Piramida terbalik itu tersusun dari delapan lantai yang berbeda. Ledakan tadi membuyarkan seluruh tatanannya, dan sekarang setiap orang harus menghadapi ketentuan takdir mereka masing-masing.
Mother Maria terjebak di lantai tiga, sendirian, dihadapkan dengan puluhan robot yang tiba-tiba muncul dari balik tembok. Mereka semua telanjang dengan tubuh berwarna putih bersih yang rata. Sementara itu, Omega berada di lantai lima, melawan kabel-kabel putih dan ratusan barang kecil dengan bentuk geometris. Oscar berada di lantai tujuh bersama dengan banyak peti mati berwarna putih yang berisikan zirah samurai tanpa ada penggunanya. Yang terakhir, Charles, ia berhadapan dengan sesosok bocah laki-laki yang warna sekujur tubuhnya juga sama dengan warna piramida ini—putih.
"Kau tahu," Ryozo mulai berbicara, "ada sesuatu yang menjadikanmu satu-satunya orang yang datang kemari, bertemu denganku di lantai teratas. Itu adalah takdir. Ia serupa benang yang menggabungkan satu lapisan kain dengan lapisan lainnya. Ia adalah sesuatu yang menggiring serta menarik segala hal tanpa sedikit pun kesalahan. Jika kau berhasil tiba di sini dan menghadapku, itu berarti kita ditakdirkan untuk bertemu. Bahkan bencana alam atau kematian takkan pernah bisa memisahkan kita."
Charles menodongkan dua pistolnya ke dada Ryozo. "Aku sama sekali tidak peduli pada takdir. Alasan mengapa aku berada di sini adalah karena aku ingin. Tidak ada kekuatan spiritual yang bergerak di balik layar seperti keberuntungan atau keajaiban."
Ryozo tersenyum. "Kau adalah pria yang menarik, Charles Theseus."
Charles kehabisan kesabarannya. Ia melepaskan dua tembakan dari masing-masing pistol Tedron miliknya, tepat menuju jantung bocah laki-laki itu. Akan tetapi, ruangan tiba-tiba berputar. Tumpuan kaki Charles terasa berat, tubuhnya bergoyang, kemudian terjatuh. Ketika ia menoleh, Ryozo sudah berada di belakangnya.
"Aku punya kekuatan untuk melihat satu frame yang tercetak pada layar masa depan. Itu adalah kekuatan yang diberikan oleh penciptaku melalui Jantung Matahari Suci ini."
Charles melirik dengan gemetar. Pistol Tedron di tangan kirinya jatuh.
"Aku tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Aku melihat, diriku duduk di ruangan ini, lalu ada seseorang yang datang untuk mengambil jantungku. Itulah kau, Charles. Takdir memang sudah mencetak adegan kita. Aku akan mati dan kau akan mengambil jantungku."
Charles masih terdiam. Peluh perlahan-lahan membasahi keningnya, juga sisi wajahnya. Ia bertanya-tanya di dalam hatinya, mengapa ucapan bocah mesin putih itu terdengar mustahil dan masuk akal di saat yang bersamaan. Ia lantas berdiri tanpa ragu, melayangkan satu tembakan pada Ryozo. Ruangan lagi-lagi berputar, dan ia terjatuh. Charles mengulangi hal yang sama, ruangan berputar kembali, dan kembalilah ia pada lantai karena terjatuh.
"Mencuri takdir adalah perbuatan berdosa." Ryozo berdiri tepat di depan Charles yang tersungkur. "Jika waktunya tiba bagimu untuk membunuhku, itu pasti akan terjadi."
Charles terpojokkan. Tidak hanya melihat masa depan, bocah itu juga bisa melakukan teleportasi dalam hitungan detik. Apa yang ada di hadapan Charles sekarang adalah sesuatu yang sureal. Menurutnya, ini adalah kekuatan jantung mesin paling aneh, paling kuat, juga paling berbahaya yang pernah ia temui. Pertanyaan baru muncul di kepala Charles, terkait apakah dua jantung yang menjadi komponen mesin homo, yakni Kepala dan Badan juga memiliki kekuatan yang sama dengan Kaki milik Ryozo atau tidak. Jika memang benar dua komponen itu memiliki kekuatan yang sama, ia tidak bisa membayangkan semengerikan apa kekuatan asli Jantung Mesin Suci yang notabene ibu dari segala jantung mesin, benda yang mengawali Abad Mesin.
Sekarang Charles hanya diam dan memutuskan untuk mengikuti alur permainan yang dipandu oleh Ryozo. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di dalam kepalanya membutakan pikirannya. Ia benar-benar buntu, tidak tahu harus berbuat apa.
