3. Yesterday after Yesterday

1.7K 114 15
                                    

Gue memakan lahap dada ayam yang barusan Haechan beli untuk gue, katanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gue memakan lahap dada ayam yang barusan Haechan beli untuk gue, katanya.

Kedua atensi gue ngelirik dia yang cuma lihat gue makan sambil senyum lebar. Gue menelan kulit ayam yang tengah gue kunyah ini lalu minum cola. "Lo gak ngikut makan? Ih masa gue doang sendiri yang makan?"

"Tujuan gue kesini cuma mau liat lo makan doang. Lanjut,"

Gue menatap kesal tapi ayamnya lanjut gue makan sesuai perintah dia. "Chan, BTW, inwi lo— gak ada maksud tertentu kan selalu- nyogok gue makanan mulu."

Haechan ngegeleng. Dia menghirup rokoknya bikin gue mukul bahu dia cukup keras. Gue berdiri melangkah mengarah jendela untuk gue buka.

"Lo tuh udah dibilangin jangan ngerokok disini!"

Setelah meringis Haechan tetap menghisap ujung rokoknya dan natap gue iseng. "Bibir gue pahit."

"Ck, permen tuh ada. Lagian rokok gak bagus, Chan. Jangan ngikut temen - temen lo yang berengsek itu kenapa si? Pergaulan lo gak bener gue lihat."

Haechan diem. Kedua atensinya terus mengikuti gue yang lagi cuci tangan terus ke dalam kamar mandi untuk sikat gigi karena makan malam gue sudahi.

Semasih gue sikat gigi, gue bisa lihat Haechan nyusulin gue dan bersandar dibelakang gue.

"Ngapain lo?"

"Susah kalau mau berhenti. Lingkungan gue juga begitu gimana gue mau nahan diri."

karena gue mengerti apa yang dimaksud, gue langsung kumur - kumur terus berbalik. "Semua itu tergantung sama diri lo, kalau memang lo ada niatan untuk berhenti merokok sama minum - minum, lo pasti bisa ngatasinnya."

"Gak ada yang ngawasin gue juga soalnya."

Menghela napas. Gue keluar dari kamar mandi dan tentu diikuti oleh Haechan. "Oke, gue bantu. Sebagai teman gak mungkin gue biarin lo yang makin kesini makin gila rokok. Baik - baik sama tubuh lo sendiri tuh."

Haechan ngangguk. "Hm, sesama teman." Walaupun samar - samar gue dengar, gue gak nyahut lagi.

Gue ngambil kadirgan untuk nganter dia ke depan apart karena ini juga udah malam. Haechan selalu pulang di jam - jam segini kalau lagi mampir ke tempat gue. Dia tau betul gue selalu ngantuk jam 9.

Gue cuma diam natap Haechan yang lagi pake helmnya dan naik keatas motor. Saat kaya begini gue mikir kenapa gue gak bisa suka sama Haechan yang udah terlalu baik sama gue.

 PRECIOUS BOY | LEE JENOWhere stories live. Discover now