01

1.1K 87 20
                                    

.
.
.

Hello this is my first story after 4 months hiatus from being an author.

Attention, I made and publish this story not mean anything. Aku buat karena aku ingin, aku publish karena aku mau berbagi.

Kalian tahu lah sudah 3 bulan gak kerasa kita menikmati siksaan yang aku harap segera membaik meski mungkin gak bisa kembali seperti semula.

It's okay, dengan adanya cerita ini aku pengen mengalihkan fokus biar ga sedih terus walau ada lah rasa sakit. Mungkin cerita ini ga bisa sepenuhnya menghibur, setidaknya bisa ada kerjaan dan itung-itung literasi^^

Enjoy this story~


______



Malam hari ini semua seperti semula, orang-orang sibuk pulang dari kantor atau tempat kerja lainnya. Dan di dalam rumah atau gedung bertingkat yang disebut apartemen, ada wanita-wanita yang menantikan ayah, ibu, suami, dan istri mereka pulang.

Mungkin ada juga yang tidak melakukan itu, mereka yang tidak ada pekerjaan dan hanya diam sepanjang hari di rumah, atau yang merasakan hal buruk di hari ini hingga menjadikannya berakhir di restoran dengan persediaan soju dan bir melimpah.

Bahkan ada seorang perempuan dengan umur berkepala dua yang juga lelah karena sepanjang hari mencari kerja namun yang ada justru penolakan karena kemahirannya tak ada yang menginginkan. Baginya ini sebuah kesialan, karena di restoran manapun pasti sudah banyak pekerja yang menetap hingga menjadikannya tak kebagian walau pekerjaan kecil pun.

Perempuan itu kini terdiam di depan sebuah mini market dengan botol soju dan gelas kecil di hadapannya. Ia rasanya ingin berakhir saja, selama seminggu mencari pekerjaan tak ada satu pun yang bisa menerimanya apa adanya. Ya, apa adanya karena ia tidak selesai kuliah dan kepandaian memang tak berpihak padanya. Lebih sial lagi, ibu tirinya kabur dengan saudara tirinya setelah mengambil asuransi ayahnya yang baru saja tiada 2 minggu terakhir. Rumah mereka? Bahkan tiba-tiba saja sudah terputus masa sewanya, dan teganya mereka tidak memberi tahu perempuan itu seolah memang sengaja meninggalkan ranjau setelah berhasil mengambil granat.

Perempuan itu tidak punya siapapun, dan apapun selain pakaian dan barang-barang yang ia temukan tergeletak di depan rumah lawasnya. Memikirkan masa depan yang mendadak buram membuatnya kesal, ia merasa ditipu dan dijahati entah hal buruk apa yang pernah ia lakukan di masa lalu hingga menuai banyak masalah seperti sekarang ini.

Kepalanya tergeletak di atas meja, pusing sudah memenuhi atensinya karena soju yang mudah membuatnya mabuk. Ia memejamkan matanya berharap kantuk segera datang agar ia cepat-cepat menutup hari ini.

Rambut perempuan itu yang awalnya menutupi wajahnya perlahan disingkirkan di belakang telinga oleh sebuah tangan yang hangat meski di tengah malam yang dingin ini.

"Yeaji-ya, bangun lah aku disini." Suara berat itu membuat Yeaji tersenyum seketika meski dengan mata terpejam ia tahu siapa lelaki di hadapannya.

Matanya yang terpejam perlahan terbuka, ia tersenyum lebar dan manis kemudian mengangkat kepalanya dan mendongak menatap pujaan hatinya yang cukup peduli hingga menjemputnya.

Hm... meski dia tidak punya apapun sekarang, namun memiliki seorang kekasih adalah satu-satunya kenikmatan terakhir yang dia punya.

"Kau disini?" Tanya Yeaji yang tak juga menurunkan sedikit pun senyuman lebarnya.

"Hm... bangunlah, ayo kita pulang. Kenapa harus disini? Ini bukan rumahmu." Jawab lelaki itu.

Hello to My ExDonde viven las historias. Descúbrelo ahora