Langkah 1 - Sebuah Akhir

36 4 0
                                    

What am I gonna do when the best part of me was always you?And what am I supposed to say when I'm all choked up and you're OK?I'm falling to pieces... (Breakeven – The Script)

Di suatu sore menjelang malam di hari Jumat yang langitnya begitu cerah tanpa ada awan, terdapat dua anak manusia yang hanya bisa saling menatap dengan maksud yang berbeda. Satu menatap dengan tidak percaya, sementara satunya lagi menatap dengan tatapan mata yang tegas.Sepasang anak manusia itu sedang berada di sebuah kafe yang sedang hits di Kota Mataram. Kafe yang biasanya ramai ketika malam hari terutama ketika malam minggu, saat ini terasa begitu lengang, karena pengunjung kafe tidak sampai lebih dari sepuluh orang dan ditambah dengan lima orang karyawan.

Genia, gadis yang menatap dengan tatapan tidak percaya. Lidahnya terasa kelu. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Mencoba mengalihkan pandangan matanya pada segerombolan anak SMA yang masih lengkap dengan seragam mereka, duduk tidak jauh dari mejanya sekarang. Yang jelas saat ini Genia sedang berusaha untuk mencerna kalimat yang baru saja dikatakan oleh lawan bicaranya yang membuatnya benar-benar tak habis pikir. Di sisi lain meja Genia ada sepasang ibu dan anak laki-lakinya yang berumur sekitar lima tahun sedang menikmati cheesecake mereka dengan bahagia. Sebisa mungkin ia mengatur napasnya.

Baru saja, laki-laki di hadapannya, yang tak lain dan tak bukan adalah kekasihnya itu, berkata dengan tegas untuk mengakhiri hubungan mereka berdua. Genia sama sekali tidak menyangka kalau tujuan Lingga membawanya ke kafe tempat mereka biasa menghabiskan waktu untuk mengatakan kalimat yang mampu membuat tubuh Genia membeku. Padahal belum lama ini Genia merasa bahagia. Karena setelah sekian lama, akhirnya ia dapat bertemu lagi dengan Lingga karna sudah dua tahun ini mereka berdua menjalin hubungan jarak jauh. Lingga yang saat lulus SMA diterima di salah satu universitas negeri bergengsi di Kota Surabaya, sudah pasti akan menghabisnya banyak waktunya di sana. Apalagi jarak Mataram dan Surabaya yang jauh dan harus menyeberangi dua lautan, membuat Lingga tidak bisa sesering itu pulang ke rumahnya. Dan karena saat ini Lingga sedang libur semester genap, maka ia gunakan waktu libur panjangnya itu untuk pulang.

Raut wajah Lingga yang begitu tegas dan sangat yakin membuat Genia sadar kalau laki-laki yang ia cintai ini sedang tidak bercanda sama sekali. Kedua mata indah Genia sudah berkaca-kaca, dan bendungan di pelupuk mata itu siap pecah kapan saja. Tapi Genia berusaha untuk menahannya untuk tidak menangis di depan Lingga. Ia mencoba untuk menanggapi dengan tenang dan santai.

"Kenapa kamu minta putus? Aku ada salah ke kamu?" Tanya Genia yang masih berusaha untuk menahan air matanya agar tidak keluar. Berulang kali ia menarik dan menghembuskan napas dengan susah payah. "Atau aku bikin kamu sakit hati tanpa sengaja?"

Lingga menggelengkan kepala, "Kamu nggak salah. Sama sekali nggak salah," Ia menghela napas dengan berat. "Aku yang salah."

Genia yang sama sekali tidak mengerti, otomatis langsung mengerutkan dahinya, "Kalau gitu, kenapa? Kenapa tiba-tiba minta putus?"

"Dari awal aku salah deketin kamu, Gen. Seharusnya aku nggak jadikan kamu jembatan buat bikin aku deket sama Shafira." Ujar Lingga dengan sedikit menyesal. Ia sama sekali tidak ada maksud untuk mempermainkan hati Genia. Tapi memang hanya dengan mendekati Genia, ia juga bisa dekat dengan Shafira.

"Shafira? Adelia Shafira?" Jujur saja, Genia jadi semakin tidak mengerti arah pembicaraan mereka berdua. Kenapa sekarang jadi membahas saudara kembar Genia?

"Aku jatuh cinta sama Shafira, sejak awal."

Deg!

Satu kalimat yang membuat Genia menegang. Dadanya terasa sesak. Tiba-tiba saja ia merasa kalau oksigen di sekitarnya mulai menipis. Ia sama sekali tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Bagaimana bisa Lingga, yang selama tiga tahun ini menjadi kekasihnya, bisa jatuh cinta pada saudara kembarnya sendiri?Kalau memang dari awal Lingga sudah menyimpan rasa pada Shafira, lalu apa arti Genia untuknya? Kata cinta dan sayang selama ini untuk apa? Apa hanya omong kosong belaka?

Tanpa TergesaWhere stories live. Discover now