[ 15. ] Untuk Pertama Kalinya.

2.6K 374 66
                                    

Matahari sudah menunjukan sinarnya, yang sempat membuat sorotan yang masuk ke jendela kamar.

Hinara sudah terbangun sedari tadi, ia sudah melakukan tugas rumahnya dan menunggu Asahi selesai dengan persiapannya.

"Sarapan dulu." ucap Hinara sembari menyuguhkan sepotong roti dan teh.

Sementara ia sendiri hanya meminum susu yang sempat ia hangatkan tadi.

Asahi duduk di meja makan dan menyantap makanannya. Di pagi hari, ia tak pernah makan sesuatu yang berat, terlebih lagi, Mama Hamada berkata ia sangat selektif dengan apa yang ia makan. Yang lebih membuatnya bingung, ia tidak menyukai hampir semua sayuran.

Seperti saat ini, bukannya Hinara tak mau membuatkan susu, tapi Asahi sendiri yang menolak. Mau tak mau, setiap pagi ia harus membuatkan Asahi teh hangat, kalau tidak, ya air putih saja. Yang terpenting, jangan kopi ataupun soda. Walaupun Asahi menyukainya, ia rasa kedua minuman tadi kurang baik untuk tubuh Asahi yang nampaknya kurang asupan nutrisi itu.

"Mau ke perusahaan Papa?" tanya Hinara.

Asahi yang sedang mengunyah makannnya hanya membalas dengan anggukan kecil.

"Mau ikut dong. Ngerepotin ga?" tanya Hinara.

"Tumben?" kaget Asahi.

"Ya.. Ga kenapa-napa sih, cuma gabut aja. Waktu itu kamu yang nemenin aku dirumah, ya sekarang aku yang nemein kamu disana. Itu pun kalo boleh." jelas Hinara dan meneguk susunya lagi.

Setelah menghabiskan teh hangatnya, ia segera menaruh gelas dan piringnya di wastafel.

"Sini. Aku aja, Sa." pinta Hinara dan mengambil alih piring tersebut.

"Ayo." ajak Asahi.

Hinara menoleh, "Eh bentar! Bentar! Tungguin!" pintanya, ia kira Asahi akan menolak.

"Kalo bosen, bilang ya. Nanti aku anterin pulang." ucap Asahi.

Hinara mengambil tas slempangnya, dan memakai sepatu kets saja. Ya, mau pakai apalagi?

"Iya. Kalo gabisa juga gapapa. Nanti aku pulang sendiri." ucap Hinara.

. . . . .

Hinara hanya duduk bersandar disofa menunggu jam makan siang. Ia terus bolak-balik menatap jam tangannya yang lebih lambat 5 menit dari jam dinding yang terpajang. Mungkin Asahi sengaja, atau ia sedang malas mengaturnya?

Ia sempat tercengang saat datang ke perusahaan. Hinara kira status jabatan Asahi sudah lumayan tinggi, maksudnya, ini kan perusahaan milik Papanya sendiri, ya kalian tau lah apa yang ku pikirkan.

Tapi sungguh tak disangka, Asahi sendiri yang bercerita kalau ia hanya karyawan disini. Yang membuat ia heran hanyalah, Asahi memiliki ruangan kerja sendiri, tidak seperti karyawan yang lainnya yang hanya memiliki satu bilik sebagai 'wilayah'nya. Namun Hinara mencoba mengerti, setidaknya ia sedikit di 'spesial'kan bukan?

Saat baru memasuki ruangan, kakinya pun segera melangkah mengitari seluruh ruangan yang tak beda jauh seperti kamarnya, sembari mengucapkan beberapa pujian untuk tatanan barang yang Asahi hias sendiri. Ruangan ini juga terlihat estetik dengan gaya khas Asahi. Hanya saja ruangannya lebih kecil, tapi tetap saja tidak mengurangi keindahan ruangan ini.

Ngomong-ngomong, Asahi sedang meeting dengan kliennya sejak 2 jam yang lalu. Asahi sempat bilang akan selesai pada saat jam makan siang, namun saat ini, 15 menit sebelum makan siang, batang hidung Asahi belum muncul sama sekali.

My Brother's Friend [END]Where stories live. Discover now