Chapter 12 - Api

29 11 0
                                        

Menandai hari yang baru, Kota Karasburg akhirnya direkonstruksi. Tiga pahlawan yang menyelamatkan kota mati itu dari teror Ratu Jahat adalah Charlie Winston, Omega, dan Oscar Mendeta. Lencana kehormatan berwarna emas diberikan masing-masing kepada mereka sebagai bentuk penghargaan tertinggi dari pemerintah Namibia.

Meski kotanya sudah aman dari segala marabahaya, Oscar tetap memutuskan untuk pergi. Ia bersama dengan 56 anak buahnya akan mengikuti Charles dalam misinya mencari Jantung Mesin Suci. Itu dilakukan olehnya sebagai ungkapan terima kasih. Saat ditanya oleh Charles mengenai alasannya mengikutinya, Oscar menjawab, "Sebagai manusia yang hidup, yang harus aku lakukan adalah hidup untuk hari ini. Karasburg bukanlah hari ini, tapi hari kemarin. Oleh karena itu, aku harus merelakan kota ini untuk selama-lamanya."

***

Biaya pulang mereka ke London dibiayai oleh pemerintah Namibia. Sudah lama sekali sejak Oscar dapat melihat langit biru tanpa harus takut terbakar suhu gurun pasir atau melihat warna biru dari kubahnya sendiri. Lima puluh enam anak buah Oscar dikirim menggunakan pesawat khusus langsung ke markas Chariot Corporation, sementara Charles, Omega, dan Oscar naik pesawat biasa.

Pesawat mereka berhenti di South London Sky Airport, sebuah bandara kecil yang terletak di atas langit. Bandara langit adalah salah satu terobosan terkemuka umat manusia yang ide pertamanya muncul sebelum memasuki abad 31. Konsep bandara seperti ini dipercaya dapat mempersingkat waktu penerbangan dan mempermudah akses bagi para penumpang.

"Itu keren sekali!" Oscar berjalan menggunakan hoverboard di atas sky plate (lempeng langit), sambil terus berdecak kagum melihat kemajuan teknologi dan transportasi di London.

Ia menatap ke kanan dan kiri, mendapati kabel dan selang yang terpasang di mana-mana. Jalur langit begitu ramai, ditandai dengan hologram berwarna merah dan hijau sebagai pembatas jalan, juga palang-palang serta rambu-rambu berbahan besi tipis yang melayang menggunakan energi magnet, mirip ekosistem jalan di darat. Yang membuat Oscar semakin tercengang adalah banyaknya drone berukuran kecil yang bisa menyediakan banyak energi untuk kinerja dari sky plate dan bangunan bandara langit itu sendiri.

"Pernahkah kau melihat ini sebelumnya?" Charles bertanya dari atas hoverboard-nya, menatap Oscar yang kesulitan mengendarai benda itu.

"Be-belum," tubuhnya bergoyang-goyang, "ini luar biasa, Charle—Maksudku, Charlie. Semua hal di kota ini benar-benar berwarna, dan aku rasa, kepalaku sedikit pusing."

"Iya, itu radiasi. Gelombang radiasi di kota seperti London sangatlah besar. Tapi jangan khawatir, sebab pemerintah telah memperjualbelikan obat antiradiasi di pasaran."

"Ada obat yang seperti itu? Bukankah itu terlalu kapitalis?"

Charles terkekeh. "Tidak tahu, ya. Kalau dibilang kapitalis, sebenarnya aku juga begitu."

"Lalu, bagaimana dengan Omega? Apakah dia baik-baik saja?"

"Sudah kubilang, bukan? Jangan ajak Omega bicara dulu. Sepertinya dia masih linglung karena aku terlalu sering mematikan jantungnya secara total. Ketika sudah sampai di markas nanti, akan kucoba perbaiki sistemnya."

Tak lama, setelah menunggu di ujung sky plate sambil menikmati embusan angin kencang di langit London, mereka bertiga naik ke atas taksi jemputan dari perusahaan.

"Selamat datang kembali, Sir Charles," sambut si sopir, yang mengenakan jas hitam serta topi fedora. "Selamat datang juga, Nona Omega. Dan Anda ...."

"Oscar Mendeta, salam kenal." Duduk di samping kemudi, pria botak berkulit hitam itu langsung menyambar tangan si sopir.

"Oh, iya, selamat datang, Tuan Oscar. Saya Whiskey, sopir perusahaan yang sedang bertugas hari ini." Pria berjas itu lantas menginjak pedal gasnya, membawa para penumpang terbang di langit. "Bagaimana dengan Kepala-nya? Apakah Anda mendapatkannya, Sir?" Ia melanjutkan, kali ini dengan pertanyaan.

...Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ