Chapter 27 (akhir)

68 13 2
                                    

"Tidak mungkin," lirih Lyra saat melihat imaginer Razi kini berdiri di hadapannya dengan jarak yang sangat dekat. Jelas-jelas Lyra mengingat bahwa dia telah menghajar pria itu dengan brutal waktu itu, tapi apa yang terjadi sekarang.

"Ahk, luka itu. Dia sudah sangat sehat ponakan! Sekarang kita akan tanding ulah siapa yang akan bertahan hingga akhir di keluar dari tempat sampah ini!" teriak Razi dari kejauhan. Baru saja Lyra akan menanggapi, tiba-tiba mereka dikagetkan dengan kehadiran puluhan Mielin dan para pengendus di belakang Razi yang tertawa melihat ekspresi keempat anak muda itu.

"Jangan terlalu takut! Mereka sangat jinak jika kau memberikan otakmu pada mereka!" ucap Razi menekan mental kelompok kecil Lyra.

"Agkh," lirih Horon merasakan tubuhnya seakan mati rasa. Viena memeluk pria itu dengan erat karena wajah Horon sangat pucat.

"Dia takkan mati sekarang, harus menunggu beberapa menit dengan rasa sakit itu. Namun aku tidak menjamin kalian tidak akan mati dengan serangan pada peliharaanku ini!" teriak Razi lagi.

"Kita harus pergi, kita harus memasuki gerbang Hipotalamus sebelum dia datang!" ucap Loen sambil memapah Horon bersamanya. Terdengar tawa menakutkan dari imaginer Razi saat melihat Lyra dan rombongannya berlari menghindarinya juga rombongannya.

"Wohoo, ada yang ingin main kejar-kejaran, baiklah jika itu mau kalian. Anak-anak! Tangkap dan habisi mereka tanpa tersisa!" perintah Razi dan para Mielin mulai mengejar Lyra dan kawan-kawan.

"Larilah sebelum kau tertangkap!" ucap Razi sambil ikut berlari mengejar Lyra yang menjadi sasaran utamanya.

Merasa Razi mengincarnya, Lyra menahan langkahnya dan berbalik memfokuskan pikirannya dan mengangkat bebatuan yang seketika menyerang para Mielin dan pengendus. Satu persatu dari mereka mati dan Razi tertawa menggelegar melihat anggotanya kian berkurang.

"Kau ingin bermain-main Putri, maka aku akan meladenimu dengan senang hati!" ucap Razi menggunakan kekuatan telekinetiknya dan mengangkat tanah yang menyebabkan badai tanah ke arah rombongan Lyra yang segera berlindung tak terkecuali Lyra.

"Kita takkan menang! Ayo bergegas," ucap Loen menarik Lyra bersamanya. Lyra mengikuti ajakan Loen tapi Razi tak membiarkan mereka lolos dengan begitu mudah. Pria itu mengeluarkan kemampuannya mengangkat kayu yang sangat runcing dan mengarahkannya ke arah Lyra yang tidak menyadarinya.

"Lyra awas!" teriak Viena saat menyadari itu, tapi kayu keburu terbang menusuk ke arah Lyra yang tiba-tiba merasakan muncratan darah mengenai wajahnya tapi rasa sakit tidak ada padanya, yang Lyra dengar hanya tangisan Viena yang memilukan. Karena penasaran, Lyra membuka matanya dan melihat hal yang sangat menyakiti hatinya. Horon, pria Inggris itu terduduk dengan kayu runcing itu menembus perutnya dari depan hingga ke belakang.

"Tidak!" pekik Lyra menghampiri Horon yang kini terbatuk darah.

"Tidak, bukan begini akhirnya. Aku akan mengeluarkan kayunya," ucap Lyra sambil terisak tapi Horon menahan lengannya.

"Tidak perlu, aku sudah siap untuk menghadapi ini. Kalian pergilah tanpaku. Cepat!" perintah Horon. Akan terapi Lyra yang sudah diburu amarah mengabaikan ucapan Horon dan bangkit dengan tangan terkepal.

"Kau mungkin lebih berpengalaman dariku tapi kau takkan lebih kuat dari ayahku, Razi!" teriak Lyra sambil menutup matanya dan tiba-tiba tanah yang Razi injak bergetar hebat.

Excibis City✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon