3

6.5K 754 67
                                    




"That's all for the class. I won't remind you again about your partner and the essay. Kim Taehyung is my assistant for the class, you can ask him anything about our class. I just don't like it when some random students text me and use tasks for excuses. Good morning."

"Good morning, Sir."

"Gila, udah ketebak banget banyak yang ngechatin dia."

"Tau gitu gue aja yang jadi asisten dia, kan enak dihubungin mulu."

Gumaman terdengar makin samar selagi Jeongguk berjalan menjauhi kelas. Memasuki lift dan bergerak ke lantai satu, ia berjalan menuju ruangannya. Lantai satu cukup sepi, hanya terdapat beberapa ruang dosen, ruang layanan mahasiswa, dan toilet. Terlebih, ruangannya yang berada di pojok membuat Jeongguk semakin diliputi kesunyian. Ia nyaman akan hal itu.

Jeongguk melepas jasnya begitu masuk ke ruangan, disampirkan di kursi kerja. Jam menunjukkan pukul 11 siang, ia duduk di kursi empuknya dan kembali membuka lembaran dokumen yang harus diselesaikan.

Tak butuh lama untuk mendengar suara ketukan di pintu ruangan. Ia menyuruh setiap kelas selesai, asisten kelas harus mengikutinya ke ruangan guna menyampaikan info atau sekedar membantunya menyiapkan kebutuhan untuk kelas selanjutnya.

"Masuk, Kim."

Terdengar langkah mendekat, Jeongguk mempersilahkan mahasiswanya duduk di hadapannya. Ada keheningan selama beberapa menit karena Jeongguk lebih memilih fokus pada kertas di hadapannya.

"Bantu saya mengisi ini."

Taehyung menerima selembar kertas dari Jeongguk. Ia mengerutkan kening, "Apa ini daftar hadir, Sir?"

"Hm. Isi juga siapa saja yang aktif bertanya di pertemuan ini. Sampaikan ke anggota kelasmu, akan ada kuis setiap tiga minggu sekali. Kamu akan membantu saya mengoreksinya."

Sialan.

Taehyung mengumpat dalam hati, merutuki kalimat Jimin yang menyuruhnya menjadi asisten Jeongguk di kelas. Ia tak pernah tau ada hal semacam ini. Atau Jeongguk memang tak ingin bekerja sendirian?

Taehyung mengisi secepat mungkin. Berada di satu ruangan yang sama, berdua dengan Jeongguk membuatnya agak tak nyaman. Ia tak bisa berhenti memikirkan benang mereka yang terhubung, seberapa kuatnya usaha Taehyung melupakan hal itu karena ia tak akan mempercayai benang merah. Namun aroma pengharum ruangan serta pencahayaan yang hangat dan sedikit gelap karena mendung membuat ruangan Jeongguk semakin seram.

Pintu ruangan terbuka tiba-tiba. "Lo makan siang di– oh, maaf. Makan siang di luar, Gguk?"

"Ya, Hyung. Nanti. Biasakan mengetuk pintu terlebih dahulu." Jeongguk menjawab tanpa menoleh sama sekali. Terlampau hafal bahwa yang terbiasa membuka pintu ruangannya hanyalah Yoongi, salah satu dosen di sana.

"Oke. Saya tidak tau ada mahasiswa bermasalah di ruanganmu."

Kim Taehyung mengangkat kepala, menoleh ke balakang, tepatnya ke arah pintu. "Saya bukan mahasiswa bermasalah. Sir Jeon meminta saya membantu mengisi rekap."

Min Yoongi menaikkan alis, cukup terkejut juga terhibur Taehyung menimpalinya. Ia mengulas senyum tipis, sebelum melirik ke arah Jeongguk dengan pandangan menggoda.

"Saya akan senang kalau kamu keluar, Hyung."

"Dimengerti. Jeon Jeongguk memang selalu butuh bantuan, Nak. Temani dia ya."

Kim Taehyung luar biasa merona mendengar itu. Ia tak pernah menyangka ada dosen yang bercanda segamblang itu di depan mahasiswa, atau mungkin pikiran Taehyung saja yang berjalan kemana-mana? Jeongguk ingin ditemani, begitu kah?

Connected To Jeon  -  KOOKVWhere stories live. Discover now