21: Aku Tidak Khawatir

727 163 9
                                    

Chenle merasa seperti hari di mana Jisung mengganggunya ketika dia sedang berbelanja berulang. Hanya saja, kali ini bukan pria itu yang mendatanginya, melainkan ibunya.

Chenle sedang memilih daging ketika dia merasakan seseorang menyentuh pundaknya. Chenle hampir melayangkan sebuah pukulan ketika menoleh, tapi matanya segera menangkap wajah ibu Jisung sehingga dia segera membatalkan gerakkannya.

"Maaf karena mengejutkanmu." Ibu Jisung tersenyum, tangannya mengusap kedua lengan Chenle dengan lembut.

Chenle menggeleng kecil, "Aku yang seharusnya minta maaf, aku hampir memukul Eommonim."

Ibu Jisung terkekeh, kemudian tampak sedikit terkejut, "Hm! Kau memakai anting pemberianku. Ah, cantik sekali."

Chenle membeku begitu kedua pipinya dielus lembut. Hangat, semua keluarga Jisung begitu hangat padanya, terutama ibu Jisung. Mungkin setelah dia dan ayahnya menjadi lebih dekat, mereka bisa berbagi kehangatan seperti Keluarga Park.

"Maaf karena baru memakainya di depan Eommonim. Aku sering memakainya, hanya saja setiap bertemu aku selalu memakai yang lain."

"Tidak masalah, yang terpenting kau memakainya, aku sudah lebih dari senang. Kau pasti memiliki banyak koleksi bukan?"

Chenle mengulas tipis senyumnya, "Ya."

"Aku akan membelikanmu lagi nanti. Akan kucarikan yang istimewa."

"Ah, tidak perlu, Eommonim."

"Aku memaksa. Orang yang istimewa harus memiliki yang istimewa juga." Ibu Chenle mengusap punggung Chenle sebelum perhatiannya perhatiannya beralih pada deretan daging yang dipajang.

Chenle mengambil bungkusan daging yang diinginkannya dan memasukkannya ke dalam troli. Matanya tidak sengaja memandang troli ibu Jisung yang tidak terisi oleh banyak barang. Hanya beberapa bahan makanan, tidak tampak seperti untuk disimpan sebagai stok untuk waktu yang lama. "Sepertinya belanjaan Eommonim tidak begitu banyak." Chenle berbasa-basi.

"Ah, aku ingin membuat galbi-jjim, tapi bahannya tidak ada. Kebetulan sekali aku sedang berada di sekitar sini, jadi aku mampir. Hanya membeli bahan-bahan saja berhubung sedang berada di luar."

Chenle mengangguk kecil. "Apa masih ada yang ingin Eommonim beli? Aku bisa menemani."

"Oh? Kau sudah selesai?" ibu Jisung balik bertanya dan Chenle memberikan anggukan sebagai jawaban. "Sudah tidak ada lagi yang ingin kubeli. Mari kita berjalan perlahan sembari berbincang saja."

Ibu Jisung dan Chenle pun melanglah beriringan seraya mendorong troli masing-masing. Chenle menatap ke depan, merasa sedikit canggung karena tidak terpikirkan sebuah topik untuk dibicarakan. Namun, beruntung keheningan di antaranya dan ibu Jisung tidak berlamgsung begitu lama.

"Jisung jarang bercerita tentangmu belakangan ini."

Chenle menoleh sesaat dan menunjukkan senyum kecil yang terkesan sendu. "Aku bilang padanya bahwa aku tidak ingin melihatnya."

Dahi ibu Jisung berkerut. "Dia melakukan sesuatu padamu?"

Chenle menggeleng cepat. "Sama sekali tidak. Aku hanya... harus mengatasi sesuatu, butuh pikiran yang jernih." Sebuah senyum kembali dia berikan, kali ini untuk meyakinkan ibu Jisung. "Bagaimana kabar Jisung dan orang yang disukainya? Aku melihat mereka sarapan bersama beberapa hari yang lalu, pasangan yang manis." Chenle menarik nafasnya dan menghembuskannya perlahan.

"Hm?" ibu Jisung tampak bingung untuk beberapa saat, tapi raut itu menghilang dan digantikan oleh senyum tipis. Sebuah senyum yang tampak seperti senyum saat menemukan sesuatu, tapi senyum itu juga tampak... jahil untuk suatu alasan.

Ran [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang