan tangisnya di dada Lia. Aku tahu, Yuna juga pasti sangat merindukan ibunya meskipun ia tidak pernah bertemu sebelumnya.


Aku bisa melihat nafas Lia naik turun dan matanya berair. Aku paham, istriku pasti sangat bahagia melihat putrinya sudah tumbuh sebesar ini. Lalu dengan lembut Lia membalas pelukan Yuna dan membawa putrinya duduk di atas pangkuannya.


Aku kembali tersenyum, jujur saja aku masih tidak percaya akan hal ini. Tetapi siapa peduli, aku akan tetap menjalani ini sekalipun ini hanya halusinasi ku. Julia sudah kembali dan keluarga kecilku kembali utuh.


Tak mau berlama-lama, aku segera menancap pedal gas dan berbalik menuju rumah dengan perasaan tidak sabar. Sungguh, hari ini aku benar-benar bahagia, bahagia sekali sampai tak terasa pipi ku ini kembali basah oleh air mata. Namun ini air mata bahagia.


 Conscience • JINLIA [✓]Where stories live. Discover now