07. Na Jaemin - All Yours

51 11 0
                                    

Jaemin
Yera, apa kau sudah tidur?
Kalau belum,
bolehkah aku meneleponmu?

Yera
Aku sudah mengantuk,
Tidak usah telepon.
Lagipula besok aku
akan pulang ke Seoul.

Jaemin
Oh, baiklah
Besok aku jemput
kau di stasiun ya

Yera
Tidak usah.
Aku bisa pulang sendiri

Jaemin
Tapi aku ingin menjemputmu

Jaemin
Boleh ya, Yera?

Jaemin
Yera?

Jaemin
Yera?

Jaemin
Uhm...
Benar-benar sudah mengantuk ya
.

Tiga hari sudah Yera pulang ke Iksan, dan besok pagi-pagi buta dia akan kembali ke Seoul lagi.

Selama tiga hari ini, baru kemarin malam saja kami bicara lewat telepon. Sebelumnya, teleponku tak pernah diangkatnya, bahkan ponselnya sering dalam keadaan mati. Memang Yera sering membalas chat-ku, tapi aku belum puas jika belum mendengar atau melihat wajahnya.

Aku merindukannya.

Padahal baru tiga hari kami tidak bertemu, tapi aku sangat merindukannya.

Kami memang sering tidak bertemu berhari-hari. Bahkan dulu, saat aku sedang terlalu sibuk dengan pekerjaanku, aku pernah tidak menemuinya sampai tiga minggu. Aku juga tidak sempat membalas chat Yera seharian saking hectic-nya di kantor.

Waktu itu, aku tidak khawatir terhadap apapun, karena aku percaya ia dan hatinya tidak akan kemana-mana.

Namun, sekarang aku tidak merasa seaman dulu. Aku takut Yera pergi dariku jika aku lengah sedikit saja. Tak ada yang bisa kupercayai sekarang. Baik itu Yera, maupun Jeno.

Aku pernah membohongi mereka berdua di masa lalu. Tak menutup kemungkinan bahwa mereka sudah tahu tentang itu dan berniat balas membohongiku juga sekarang.

Bel pintu apartemenku berbunyi, membuatku bertanya-tanya dalam hati siapakah orang yang bertamu ke apartemenku malam-malam begini.

Setelah pintu itu kubuka, kulihat sosok Go Areum berdiri lunglai dengan mata sembab. Tubuhnya terhuyung hampir jatuh. Untungnya, gerak refleksku cukup cepat untuk menangkapnya.

"Kau mabuk lagi?" tanyaku setelah mencium bau alkohol yang menguar dari dirinya.

Perempuan itu tersenyum, lalu terkekeh. "Aku sangat kesal," ucapnya lemah. Tiba-tiba, kedua tangannya meninju-ninju dadaku dengan lesu. "Kesal! Kesal sekali!"

"Hei! Apa salahku?!" Kulepaskan peganganku di kedua lengannya untuk melindungi tubuhku sendiri dari pukulannya.

Areum terhuyung lagi, tapi berhasil menyeimbangkan tubuhnya agar tak terjatuh. Dengan pandangan mata yang redup dan tak fokus, ia menunjuk wajahku dengan telunjuknya. "Kau lelaki. Itu salahmu. Semua lelaki di dunia ini sama saja. Semuanya berengsek!"

Hah?! Yang benar saja! Omongan orang yang sedang mabuk memang sering melantur dan tidak jelas. "Kuantar kau pulang, ya? Sekarang aku kan sudah tahu tempat tinggalmu."

Benar. Aku memang sudah tahu alamat rumahnya, karena pada hari aku menampung Areum yang mabuk, esok sorenya setelah kami makan bersama, aku mengantarnya pulang dengan mobilku.

IRREPLACEABLE || (NJM) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang