Ignite ; Perjalanan takdir

706 145 37
                                    

"Karena kita sudah bersama sekarang. Bukannya artinya hubungan kita serius?"

"Kamu tau? Menikah adalah jawaban paling tepat untuk sekarang dan selamanya."

"Aku yang akan menjaga anak-anak kalian nanti!"

"Siapa yang mengizinkanmu menyentuhnya, Bajingan!?"




































"Miel?"

Jihoon mengguncang pelan tubuh Yedam yang menegang dalam tidurnya. Anak itu mengerutkan kening dalam-dalam, dengan keringat dingin bercucuran dipelipis. Jihoon yang panik, mengguncang lebih keras tubuh Yedam hingga empunya membuka mata.

"Aiur?" Yedam menolehkan kepala, disambut wajah panik Jihoon di sebelah ranjang kasur.

Dengan bantuan Jihoon, Yedam mendudukkan diri kemudian menerima segelas air putih pemberian Jihoon.

"Kamu mimpi buruk?" Tanya Jihoon penasaran.

Yedam segera menggeleng. "Panas aja."

"Ey, ini musim dingin... Mana mungkin kamu kepanasan. Lihat? Salju bahkan turun malam ini." Tunjuk Jihoon dengan dagu ke arah luar jendela.

Mengikuti arah pandangan Jihoon, Yedam menghela nafas panjang melihat bulir-bulir salju putih turun deras diluar sana. Ia kembali menatap Jihoon yang entah kenapa terlihat redup dan begitu menyedihkan malam ini.

"Miel... Aku mau bertanya." Suara Jihoon lirih dan penuh lara, Yedam hanya mengangguk sebagai jawaban. "Apa takdir bisa dirubah?"

"Apa yang mau kamu ubah?"

Jihoon tersenyum. Meski Yedam bisa melihat keanehan senyum yang tidak tampak menyenangkan diwajah Jihoon.

"Kamu tau, kalau musim salju begini enaknya dipeluk seorang kekasih." Kekeh Jihoon tiba-tiba dengan derai air mata.

Yedam mengusap pipi Jihoon yang terasa hangat, halus dan merona. Perlahan Yedam tersenyum, menyadari bahwa Jihoon itu cantik dan manis.

"Kamu bisa peluk kekasihmu nanti." Ucap Yedam terdengar ambigu ditelinga Jihoon.

"Aku ingin punya mate..." Sahut Jihoon hampir tak bersuara, tercekat dan merasa sesak di dadanya.

"Kalau itu, nggak mungkin, Aiur." Jawab Yedam tenang. "Kapan waktu, aku mau beritahu kamu rahasia."

"Apa itu rahasia yang bagus?"

Yedam mengangguk kemudian menggeleng, tersenyum dan sekali lagi mengusap pipi yang basah di hadapannya. "Ya... Tapi tidak."

























Jihoon menoleh, sekilas menghela nafas ketika sadar bahwa Yedam sudah sepenuhnya terlelap dan mungkin saja hanyut akan mimpinya. Anak itu bangkit perlahan, berusaha tidak menimbulkan suara apapun dan tetap bergerak cepat.

Benar-benar telah sampai didepan pintu, Jihoon menoleh kepada Yedam yang tertidur digelapnya malam. Perasaan bersalah dan takut seketika menghantui langkah Jihoon.

"Maaf." Bisik Jihoon sepelan mungkin hampir tidak bersuara.

Jihoon membuka pintu sepelan mungkin. Kemudian kembali menutupnya tanpa menimbulkan suara apapun. Helaan nafas lega terdengar, Jihoon berbalik dan menemukan Yoonbin yang sudah berdiri tidak jauh darinya dengan tatapan cemas.

"Ben..."

"Aku ragu." Kata Yoonbin. "Kamu temukan peta nya?"

Jihoon mengangguk. "Bagaimana dengan mantra Ermisoll?"

IGNITE | binhoon ft. dodamWhere stories live. Discover now