Bab 11

31 3 0
                                    


Bab 11

Hari I

(11 Maret 2020 . Jam 06:15 – 06:30)

"Maaf, aku terlambat. Alarm handphone ku tidak berbunyi pagi ini", kata Jenny dengan nafas yang terengah-engah.

Ia mengenakan kemeja lengan pendek berwarna biru muda, celana kain berwarna biru tua, dan sepatu hak pendek berwarna cream.

"Aku juga minta maaf. Tadi mobil Grab yang kutumpangi tiba-tiba mogok , sekitar 3 kilometer dari rumah ini. Uhuk...uhuk...Sehingga aku harus berlari menuju ke rumah ini. Uhuk...uhuk...", kata Arya sambil terbatuk-batuk.

Ia mengenakan kemeja lengan pendek berwarna biru tua, celana panjang jeans, dan sepatu sneakers berwarna putih.

Mereka bertujuh terlihat berdiri di bagian depan pintu paling luar Rumah 9 Hujan

Tedja, Danny, dan Kathy memperhatikan wajah Jenny dan Arya dengan pandangan yang tajam dan sinis.

Anna tersenyum kecil melihat wajah Jenny dan Arya yang dipenuhi dengan keringat.

Ia mengenakan polo shirt berwarna merah tua, celana panjang jeans, dan sepatu sneakers berwarna putih.

Yudi terlihat sedang mengamati bagian luar bangunan paling depan rumah itu.

Ia mengenakan t-shirt berwarna hijau, celana kain tebal berwarna cream, dan sepatu sneakers berwarna abu-abu.

"Apa sebaiknya mereka berdua didiskualifikasi saja, karena terlambat 15 menit?", kata Kathy kepada Tedja, dengan suara yang terdengar menyebalkan.

Ia mengenakan tanktop berwarna pink tua, rok pendek berwarna coklat tua, dan sepatu hak tinggi berwarna merah terang.

Wajah Arya dan Jenny terlihat terkejut mendengarkan kata-kata Kathy.

"Ehm...tidak perlu mengambil keputusan drastis seperti itu.Tidak perlu...tidak perlu", jawab Tedja dengan suara yang terdengar canggung.

Ia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna hitam, celana panjang kain berwarna hitam, dan sepatu kulit berwarna hitam.

Hati Arya dan Jenny terasa lega mendengar jawaban Tedja.

Jenny memandangi wajah Kathy dengan pandangan mata yang tajam.

"Kok tidak ada reporter televisi atau wartawan koran yang meliput acara ini ya? Kan pengumuman mengenai acara ini sudah disebar kemana-mana. Ke banyak website dan media sosial?", tanya Kathy kepada Tedja.

"Karena, Perusahaan XLIV.inc kan tidak menuliskan mengenai tanggal pasti acara ini dimulai. Mereka juga tidak mengumumkan mengenai nama-nama pesertanya juga. Benar kan, Pak Tedja?", jawab Danny.

Ia mengenakan kemeja lengan pendek berwarna kuning tua, celana panjang kain berwarna hitam, dan sepatu kulit berwarna hitam.

"Eh, iya. Benar sekali, Pak Danny", jawab Tedja.

Kathy mendengus kecewa.

"Ok. Karena kita semua sudah berkumpul di sini, mari kita mulai acara ini", kata Tedja.

"Pertama-tama. Perkenalkan, nama saya Tedjo. Tadi, sebelum Jenny dan Arya sampai di sini, saya sebenarnya sudah memperkenalkan diri saya secara singkat kepada Anna, Kathy, Danny, dan Yudi. Tapi, tak apa lah. Saya ulangi lagi perkenalan diri saya. Hehehe...Ehm,jadi, saya ini adalah perwakilan dari Perusahaan XLIV.inc . Pimpinan Jun, yang merupakan pemilik dari Perusahaan XLIV.inc , meminta saya untuk mengatur dan menangani acara 'Menginap 6 Hari di Rumah 9 Hujan Berhadiah 6 Miliar Rupiah!' Saya yakin bahwa anda semua telah menerima email dari Perusahaan XLIV.inc, "

"Pimpinan Jun? Oh, nama pemiliknya Pimpinan Jun. Kok aneh namanya?", tanya Kathy menyela kata-kata Tedjo.

"Iya...ehm, namanya Pimpinan Jun. Aneh tapi nyata ya...hehehe...ehm..", jawab Tedjo.

Tidak ada satu pun dari mereka yang tertawa karena kata-kata lelucon Tedja yang garing tersebut.

"Ehm...ok, saya lanjutkan. Tolong tunjukkan ke saya email yang anda dapatkan dari Perusahaan XLIV.inc , beserta nomor kode kepersertaan anda semua", kata Tedja sambil mengambil beberapa gelang kepersertaan acara yang terlihat menyerupai gelang pasien rumah sakit, dari dalam tas kerjanya.

Mereka berenam satu persatu menunjukkan email yang mereka dapatkan dari Perusahaan XLIV.inc dan kode kepersertaan mereka , di layar handphone mereka ; kepada Tedja.

Gelang-gelang kepersertaan acara tersebut diberikan oleh Tedja kepada mereka dan Ia meminta mereka untuk segera memakai gelang-gelang tersebut.

Nama lengkap , umur , dan kode kepersertaan mereka tercantum di masing-masing gelang kepersertaan acara tersebut.

"Mengenai peraturan dan detil acara ini, akan saya sampaikan setelah kita sudah berada di dalam rumah ini", kata Tedja sambil mengetikkan kode khusus dengan menekan tombol-tombol di alat pengunci pintu paling luar rumah itu.

Pintu paling luar rumah itu langsung terbuka dengan suara yang terdengar seperti benturan baja yang keras.

Klang!

"Ayo...kita semua masuk", kata Tedja mempersilahkan mereka semua memasuki lorong panjang di bagian depan rumah itu.

Terdengar suara roda koper yang berdecit-decit menggema di seluruh dinding lorong panjang tersebut, ketika mereka semua berjalan menyeret koper mereka di dalam lorong panjang tersebut.

"Wih, gelap sekali...", kata Yudi.

"Bau busuk...Menjijikkan", kata Jenny.

"Seramnya lorong ini...", kata Danny.

"Ada tikusnya nggak di lorong ini?", tanya Kathy kepada Tedja.

"Tidak tahu. Mungkin ada. Mungkin tidak. Kemungkinan besar, ada. Tapi yang pasti ada di dalam lorong ini adalah setan perempuan", jawab Tedja sambil tetap berjalan ke depan dan tanpa menolehkan kepalanya.

Kathy terlihat kaget dan terkesiap mendengar jawaban Tedja tersebut.

Yudi dan Anna terlihat kaget dan terkesiap juga mendengar jawaban Tedja tersebut.

"Lorong ini cukup panjang , gelap, lembap, dan bau sekali. Pasti sudah tua sekali umurnya. Pasti banyak setannya di malam hari", kata Arya.

Tidak ada satu pun dari mereka yang menanggapi kata-kata Arya yang terdengar menyeramkan itu.

Setelah berjalan perlahan-lahan di dalam kegelapan lorong selama 2 menit, mereka semua akhirnya telah sampai di bagian ujung dalam lorong tersebut.

Rumah tetangga di sebelah rumah itu, terlihat kosong dan tidak terawat.

Tidak berpenghuni.

Tedja segera berlari menuju ke pintu depan rumah itu.

Ia cepat-cepat memasukkan kode khusus dengan menekan tombol-tombol di alat pengunci pintu depan rumah itu.

Klang!

Pintu depan rumah itu terbuka.

"Ayo. Silahkan masuk", kata Tedja kepada mereka berenam

Wajah mereka berenam terlihat ragu-ragu.

"Lho. Ayo, masuk. Tunggu apa lagi?", tanya Tedja kepada mereka berenam.

Danny, Kathy, Yudi, Arya, dan Jenny segera berjalan masuk ke dalam rumah itu.

Anna merasa ada sesuatu di dalam hatinya yang melarangnya masuk ke dalam rumah itu.

Namun, Ia mengabaikan firasat di dalam hatinya tersebut dan berjalan masuk ke dalam rumah itu.

66 iblis , A "Rumah 9 Hujan" StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang