3 : [ Kelompok Belajar ]

605 74 3
                                    


Sejak 20 menit yang lalu, Koro Sensei membagi dirinya ke dalam beberapa kloning dengan satu klon yang akan mengajarkan satu siswa dan setiap klon lainnya mengajarkan mata pelajaran yang berbeda-beda. Sebenarnya, Airu tak ada masalah untuk itu. Hanya saja, karena gerakan koro Sensei yang mencapai 20 Mach, jujur saja itu membuat pusing.

" Kenapa kau hanya diam saja, Airu-San? "

Gadis itu mendongkak, menatap bayang tipis Koro Sensei di hadapannya yang memegang buku dengan menggunakan jubah sayap kebebasan. Oke, apa dia baru saja bercosplay karakter Attack On Titan? Dari mana Alien ini tau jika Airu sangat menyukai Anime itu? Kali ini, sang gadis tampak terdistract.

" Berapa nilai terendah di sekolah ini untuk bisa lulus ke semester dua, Sensei? " Tanya Airu pada akhirnya.

" Untuk kelas 3-A hingga 3-D nilai terendah mereka adalah 50 sedangkan untuk kelas 3-E adalah 70 "

Wah, ini benar-benar diskriminasi namanya! Batin Wanita Miyamizu itu mencengkram kuat penghapus di genggamannya.

" Tapi Sensei, itu tak adil! "

" Itu perintah kepala sekolah, kita hanya bisa mengikuti kebijakannya saja. Lagipula Sensei akan mengajarkan kalian sampai pintar di bidang-bidang keahlian masing-masing hingga semua siswa di kelas ini bisa masuk ke dalam peringkat 50 besar nanti~ "

" MANA BISA BEGITU?!! " Teriak seluruh anak di kelas ( Kecuali si Akabane ) yang kini hanya asik menggambar di buku tulisnya.

Ulangan akan di adakan Minggu depan dan kelas ini baru di beri tau tadi pagi, sang pengantar pesan mengatakan jika dirinya lupa memberi informasi. Padahal, Airu yakin jika manusia / Baka / itu sengaja melakukannya agar kelas 3-E tidak memiliki persiapan yang cukup dalam melalui ujian.

" Aku tak bisa menjamin semua siswa di kelas ini akan masuk peringkat 50 besar, tapi jika ada 5 anak yang bisa masuk 10 besar apakah akan ada hal luar biasa yang terjadi di kelas ini? Mungkin menambahkan fasilitas pendingin ruangan atau peralatan olahraga? Tentu semua orang bekerja keras untuk sebuah tujuan bukan? " Ucap Airu dengan dagu bertopang pada tangannya.

Koro Sensei tampak sejenak memikirkan ucapannya, lalu ia tertawa khas dan mengangguk sambil mengeluarkan sebuah pistol dari dalam jubahnya.

Dor!

Satu tentakelnya lepas, bergeliat di atas meja Airu dengan ganasnya seperti sebuah belut yang baru di keluarkan dari dalam akuarium.

" Jika begitu, 5 anak yang kau sebutkan tadi memiliki kesempatan untuk menembak masing-masing satu tentakel Sensei. Dengan berkurangnya jumlah tentakel yang Sensei miliki maka kecepatan Sensei juga akan berkurang dan di saat-saat itu adalah kesempatan emas kalian untuk membunuh Sensei, nyufufu "

Oke, ini tak terlalu buruk.

" Kalau begitu, aku akan memesan satu tentakelmu Koro Sensei. Aku pastikan salah satu dari lima anak itu adalah aku "

•••
[ Assasination Classroom: The Battle Past ]
•••

" Ai-San, apakah kau tau rumus untuk soal ini? Aku tak bisa menemukan jawaban untuk bagian ini " Isogai berjalan ke arah meja Airu sambil menunjukan sebuah soal di dalam bukunya, gadis itu dengan cepat mengambil pensil dan mulai menuliskan jawaban beserta caranya sambil menjelaskan mengenai langkah-langkahnya.

Pemuda itu tampak terkejut dengan penjelasan Airu yang tampak mudah di mengerti, padahal saat ia mencoba untuk belajar sendiri tak ada satupun benang merah rumus yang berkaitan dengan soal itu.

" Woah! Kau bisa mengerjakannya hanya dengan melihat soalnya, sugoi!! "

" Aku ini sudah tingkat Doktor, jadi soal-soal ini bukanlah hal yang menakutkan untuk di kerjakan "

" Doktor? Airu-san sudah lulus sebagai Profesor S3? Tak bisa di percaya... "

" Tak udah percaya kalau begitu " ucap gadis itu cepat-cepat mengganti topik, mengutuk diri sendiri karena secara tak sadar mengungkapkan fakta bahwa ia adalah satu-satunya murid di sana yang sudah lulus kuliah bahkan hingga tingkat Doktor.

Tapi, Si Rambut merah tampaknya cukup tertarik dengan pembicaraan Airu dengan Isogai. Tatapan matanya benar-benar membuat sang The Lady Die gemas untuk menusuk nya dengan pensil tajam yang baru saja ia raut.

" Berhenti menatapku seperti seorang pedofil, Bakarma! " Ujar Airu dengan kata-kata ledekan di akhir kalimatnya, ya. Para gadis menyebut Karma dengan panggilan Bakarma dan Airu rasa itu sangat cocok.

Karma sendiri tak ambil pusing, ia malah berdiri dari kursinya dan membawa benda itu beserta sebuah buku paket tebal dari dalam tas. Duduk di satu meja yang sama dengan Airu.

" Ajari aku.. "

" He??? "

" Kau bilang aku Bakarma, kau baru saja mengatakan jika aku ini bodoh. Jadi ajarkan aku supaya aku pintar, Profesor Miyamizu " ucap Pria Akabane itu dengan sunggingan senyum meledek sambil membuka bukunya.

" Kau kan sudah pintar, mereka bilang kau selalu masuk peringkat 2 di sekolah. Untuk apa belajar kepadaku? "

" Aku tak suka peringkat 2, aku ingin bisa mengalahkan seseorang. Aku harus memperoleh peringkat 1 untuk itu "

" Kau ambisius juga ternyata " cicit Airu hampir tak bersuara, Karma yang melihat gerak bibir gadis itu hanya menyunggingkan senyum tipis.

Kayano dan yang lain juga menghampiri meja belajar Airu, mereka sama-sama minta di bantu untuk belajar. Gadis bermarga Miyamizu itu hanya menghela nafas panjang, mungkin jam pulangnya akan sedikit mundur beberapa menit untuk mengajari semua orang di kelas ini.

Lagipula, ini adalah solusi win-win terbaik. Kalau 29 siswa dapat masuk ke peringkat 50 dan di antaranya ada yang masuk ke dalam peringkat 10 angkatan maka mereka bisa menembak tentakel Koro Sensei secara bersamaan sehingga Gurita yang menjelma menjadi Alien itu dapat di bunuh dengan cepat.

Lagipula, ini sudah berlalu 6 bulan setelah kedatangannya ke kelas 3-E. Airu hanya bosan menjadi murid biasa yang menyibukkan diri dengan mengerjakan soal serta belajar walau sebenarnya ia tak butuh semua itu. Airu rindu menusukan pisau ke tubuh seorang koruptor hingga ketua mafia, membayangkan nya saja sukses membuat gadis itu tersenyum bahagia.

" Hee? Kau memikirkan hal aneh ya? " Si Rambut merah berujar di tengah angan-angan Airu, sukses membuatnya mengatur kesabaran yang kian menipis setiap kali berada di sisi sang Karma Akabane.

Karma lebih mirip setan, ah tidak. Iblis merah lebih tepatnya!

" Tutup mulutmu dan tunjukan padaku soal yang tak bisa kau pahami, jika kau tak bisa menurut maka kembalilah ke mejamu dan belajar sendiri "

" Heee~ Profesor Miyamizu tampaknya marah, benar bukan? " Jawab Karma memancing amarah Airu dengan kata-kata menyebalkan nya.

" Berhenti menggodanya, Karma-kun. Jika kau tak berhenti maka ia tak akan mulai mengajari kami " ucap Sugino menginterupsi agar Karma mulai diam.

___________
Update 2 new chapter setiap seminggu sekali
Jadwal publish : Sabtu, pukul 20:00 PM WIB
Terinspirasi atas karya Ansatsu Kyoushitsu
Original story by Yusei Matsui
Di kembangkan ulang oleh Parkaca_
Vote and Coment^

Assassination Classroom : [ The Battle Past ] • Tahap Revisi •Where stories live. Discover now