Bangun

338 29 4
                                    

Aku masih ingin terpejam namun mataku tidak mau menuruti kemauan ku dan terus berusaha untuk membuka walau dengan susah payah.
Cahaya adalah hal pertama yang masuk pada pandangan ku, bahkan aku belum sepenuhnya sadar dan cahaya itu sudah membuat kepala ku pusing.
Ais.. rasanya aku benar-benar tidak ingin membuka mata. Tapi seperti takdir belum mau memberi jalan untuk aku menutup mata selamanya.
Yasudah lah mungkin banyak yang berharap aku terus berada didunia ini, berada disisi mereka terus, dan menemani mereka selama hidupnya.

Hihihi kenapa aku kepedean seperti ini, memangnya ada yang menunggu ku bangun dari tidur?
Aku memutuskan untuk benar-benar membuka mata.

"Aku harus sekolah, semangat!"

Ucap ku menyemangati diri sendiri, rasanya sangat malas untuk memulai hari apalagi dihari senin yang padat ini.
Entah mengapa sedari dulu jadwal dihari senin itu lebih padat dari hari lainnya, sedangkan jumat sebaliknya.

Aku rasa hari ini akan menjadi hari yang cerah, bahkan sepagi ini cahaya sudah memasuki kamar ku.
Atau mungkin...

AKU TERLAMBAT!
sial sekali terlambat di hari senin.

Aku langsung menuruni kasur, namun sebelum itu aku merasakan ada sesuatu diperutku dan terasa berat.

Jangan bilang aku hamil..

Huft~
Syukurlah tebakan ku salah, ternyata yang membuat perut ku berat adalah tangan seseorang.

WHAT?! t-tangan siapa ini?

Aku tidak mengenali pria yang masih terlelap didepanku ini, dia tidur seperti tidak ada hal aneh sekarang dan seolah.. ini sudah menjadi hal yang sudah biasa dia lakukan.

Benar-benar pria hidung belang

Aku tidak sanggup mengingat bagaimana bisa Aku berakhir disini, di situasi INI.

Aku berusaha untuk pergi tanpa sepengetahuan orang ini, semoga saja dia tidak bangun saat aku berusaha melepaskan tangan beratnya ini.
Aku mengambil jari telunjuknya lalu memindahkan tangannya menjauhi tubuh ku secara perlahan.

"Hm.."

aku merinding saat mendengar deheman itu, dan lagi tangannya kembali berada di perut ku bahkan lebih erat.
Aku ingin menangis sekarang, ralat sebenarnya sudah dari tadi aku ingin menangis. Huaa.. siapapun tolong aku, aku hanya ingin sekolah. Aku janji tidak akan malas lagi, tidak akan telat lagi, mm.. tergantung keadaan jalanan, Intinya aku akan menjadi orang yang pintar dan sukses.

Entah mengapa setelah berjanji begitu.. ada sedikit keberanian yang entah muncul dari mana, bahkan aku berani mendorongnya walau dengan ekspresi menahan tangis.

"Lepas!" aku mendorongnya dengan kuat tapi mengapa tangannya tidak berpindah seinci pun.

"Berisik"

suara bariton khas bangun tidur milik pria itu berhasil membuat ku membeku seketika.
Namun bukan Yoranda Zara kalau tidak berani mencoba.
Aku kembali menjauhkannya.. namun sekarang dengan bantuan kaki ku juga.

"Lepas!"

"Ck..berisik Yora, aku sedang lelah."

Pria itu berbalik dan tidur memunggungi ku. Oke bagus saatnya kabur, akhirnya aku bi— tunggu bagaimana dia tau namaku?!
Aku reflek menengok kearahnya dari depan pintu besar ini. Sekarang dia sudah terduduk dikasur sambil melihat ke arah pintu ini,
pintu ya..
bukan ke arah ku.

Jangan bilang dia melihat ku karna itu membuat ku semakin takut okey.

"Aku jadi tidak bisa tidur lagi, karna kau membuat ku terbangun"

Dia berjalan ke arah ku, saking takutnya aku ingin mati saja sekarang dan bahkan pintu ini harus menggunakan password untuk terbuka.
Sial sekali kau Yora.
Aku hanya bisa berdoa semoga tidak ada hal yang lebih buruk setelah ini.
Setelah itu...

Aku pasrah, sepertinya memang beginilah takdir ku.

"Minggir"
aku membuka mata yang ku tutup karna rasa takut, sekarang dia sudah berada tepat di hadapan ku.
Apa dia hanya tau satu nada saja? Mengapa ucapannya datar sekali, membuat aku tambah takut saja.

Aku mengikuti instruksinya lalu dia memencet beberapa tombol yang tersedia agar pintu ini terbuka. Aku ikut dibelakangnya, ini kesempatan untuk melarikan diri bukan?

Aku berlari mendahuluinya, aku tidak tau harus kemana yang penting aku harus menjauh dari pria itu. Rumah ini sangat besar, banyak sekali lorong bahkan aku sudah berlari cukup jauh dan masih belum menemukan jalan keluar.

Laju ku mulai melambat selaras dengan semangat ku yang mulai luntur. Aku lelah.. dan tidak mendapat apapun untuk bisa keluar dari rumah ini.

"Kau kenapa?"
Pria itu menarik tangan ku lalu menangkup kedua bahu ku dengan nafas yang masih terengah sama seperti ku.

Ku beranikan diri untuk melihat wajahnya.
Kenapa kepala ku pusing sekali saat bertatapan dengannya.

"Akhh!"

Dia langsung membopongku, namun sebelum aku tau dia membawa ku kemana.. pandangan ku sudah hitam semua dan tidak tau apa yang terjadi setelahnya.




🐣
Cerita baru lagi..
Padahal cerita yang lain belum ada nyang ending🙃

Semoga suka ya guys😗

Jangan lupa vote, coment
And
streaming

Just.. forget?  || WINWIN Where stories live. Discover now