Bab 4

34 2 0
                                    


Bab 4

Anna

(8 Maret 2020)

Jam 9 malam.

Anna baru saja sampai di rumahnya setelah seharian bekerja di kantornya.

Banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikannya hari ini, dikarenakan oleh rekan sesama akuntannya yang tidak masuk kerja sejak beberapa hari yang lalu.

Jadi, porsi pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh dua orang akuntan, harus dikerjakan sendirian oleh Anna.

Kedua bola matanya terasa sangat perih karena seharian memandangi layar komputer dan menyusun laporan keuangan Perusahaannya.

Anna membaringkan tubuhnya di atas sofa, yang terletak di ruangan tamu rumahnya.

Pikirannya mulai melayang.

Perusahaan tempat Ia bekerja, akhir-akhir ini mulai merugi, semenjak pemiliknya sering menggunakan uang Perusahaan untuk berjudi dan Ia jarang sekali mengurusi perusahaannya lagi.

Cepat atau lambat, perusahaan tersebut akan bangkrut.

Anna harus bersiap-siap untuk mencari pekerjaan baru di perusahaan yang lain.

"Ah, tapi, tak apa lah. Dengan uang sejumlah 6 miliar Rupiah yang akan aku dapatkan beberapa hari lagi, aku masih bisa bersantai dan menganggur selama beberapa bulan, jika aku memutuskan untuk berhenti bekerja di Perusahaan itu", katanya dalam hati.

Tubuhnya terasa sakit semua.

Ia merasa malas untuk bangkit berdiri, membersihkan diri, dan mengganti pakaian kerjanya dengan pakaian rumah.

Sepi sekali suasana rumahnya.

Rupanya, ayah dan ibunya sudah tertidur di kamar mereka.

Anna memejamkan kedua matanya.

Tiba-tiba, listrik di dalam rumahnya padam.

Anna terlalu malas untuk bangkit berdiri dan memeriksa panel listrik yang terletak di dekat pintu masuk rumahnya.

Ia tetap berbaring di atas sofa yang empuk itu.

Terdengar suara perempuan yang tertawa melengking dari sudut ruangan tamu itu.

Tubuh Anna tersentak kaget.

Ia langsung bangkit berdiri dan mengamati tempat di mana suara aneh tersebut terdengar.

Terlalu gelap.

Ia tidak bisa melihat apa-apa dengan kondisi ruangan segelap ini.

Anna segera mengambil handphone dari saku celana panjangnya dan menekan icon senter di layar handphonenya.

Ia mengarahkan cahaya lampu handphone nya ke arah tempat dimana Ia mendengar suara yang menyeramkan itu.

Tidak terlihat ada siapapun disana.

Anna mengarahkan cahaya lampu handphone nya ke seluruh bagian ruang tamu tersebut.

Tidak terlihat ada siapapun di dalam ruangan tamu itu.

Anna berjalan menuju ke panel listrik di dekat pintu depan rumahnya.

Ternyata semua saklar di dalam panel listrik tersebut kondisinya tertekan ke arah bawah.

Anna mendorong semua saklar listrik tersebut ke atas.

Listrik mulai menyala.

Lampu-lampu yang terletak di ruangan tamu itu menyala, namun berkedip-kedip.

Anna melihat ada sesosok perempuan berambut panjang dan berwajah pucat sedang duduk di atas sofa.

Sosok perempuan yang berwajah menyeramkan itu memandangi wajah Anna dengan kedua bola matanya yang berukuran besar dan tidak berkedip.

Anna menjerit kaget dan ketakutan.

Sosok perempuan itu tertawa terkekeh-kekeh.

Tubuh Anna tiba-tiba terasa lemas.

Ia terduduk di atas lantai.

"Ada apa, Anna? Kenapa kamu berteriak-teriak?" , terdengar suara teriakan ibunya Anna dari arah kamar tidurnya yang terletak di lantai dua rumah itu.

Sosok perempuan itu tiba-tiba menghilang.

Lampu-lampu di ruangan tamu itu akhirnya menyala terang dan tidak berkedip-kedip lagi.

Anna menjawab, "Emmm....nggak, ma. Nggak apa-apa. Tadi...tadi ...emmm...ada tikus lewat...di ruangan tamu".

Ibunya Anna tidak menjawab.

Anna bangkit berdiri dari atas lantai dan berjalan menuju ke arah tangga rumahnya.

Detak jantungnya masih terasa cepat.

Ia membelai dadanya dengan telapak tangannya dengan perlahan-lahan.

Detak jantungnya mulai melambat dan normal kembali.

"Sialan. Belum juga menginap di Rumah 9 Hujan, aku malah sudah melihat yang tidak-tidak malam ini. Hahaha...aneh-aneh saja. Mataku pasti kecapekan." , katanya dalam hati , sambil tersenyum kecut.

Tiba-tiba terdengar suara bel rumahnya.

"Anna! Bukakan pintunya! Mama dan papa tadi pergi keluar rumah sebentar dan lupa membawa kunci rumah!", teriak ibunya Anna dari arah luar pintu depan rumah Anna.

Anna terdiam terpaku.

"Anna! Ayo cepat! Hujan sudah mulai turun nih!", teriak ibunya Anna.

"Aneh sekali. Tadi...tadi...si...siapa...yang memanggilku?", kata Anna di dalam hatinya.

Anna segera berlari dan membukakan pintu depan rumahnya.

Terlihat ibunya yang pakaiannya basah kuyup dan ayahnya yang duduk di atas kursi roda yang basah terkena air hujan, sedang berada di depan rumahnya.

"Siapa yang memanggilku...tadi?"

Terdengar suara tertawa perempuan yang pelan, dari arah ruangan tamu.

66 iblis , A "Rumah 9 Hujan" StoryWhere stories live. Discover now