05

401 74 14
                                    

.
.
.




Malam kemarin...

Seorang pria bersama beberapa temannya keluar dari gedung kantornya dengan jas yang ia selempangkan pada lengannya. Ia dan teman-temannya berpisah di depan pintu gedung meninggalkannya sendirian. Pria itu memilih melihat ponselnya, menatap ruang obrolannya dengan sang kekasih yang sudah seharian ini tak terisi. Ia jadi merasa tak enak dan kekanakan karena mengabaikan kekasihnya, toh ini hanya perkara kecemburuannya bukan kesalahan wanitanya.

Jarinya bersiap menekan ikon telepon di sudut layar namun sebuah suara menarik atensinya.

"Dohwan-ah!" Niatnya gugur seketika dan memilih kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Yongji? Kenapa kau kemari?" Tanya Dohwan heran.

"Kenapa? Tak boleh? Apa kekasihmu melarangku?" Tanya Yongji kembali namun terdengar sewot dan kesal.

"Bukan begitu, tapi... kau tidak perlu mendatangiku. Dan, apa tujuanmu kemari?" Yongji tersenyum simpul sebelum menjawab.

"Aku hanya ingin bertemu denganmu, tidak lebih. Karena, jika aku langsung mengunjungi kantormu aku yakin pacarmu tidak akan lihat dan dia tidak akan kesal." Jawab Yongji yang membuat Dohwan menggeleng.

"Jika sudah bertemu denganku lalu kau mau apa?" Tanya Dohwan yang masih tak mengerti tujuan perempuan di hadapannya.

"Apa salah jika aku ingin mengunjungimu? Cih, kau tahu bahwa kau kini menjadi sangat menyebalkan setelah memiliki kekasih!" Yongji mencibir dan berlalu meninggalkan Dohwan yang ia harap merasa bersalah.

Dohwan menghembuskan nafasnya lelah sebelum akhirnnya menyusul langkah sahabatnya itu.

"Baiklah, kau mau apa?" Senyum tersungging di wajah Yongji.

"Hanya naik mobil, ayo kita menyusuri kota!" Yongji mengait lengan Dohwan dan menariknya menuju basemant.

Mereka berdua menyusuri jalanan kota yang langitnya tak lagi terang, ya malam sudah datang dan kerlap-kerlip lampu kota nampak indah berjejer di tepi jalanan yang mereka lintasi. Alunan musik juga berputar dari tape dasbor mengisi ruang sunyi di antara mereka berdua.

Yongji menarik nafasnya dalam, "Menyenangkan." Ucapnya sembari menatap keluar jendela.

"Apa?" Tanya Dohwan yang menatap lurus ke depan.

"Berdua seperti ini denganmu, kekasihmu itu selalu tak mengizinkanmu pergi denganku, bahkan mengobrol denganmu saja membuatnya marah dan melototiku." Jawab Yongji dengan nada kesal membuat Dohwan terkekeh pelan.

"Tentu saja, dia kekasihku. Jika dia tak melakukan itu, artinya dia tak sungguh mencintaiku." Timpal Dohwan tanpa menoleh sedikitpun pada Yongji.

"Aish..." Yongji memiringkan tubuhnya menghadap Dohwan. "Kurasa kau terlalu diperbudak." Lanjut Yongji dengan menatap curiga pada Dohwan.

"Apa maksudmu?" Dohwan tak mengerti.

"Berhenti..." Yongji meminta dengan suara parau, belum melanjutkan ucapannya. "Kau menderita jika bersamanya."

Dohwan menoleh, "tidak."

Hello to My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang