Chapter 13

28 15 4
                                    

Loen dan Liran dengan sabar menanti Horon yang masih sempat singgah di kamar kecil untuk membuang hajat. Keduanya ingin marah tapi masih merasa tak tega karena Horon adalah orang yang tahu tentang seluk beluk gedung Kranial itu.

"Maaf membuat kalian menunggu lama, aku benar-benar sudah tidak tahan tadi, rasanya sangat mendesak untuk dituntaskan," ucap Horon begitu keluar dari kamar kecil. Liran yang perfeksionis merasa ada terjangan badai di perutnya yang ingin mengeluarkan semua isi perutnya setiap mendengar orang membahas masalah buang air besar.

"Menjijikkan, begitu banyak topik pembicaraan kenapa harus itu!" ucap Loen akhirnya muntah mendahului Liran yang pada akhirnya ikut-ikutan muntah karena tak kuat melihat muntah Loen yang otomatis membuat tawa Horon berderai melihatnya.

"Kalian seperti orang hamil saja, pake acara muntah segala!" ejek Horon disambut pukulan di kepalanya dari Liran yang kesal.

"Ayo pergi," ajak Loen. Satu persatu ruangan terlewati, tapi Loen merasa mereka hanya berjalan di situ situ saja.

"Apa ini jalan yang benar?" tanya Loen.

"Entahlah, aku sedikit lupa dengan jalan ini," jawab Horon sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Horon sebenarnya sangat kenal jalan di setiap gedung, namun ada ruangan imitasi yang bisa menipu siapapun yang melewatinya, bisa-bisa mereka takkan pernah keluar dari tempat itu jika tak menyadarinya. Horon diam bukan karena tak tahu jalan keluarnya, hanya saja dia sedang memastikan pintu mana dari dinding yang akan membawa mereka keluar dari gedung Kranial ini. Baru saja Horon ingin memastikan salah satu pintu, tiba-tiba mereka dikagetkan suara erangan yang sangat kuat dari arah belakang, dan ketiganya membelalak kaget saat melihat beberapa ekor mahluk pengintai milik para Mielin sedang menatap lapar ke arah mereka.

"Ayo!" ajak Horon mengajak kedua pria itu ke pintu yang dia yakini sebagai pintu keluar yang sebenarnya. Dan keberuntungan masih berada di pihak Loen saat pintu itu benar-benar mengajak mereka ke luar gedung.

"Akhirnya," lirih ketiganya lega, tapi mereka kembali dikejutkan dengan suara teriakan dari arah lantai 2 gedung Kranial, dan Liran tak bisa untuk tidak cemas saat melihat Lyra berada dalam rombongan itu, dan mereka sedang diburu para Mielin.

"Kita harus masuk!" ucap Liran berniat duluan, tapi Loen menahannya.

"Kau tidak sedang baik-baik saja, tunggulah di luar, aku dan Horon akan menyelamatkannya!" ucap Loen. Liran ingin menolak tapi tatapan tegas Loen membuatnya tunduk dan membiarkan kedua orang itu masuk tanpanya.

"Loen!" panggil Liran membuat langkah Loen terhenti.

"Kau harus menyelamatkannya apapun yang terjadi, bawa dia pergi dari tempat ini! Jangan sempat Lyra tertangkap, atau orang-orang Excibis akan mengambil alih dunia dengan kegilaan mereka," ucap Liran. Loen mengangguk dengan mimik serius lalu berlari kembali memasuki gedung bersama Horon. Liran yang tertinggal menangis sejadi-jadinya saat melihat Lyra mati-matian menyelamatkan diri dari para Mielin yang membunuh satu persatu teman-temannya.

"Lyra," lirih Liran sambil menghapus air matanya, seakan mendengar apa yang Liran katakan, Lyra menoleh dari atas sana, gadis itu mengeluarkannya kepalanya dari salah satu jendela di lantai dua, dan melambai seakan memberi kode pada Liran, tapi pria itu menganggap itu adalah sebuah lambaian untuk menyapa dari adik tersayangnya yang mana Liran juga mengangkat tangannya untuk membalas, hingga sebuah pukulan maha keras mendarat di kepalanya membuat terjatuh setengah sadar ke tanah yang keras. Liran terbatuk darah dan pandangannya bergoyang. Kesadarannya kian raib ditelan rasa sakit pada kepalanya.

"Akhirnya kau tertangkap." Liran menatap tak percaya pada apa yang dia lihat.

"Ti-tidak mungkin," lirih Liran sebelum akhirnya tak sadarkan diri.

****

Lyra semakin kencang berlari menghindari kejaran Mielin yang menjijikkan baginya.

"Lyra!"

Suara itu tiba-tiba mampir di telinga Lyra yang tiba-tiba melihat sebuah kejadian buruk yang sedang mendekati kakaknya. Lyra memastikan di mana tempat itu, saat melihat dengan pasti posisi di penglihatannya itu, Lyra beralih membuka jendela setelah memastikan para Mielin tidak sedang mengejarnya.

Saat berhasil menemukan jendela yang bisa dia raih, Lyra pun mengeluarkan kepalanya menatap sekeliling gedung Kranial, dan matanya menatap dengan genangan air mata kerinduan saat melihat Liran sedang menatapnya dari halaman. Lyra melemparkan senyumnya namun terhenti saat melihat beberapa sosok dengan mantel hitam sedang mendekati Liran yang tidak menyadarinya. Lyra mengangkat tangannya untuk memberi peringatan, tapi sepertinya Liran salah menanggapi karena pria itu malah membalas lambaiannya. Dan mata Lyra terlalu kaget saat melihat kakaknya dipukul dengan keras. Lyra berlari menuruni tangga berpisah dengan temannya, yang ada di pikirannya saat ini adalah menyelamatkan kakaknya sebisa yang ia mampu.

"Liran, kumohon bertahanlah! Aku akan datang kakakku, tolong jangan tinggalkan aku hingga saat itu, kumohon," lirih Lyra sepanjang berlari menuruni tangga menuju dasar, puluhan Mielin mengekori langkahnya. Karena rasa cemas dan gugup, Lyra tersandung angin dan jatuh berguling melewati 57 anak tangga yang tersisa dan mendarat dengan posisi terbaring di lantai. Sikut, lengan dan kepalanya mendapat luka, tapi Lyra tak memperdulikan itu, dia hanya ingin menyelamatkan Liran secepatnya.

Lyra harus lebih memperkuat jantungnya saat bertabrakan dengan rombongan Loen yang membuka pintu secara bersamaan dengannya. Melihat Lyra, Loen dan Horon langsung menarik gadis itu untuk sembunyi saat menyadari banyak Mielin di belakang gadis itu.

"Kita harus menyelamatkan kakakku, kumohon," lirih Lyra disambut anggukan Loen DNA Horon. Lyra langsung berlari keluar gedung dan mencari tahu arah orang-orang itu membawa Sang kakak. Dengan hidung bak anjing pengendus, Lyra mencoba mencari bau yang sangat ia kenal, dan benar saja, mereka diantarkan ke sebuah bangunan yang cukup besar tapi berbau obat-obatan yang sangat pekat.

"Lyra!" panggil Loen setengah menjerit saat melihat Lyra dengan seenaknya memasuki bangunan itu dengan sembrono.

"Kak! Liran!" panggil Lyra dan seketika terdiam saat merasakan sebuah benda tipis dan tajam menembus kulitnya. Perlahan tubuh Lyra luruh dan terbaring tanpa alas di lantai berdebu itu.

"Bagaimana rasanya, Putri? Itu adalah rasa yang sama dengan ciptaan Razi, bukan?" Lyra menatap tak percaya siapa yang berdiri di atas dengan senyuman menakutkannya.

"O-om Razi?"

( .... )

Excibis City✔Where stories live. Discover now