▫ FUTURE

1.2K 234 2
                                    

Winter bangun dari tidurnya, dia ingat kalau hari ini adalah hari keberangkatan Giselle ke Jepang. Dia tidak boleh terlambat untuk datang, meskipun hanya mengantarkan sampai bandara.

Rumah terlihat sangat sepi, orang-orang rumah tengah menikmati aktifitas nya di dalam kamar. Sepertinya mereka masih tertidur.

Bermodalkan Jaket tipis dan sepatu boots, Winter keluar dari rumahnya menuju halte, semoga dia tidak ketinggalan Bus kali ini.






▫▫▫







"Tidak bisakah kau tetap tinggal disini?" Winter masih memohon, mencegah Giselle agar tidak jadi pergi ke Jepang.

"Tidak Winter, maaf. Tapi aku janji akan sering berkunjung kesini kalau ada kesempatan."

"Bohong, aku tahu itu. Kau tidak akan datang kesini kan?." Giselle tersenyum miris.

"Kau satu-satunya teman yang aku punya sekarang."

"Jangan sedih, aku yakin kau akan menemukan kebahagiaan mu setelah ini." Giselle memeluk sahabat nya erat karna sebentar lagi dia akan berangkat.

"Sepertinya aku akan mati sebentar lagi."

"Winter!" Giselle menegur temannya itu karna sudh berbicara sembarangan.

"Jangan berkata seperti itu! Jangan membuatku khawatir."

"Bisakah aku ikut denganmu saja? Aku akan bekerja disana, aku janji tidak akan merepotkan."

Giselle menggeleng, tentu saja dia tidak bisa pergi membawa Winter.

"Kalau aku bisa membawamu, mungkin sekarang kau sudah bersiap pergi bersamaku."

"Tidak adil!"

"Jangan terus melihat kebelakang, kau bisa berkembang Winter."

"Tapi.."

"Aku pernah membaca sebuah buku, katanya people come and go. kau pasti paham."

Lama sekali mereka berpelukan, akhirnya waktu yang di tunggu-tunggu pun tiba, Winter terpaksa harus melepas Giselle pergi.

"Jaga dirimu ya Winter! Mari bertemu saat kita sudah sama-sama Dewasa nanti!"

"Kau juga! Mari bertemu di kehidupan selanjutnya!"

"YAAAAK!"

"Ahaha.. aku hanya bercanda! Ayo bertemu nanti!"










































3 tahun kemudian




































"Sudah lama ya?"

Gadis remaja yang sudah menginjak usia dewasa itu tersenyum sambil membawa setangkai Bunga Lily di genggamannya.

"Sudah lama sekali, nisan ini sampai berdebu."

Winter meniup debu yang menutupi batu nisan bertuliskan nama mendiang ibunya, dia berada di area pemakaman tempat terakhir dimana ibunya di semayamkan.

"Aku Minjeong eomma, maaf baru mengunjungimu lagi sekarang."

Winter berjongkok di samping makam.

"Jangan marah ya eomma, kau tahu kan? Sangat sulit sekali untuk sekedar mengunjungimu." Lanjutnya, seolah memang tengah mengobrol dengan ibunya.

"Eomma tahu? Saat aku berusia 16 tahun, kau pergi meninggalkanku bahkan tanpa berpamitan, lucu sekali."

Uncontrollably ✔Where stories live. Discover now