18.

36 3 0
                                    

"MAKSUD LO APA HEH NYEBARIN FOTO INI?!!!"

"Hah?" tanya Fika keheranan, "Apasih lo! dateng dateng nuduh orang sembarangan!"

Michelle mendorong tubuh Fika. "Heh, gausah sok pura pura gatau lo! lo kan yang sebarin foto ini karna lo gasuka sama gue, iya kan?!!"

"Santay anjing. jangan dorong-dorong, gue gatau apa apa. gausah nuduh sembarangan." elak Fika, "Kenapa lo nuduh gue, lo punya bukti kalo itu gue?"

"Tadi pagi gue liat lo di mading sekolah, pasti lo kan!"

"Cih, gue ada di mading karna katanya ada pegumuman. bukan karna sebarin hal yang gak berguna sama sekali dalam hidup gue." jelas Fika. ia niat untuk meninggalkan Michelle dkk, namun tangannya di tahan oleh Nayu dan Hana. "Apasih nora lo pada, main nya kok keroyokan."

"Heh! gua tanya sekali lagi sama lo. MAKSUD LO APA NYEBARIN INI HAH?"

"UDAH GUE BILANG BUKAN GUE! LEPAS ANJING."

"Udah jelas-jelas gue liat lo dimading tadi, masih gamau ngaku juga lo?!" Michelle menjabak rambut Fika lagi. "Ngaku atau gua abisin lo sekarang juga disini!"

"Udahlah abisin aja sel."

Michelle masih tetap menjambak rambut Fika, kemudian dia menginjak kaki Fika, "Jangan mentang-mentang lo adek nya Fian dan Fito lo bisa seenak nya disini."

"Kenapa kalo gue adeknya Fian Fito? kalo gue bukan adek mereka juga gue gaakan takut sama lo!!"

"Sampah!" Michelle menampar pipi Fika cukup keras.

"WHAT THE FUCK ITS?"

Michelle dkk terdiam.

"Sel, anjir Ryan." kata Nayu.

"Gila lo sel? psycho lo!" Ryan memegang pipi Fika yang tertampar.

Fika meringis. "Shh, gausah pegang pegang gue!"

"emm, sorry. gua refleks, lo gapapa?" Fika mengangguk.

"LO TUH BISA GAK SIH JUJUR! GUE KESEL LAMA-LAMA LIAT MUKA LO!!" kata Michelle, kemudian dia mendorong Fika hingga kepala Fika terkena dinding toilet. Walaupun tidak terlalu keras tapi itu membuat Fika pusing tetapi tidak sampai pingsan.

"STOP IT, MICHELLE!" bentak Ryan. "gila lo!"

Ryan melihat Fika yang sudah melemas. tubuhnya kaku, dingin, gemetar. "Fik, lo gapapa? gue bawa ke UKS YA? ayo" Fika menggeleng.

"Gue gamau lo kenapa-kenapa Fika. walaupun gue tau lo gasuka sama gue, tapi lo orang yang gue sayang. ayo"

"Gausah."

"Gue gak nerima penolakan!" Ryan menggendong tubuh Fika, sampai ke UKS. disepanjang jalan ia dan Fika menjadi pusat perhatian si sekolah itu.

Michelle yang melihat itu pun kesal lalu ia pergi dari tempat itu sambil menyumpah serampahi fika.

"Anjir itu Ryan sama Fika?"

"Kok Ryan mau sih gendong Fika!"

"Ih kagak ikhlas gue!"

"RYANN JANGAN GENDONG FIKA. GUE CEMBURU."

"Itu Fika kan?" tanya Rina kepada dirinya sendiri. "eh iya anjir! Fika." panggilnya. "Turunin temen gue! turunin!" suruh Rina sambil menarik baju sekolah Ryan.

"Apasih lo! nanti Fika jatuh jangan tarik-tarik!"

"Turunin temen gue! gue bisa bantu dia sendiri!"

"Gak!" tolak Ryan.

"Turunin gua kalau lu gak mau gua makin benci sama lu" ucapnya dengan nada melemah

Finally, Ryan menurun kan Fika. kemudian, dia memegang tangan Fika. menatap penuh matanya, memberikan tatapan yang tidak bisa di tebak siapapun. "Maaf, lo harus percaya sama gue. bukan gue yang celakain ortu lo, dan bukan gue juga yang culik lo. jangan dengerin fitnahan mereka, lo harus percaya sama gue Fika"

Fika tersenyum miring. "Cih, haha. apa lo bilang? jadi, lo nuduh abang sama temen-temen gue bohong? lo siapa gue? abang gue gak akan bohong sama gue" Fika melepaskan genggaman tangan Ryan. "Gausah ganggu gue lagi. jauhin gue, gue benci sama lo"

"Fik, maafin Gue. bukan gue Fik."

"Udahlah, jadi makin jijik gue sama  lo yan, munafik."

"Bukan gua Fika. Rin, lo percaya bukan gue pelakunya?" Rina menaikan bahunya acuh.

"Ayo Fik pergi dari hadapan dia."

Rina membawa fika dengan memapah tubuhnya, walaupun rada berat tapi Rina berusaha semaksimal mungkin untuj membawa Fika dari hadapan Ryan

"Fik, lo kenapa? mata lo kaya sembab banget, abis nangis lo ya? ini pipi lo kenapa merah gini. ayo ke UKS, gue obatin."

"Gausah Rin, gue gapapa."

"Pokoknya gue obatin. gaperlu bantah, kalo lo gamau ke UKS. gue ngambil obat merah dulu." Kata Rina sambil berlari meninggalkan Fika sendirian di kursi depan kelas.

***

"Ini tinggi banget anjir obat merahnya, gue ga nyampe. mana gue pendek lagi, oh cari kursi dulu. biar gampang."

"Sini gue bantu."

"A-arif?"

"Hm." Arif mengambil obat merahnya, kemudian dia memberi kan obat merah itu ke Rina. "Lain kali kalo gabisa minta bantuan, jangan kebingungan sendiri."

"Ih iyaa sorry,gue buru-buru. Fika harus gue obatin."

"Yaudah jangan lari-lari"

"Sip".

Rina lari meninggalkan Arif yang melihatnya sambil geleng - geleng kenapa 'itu anak bandel banget sih, di bilangin jangan lari juga' batin Arif

Di tempat lain Fika sedang menyenderkan kepalanya di tembok depan kelas, Fika melihat kesana kemari untuk mencari sosok Rina yang tiba tiba meninggalkannya tadi

"Hadapin muka lu kesini cepet"

Fika yang mendengar itu kaget dan langsung melihat ke sumber suara, ternyata itu Rina yang sudah duduk di sebelahnya

"Ngagetin aja lu tai"

"Lu nya aja ngelamun"

"Gua gak ngelamun, gua nyariin lu tadi tapi tiba tiba lu udah ada di sebelah gua aja. Kyk jalangkung datang tak di undang pergi tak di antar"

"Bacot lu, cepet sini gua obatin"

Fika memajukan wajahnya untuk di obatin oleh Rina, Fika selalu meringin karena luka nya di tekan oleh sang sahabat laknatnya itu.

Fika juga sudah mencerikan semua yang terjadi tadi di toilet

"Heii, kalian ngapain masih di luar, cepat masuk!! Gak denger bel masuk apa?!!" Teriak seseorang dari belokan lorong

Fika dan Rina kompak melihat ke arah tersebut, ternyata itu guru bk yang sedang berpatroli.

Fika dan Rina langsung lari ke dalam kelas dan langsung duduk di tempat masing masing.

Between Hate And Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang