Part 48

87K 7K 799
                                    

Hallo bestie💃...

Absen emoji yuk 😍

Jangan lupa tinggalkan jejak ya! Happy reading🤍

***

Sebuah taksi berhenti di pinggir hutan. Penumpangnya adalah dua orang laki-laki dengan pakian formalnya. Setelah membayar, mereka berdua berjalan menyisiri hutan, kurang lebih 1 jam yang mereka habiskan untuk mencapai tujuan mereka. Sebuah rumah mewah yang tersembunyi di balik rimbunnya hutan terlihat jelas di hadapan keduanya.

Kaki melangkah pelan agar tidak menimbulkan kecurigaan. Mata menelisik memastikan tidak ada yang mengetahui keberadaan mereka.

"Lo yakin ini tempatnya?" Tanya laki-laki saat mereka mendapat tempat bersembunyi yang pas dibalik semak-semak.

Dia adalah Gwen, sahabat Alan. Laki-laki itu baru saja pulang dari perjalanan bisnis di luar negeri. Kemarin malam Alan mendatanginya untuk membantu laki-laki itu dalam sebuah misi.

Mereka berdua datang kemari untuk mencari info tentang keluarga kandung Alan. Alan sudah menceritakan semuanya kepada Gwen, ia juga meminta bantuan laki-laki ini untuk membantunya menyelidiki kasus ini lebih dalam lagi.

"Gue dapet info dari Mona. Kalau sampai dia bohong, dia yang bakalan gue habisin." desis Alan.

Fokus mereka teralih karena deru suara mobil berwarna hitam yang sangat Alan kenali memasuki rumah besar itu. Gerbang yang belum tertutup rapat membuat mereka dapat melihat seorang pria berjas hitam turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam.

"Dia bokap lo?"

Alan mengangguk, matanya terlibat saling pandang dengan Gwen.

"Kita harus bisa nyusup ke dalam." Keduanya mengangguk. Mereka langsung menggunakan kaca mata hitam serta penutup mulut agar penyamaran mereka tidak terbongkar.

"Kita harus berhati-hati, mereka bukan orang biasa." Ingat Alan.

Keduanya lantas mulai berpencar dan ikut bergabung di kumpulan para bodyguard yang berjaga. Ya, mereka memutuskan untuk menyamar menjadi bodyguard yang berjaga disana. Untungnya bodyguard di sana tidak mencurigai alasan keduanya menggunakan masker lantaran sedang flu.

"Kalian harus berhati-hati, anak buah mereka semuanya menggunakan chip sebagai tanda pengenal. Gue udah buat duplikatnya, tatto di pergelangan tangan kalian adalah tanda pengenal itu." Darrel berucap yang terdengar dari earphone yang terpasang masing-masing di telinga Alan dan Gwen. Menggunakan drone, Darrel memantau pergerakan keduanya.

"Arah jam 11, terdapat alat pengintai, usahakan kalian jangan melewati lorong itu. Tekan tombol di samping patung agar membuka akses ke lorong rahasia jika kalian dalam keadaan mendesak."

Tak hanya menggunakan drone, Darrel juga membobol sistem keamanan disana. Pastinya tanpa sepengetahuan orang sini.

"Gue harus melakukan apa sekarang?" bisik Alan sangat kecil.

"Ikuti dua bodyguard yang berjalan membawa peti besar itu. Jangan sampai menimbulkan kecurigaan nantinya. Lo harus bisa tenang, Alan."

"Lo ikut mereka, biar gue yang berjaga-jaga di sini." ucap Gwen.

Alan mengangguk patuh, kemudian mengambil langkah mengikuti dua pria itu. Entah keberuntungan dari mana kedua pria itu menggunakan masker hitam yang sama seperti yang ia pakai.

"Biar saya bantu," ucap Alan tegas.

Kedua pria itu saling pandang setelahnya mengangguk membuat Alan tersenyum tipis dari balik masker.

ELARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang