purnama dua

452 39 35
                                    

—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tatkala dirgantara melumpuhkan ratapan, beliau merengkuh satu bintang di penghujung selatan demi menggeledah sececah kirana.

Hanya sececah.

Menyerapahi nyeri yang menyerbu kepala beribu-ribu kali, Ara hanya mampu membubuh corat-coret pada buku sketsanya dengan pahatan adiwarna sesosok pemuda yang tengah mencumbu sigaret; mengukir tiap pahatan sang pemuda seperinci mungkin, dan dinamika jemari Ara sekonyong-konyong stagnasi tatkala pucuk pensilnya hendak mengukir selarap netra temaram milik pemuda di seberang petak—sebuah kausa mengapa kepalanya kini terasa lengar.

Sudah satu purnama, sudah satu purnama lamanya pemuda itu merundung lelap, dan Ara tak kuasa melupa pandangan getir sang pemuda yang saban malam senantiasa disaksikannya sebagai entitas.

Entitas lukisan baka yang nyalar terabadikan di dalam kepala.

Dinamika keduanya akan senantiasa seirama, di mana Ara yang termangu memandangi sosok pemuda itu seraya melukisnya, dan sang pemuda yang membatu di balkon apartemen bersama tangkai sigaret dan pandangan getir yang bergeming pada layar ponsel.

Satu purnama Ara menandaskan sangkala hanya demi melukis sosok pemuda di seberang petak—memasabodohkan perencanaan ekshibisi tunggalnya—tetapi ia terus-menerus gagal mengukir selarap netra temaram milik pemuda tersebut.

Tidak. Ia tak sanggup menembus netranya.

Kendati ia menghabiskan beribu-ribu kertas dan kanvas, Ara tak akan pernah sanggup mengukir netra indah yang nyalar dipayungi kelun tembakau serta rinai salju.

Menghempaskan pensil yang semula berada di genggamannya ke meja, gadis itu menghela napas kasar seraya melingkungi pandangan demi menyelami hal ihwal dalam kafe yang hari ini cukup dipadati pelanggan; berencana mengincar entitas anyar supaya jemarinya berhenti mengukir sosok pemuda di seberang petak, juga fokus merenungkan konsep ekshibisi lukisan tunggalnya.

Ia boleh saja menjumput entitas seorang wanita tua yang tengah membaham kukis seraya membaca buku, seorang anak perempuan berseragam sekolah yang tengah terlena membenahi karangan bunga marigold bersama kawan lelakinya, seorang pria dewasa yang tengah menyerana seraya mengaduk-aduk sembarang americano-nya, atau bahkan penunggu kasir yang acap kali tepergok tengah sembunyi-sembunyi pandang ke arah wanita perlente di sudut kafe. Ada berjebah entitas yang disuguhkan kepada Ara demi diukir oleh jemari anggunnya. Namun, agaknya sang jagat tak memperkenankan cinta pertamanya menjamah entitas lain.

Di detik ketika denting merdu lonceng kecil pintu kafe menyambut pelanggan, selarap netra gadis itu menjumpa entitas lukisan bakanya menyingsing bersama kilau sang rawi yang menyilik pada pucuk onggokan salju di tepi adimarga. Entitas dengan sorot pandang serupa seperti malam-malam silam kala pandangan Ara dipasak demi memandangi kehampaan di tiap pahatan parasnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 15, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ketika bintang jatuh dan dia terluka.Where stories live. Discover now