36.

434 32 4
                                    

— Rencana Rea.

Hari ini Disya kembali sekolah. Dirinya sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Sepatunya udah di pake juga, pokonya tinggal jalan.

Disya menuruni tangga rumahnya lalu berhenti di tangga ke lima dari atas.

"Gue harus nge-drama lagi ga sih? huh"

Disya menghela nafas lalu kembali menuruni tangga. Sesampainya di ruang makan, disana sudah ada mamih dan papihnya yang sama sana diam.

"Good morning!" sapanya dengan ceria.

"Good morning, sayang. Mau sarapan apa?" tanya Jessica.

"Sarapannya yang cepet aja deh. Udah siang" Disya mengambil selembar roti lalu mengolesinya dengan selai coklat.

"Nanti pulang sekolah ikut papih yu, ke mall" ucap Kris.

"Ngapain ke mall? tumben amat" Disya memandang Kris dengan heran.

"Jalan-jalan aja. Memangnya engga boleh?"

"Ya... boleh si, yaudah lah. Aku berangkat. Bye"

Setelah pamitan, Disya langsung berangkat ke sekolahnya dengan satu lembar roti yang masih utuh di tangan kanannya.

,,,

Bel pulang sekolah udah bunyi beberapa menit yang lalu. Walaupun begitu, Disya belum pulang karna dirinya punya urusan sama penjaga perpus.

Jeno juga belum pulang, dia nungguin Disya karna mau pulang bareng. Dia nunggu Disya di kantin sama temen-temennya.

"Makasih ya, Disya sudah mau bantu" ucap si penjaga perpus.

"Sama-sama, ka. Aku duluan ya kalo gitu"

"Iya silakan"

Disya memakai sepatunya lalu pergi menjauh dari perpustakaan, bukan menuju kantin melainkan menuju ke toilet karna dari tadi udah kebelet.

Setelah menyelesaikan urusannya, Disya ngaca sebentar sambil cuci tangan.

cklek

Disya menoleh kaget begitu mendengar pintu toilet terbuka.

"Wu Disya, hai" ucap si pelaku dengan nada mengesalkan.

"Rea? lo ngapain masih ada di sini?" tanya Disya sinis. Perasaan nya ga enak.

"Ya lo pikir aja" Rea terkekeh sinis. "Apalagi kalo bukan buat gangguin lo, hm?"

Disya mendelik lalu mengeringkan tangannya dengan tisu, setelah itu dia berusaha keluar dari toilet sebelum Rea berbuat apa-apa.

"Eits, mau kemana, sayang?" Rea menahan tangan Disya lalu mendorong bahu gadis Wu itu dengan cukup keras.

"Lo ga usah macem-macem, Rea!"

"Gue ga macem-macem. Gue cuma mau nanya sama lo" Rea mendekatkan tubuhnya ke Disya lalu berbisik.

"Gimana rasanya pas tau papih lo selingkuh?"

Tubuh Disya membeku. Ia menjauhkan tubuhnya dari Rea lalu menatap gadis itu tajam.

"Lo tau dari mana?"

"Laras, nama cewe itu Laras kan?"

"Lo-

"Itu bunda gue" Rea menyeringai. "Hebat kan?"

Hebat katanya? ngerebut suami orang hebat katanya? Disya ga ngerti sama jalan pikiran cewe itu.

Amarah Disya memuncak. Gadis Wu itu maju lalu mencekram kerah seragam Rea, "MAKSUD LO APAAN!"

Rea terlihat santai dengan wajah menyebalkan. "Ini namanya rencana, sayang" Rea melepas kasar tangan Disya. "Harusnya gue ga boleh bocorin ini. Tapi kayanya bakal seru kalo lo tau"

"Setelah bunda gue berhasil bikin hubungan orang tua lo hancur, gue bakal bikin hubungan lo sama Jeno hancur. Tunggu aja"

Wajah Disya berubah menjadi merah karna amarahnya yang memuncak. Tanpa berfikir akibatnya, ia mendorong keras bahu Rea hingga gadis mengesalkan itu jatuh terduduk di lantai toilet.

"AW. LO GILA?!" bentak Rea.

"Rea, denger gue baik-baik. Kalo sampe papih dan mamih gue kenapa-napa. Gue akan cari lo sampe dapet dan bikin hidup lo menderita. Lo inget itu"

Cklek

"Disya?"

Mereka berdua menoleh ke arah pintu toilet yang terbuka dari depan. Mereka mematung. Disana ada Jeno yang terlihat mencoba memahami situasi di depannya.

"LO NGAPAIN?!"

Rea mulai mengeluarkan aktingnya.

"Waktu yang tepat" batin Rea.

🦋

to be continue
09/08/21
©amboyahngg_

Jodoh ; Lee Jeno [continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang