🍑 10 🌹

5.3K 599 53
                                    

Jangan lupa vote! Komenin juga yaaa!
















ooOoo

Terhitung tiga bulan usia kandungan Tiya. Morning sicknessnya tak kunjung hilang, malah semakin parah. Tiya sering mual dan muntah hingga lemas.

"Kamu tuh ya! Ngapain coba nyuruh mama jagain istri kamu?!" omel Irene karena Jeffry memintanya untuk menemani Tiya.

"Aku minta tolong, Ma. Istriku enggak ada yang jagain, asisten rumah tangga lagi cuti pulang kampung. Tiya sakit dan aku harus kerja," kata Jeffry.

"Istri kamu aja yang manja! Mama dulu pas hamil kamu enggak lemah gitu!"

"Ma, please... kali ini aja bantuin aku, titip Tiya sampai sore ya." Jeffry memegang kedua tangan Irene, memohon.

"Ck! Ya udah, iya!" Irene paling tidak bisa melihat tatapan melas anaknya.

"Terima kasih, Ma. Jeffry berangkat, Assalamualaikum...." Jeffry mengecup pipi sang mama lalu mencium tangannya sebelum pergi.

"Waalaikumsalam." Irene sedikit tersenyum, sudah lama anak tunggalnya itu tidak melakukan hal seperti tadi.

Tiya baru keluar dari kamarnya karena haus. Ia melangkah gontai ke dapur mencari air minum, ia duduk sebentar sambil mengurut kepalanya yang pening.

"Ngapain kamu?" tanya Irene yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya.

Tiya langsung menoleh. "Cuma minum, Ma."

"Hamil muda tuh jangan lemes! Tiduran mulu, ya enggak sembuh-sembuh morning sicknessnya!" Irene berjalan dan membuka kulkas, mengambil beberapa ruas jahe.

"Mama mau buat apa?" tanya Tiya.

Irene tidak menjawab, ia lekas mencuci dan merebus jahe tersebut. Entah apa yang ingin dibuat mama mertuanya itu, Tiya hanya diam sambil memangku kepalanya di atas tangan karena pusing.

Setelah beberapa saat, Irene tiba-tiba meletakkan segelas cairan beraroma rempah-rempah ke hadapan Tiya. "Minum itu."

"Ini apa?" tanya Tiya sambil menghirup aroma minuman tersebut.

"Minum aja, enggak usah banyak tanya!"

Tiya perlahan meminumnya, beberapa detik kemudian ia memasang wajah aneh. "Pedas, Ma."

"Lebay! Wedang jahe aja dibilang pedas! Habisin!" paksa Irene.

Tiya mau tidak mau menegak habis cairan tersebut, walaupun rasanya agak aneh menurutnya, tapi sesaat kemudian ia merasa hangat dan lebih baik.

"Berjemur sana, jalan-jalan di pekarangan! Jangan manja, mentang-mentang lagi hamil!"

Tiya hanya menurut, ia mengikuti perintah mama untuk berjemur di halaman depan mansion dan berjalan-jalan sambil merenggangkan otot-otot lengannya. Ia tersenyum lalu mengusap perutnya. "Baby, apa ini bentuk perhatian dari Oma kamu? Kalau iya, mama seneng banget."

Tak terasa, bulan-bulan pun berlalu begitu cepat. Selama hamil, Jeffry dan Tiya tinggal di rumah Ivander. Kandungan Tiya sudah memasuki usia delapan bulan.

Ting tong!

Bel rumah berbunyi, Tiya bergegas membukakan pintu. Ia terdiam beberapa saat ketika melihat siapa yang datang.

"Ngapain kamu di sini?!" tanya wanita itu dengan nada marah, ia adalah Bunga yang selama ini dicari polisi.

Tiya mundur selangkah sambil memegang perutnya. "Ini rumah mertua saya, kamu yang ngapain ke sini?"

From Bet to Love ✓Where stories live. Discover now