Ignite ; Sekutu atau Pengkhianat?

231 48 10
                                    

Mengemban tugas sebagai penerus Pack adalah hal yang sangat berat bagi Doyoung. Terlebih sebuah fakta bahwa dirinya adalah anak kedua yang sebenarnya tidak harus meneruskan posisi sang Ayah nantinya. Silver Pack adalah salah satu Pack terbesar dan sejak kehamilan Bunda mereka mengharapkan seorang penerus Alpha tangguh yang akan memimpin masa depan Pack.

Begitu dua anak lahir, seluruh anggota Pack berbahagia terlebih anak pertama adalah lelaki. Hanya tinggal menunggu waktu mengetahui apakah sang Sulung adalah Alpha. Namun seiring berjalan nya waktu, para anggota dapat dengan mudah melihat fisik Jihoon tidak lah begitu sehat dan siap untuk menjadi seorang Alpha. Terlebih karena Jun, sang serigala hampir tidak pernah mau berubah wujud didepan banyak orang.

Dan hari itu tiba, bukan para Healer yang melakukan tes. Namun Nenek Olle sendiri lah yang memastikan bahwa si kembar adalah Alpha dan Omega. Si Sulung adalah Omega, yang pastinya tidak boleh memimpin Pack, dan sial nya membawa mala petaka dalam tubuhnya. Sedangkan si Bungsu, juga sebenarnya mengemban tugas lain dari sekedar menjadi penerus Pack.

Sesuatu.

Sesuatu yang selalu membuat Doyoung goyah dan tidak dapat tidur dimalam hari. Sesuatu yang bertahun-tahun menggerogoti relung batinnya.

'Ku pastikan ramalan mu tidak akan pernah terjadi.'

Doyoung masih ingat kalimat itu. Kalimat yang lantang dirinya ucapkan, dan dirinya jaga selama bertahun-tahun, tidak sesiapapun bisa menggoyahkan janjinya tersebut.

Tidak siapa pun, kecuali kehadiran Yedam.

"Aku berniat bawa Jihoon menemuimu."

Yedam di sisi lain ranjang tidak lantas menjawab. Dirinya bergelung dengan pikiran-pikiran kusut yang beberapa hari ini semakin susah dia benarkan.

Kemarin sore, Yedam mendengar tangisan Jihoon entah untuk yang keberapa kalinya. Dia sadar bahwa Jihoon sudah mengetahui perihal Jun dan Hal-hal mengenai Great Apple yang sebenarnya.

Jihoon pasti sangat terluka, Yedam ingin ada di sisi sahabatnya tersebut.

"Aku akan minta beberapa obat kepada Nenek Olle." Doyoung kembali bersuara, kali ini dirinya berdiri didepan jendela, mengintip dibalik tirai menemukan Jihoon dan Nenek Olle yang tengah berbincang sembari meminum segelas teh hangat di teras.

Yedam mengubah posisi tidurnya, matanya nanar menatap langit-langit kamar yang mulai sangat membosankan beberapa hari ini.

"Kamu harus memastikan lebih dulu kalau Nenek Olle nggak bilang apapun." Gumam Yedam.

Doyoung berbalik. "Tinggal berapa hari?"

"Satu. Lusa aku sudah pulih."

Keduanya melempar pandangan, namun Yedam mengalihkan pandangan lebih dulu dan beberapa detik kemudian setelah memastikan bahwa Yedam meneteskan air matanya, Doyoung berjongkok memungut beberapa pakaian dilantai. Memasukan nya ke keranjang, dan duduk di sisi lain ranjang dengan raut wajah yang masih sama seperti sebelumnya.

"Rao..."

"Ya?"

"Apa yang akan dikatakan anggota Pack nantinya?" Tanya Yedam menerka.

Doyoung menghela nafas berat, kepalanya menoleh ke arah Yedam yang ternyata sudah lebih dulu memperhatikan dirinya. "Berhenti mengkhawatirkan hal-hal seperti ini, Damiel. Kamu membuat aku pusing."

"Maaf. Andai sajaㅡ!"

"Dan berhentilah berandai-andai, Damiel!" Suara Doyoung meninggi. "Setidaknya.. jangan menunjukkan penyesalan ini sekarang."

Yedam bangun, "Rao... Aku nggak menyesal."

"Maka berhenti mengeluhkan dirimu sendiri."

Kalimat Yedam tertahan ditenggorokan nya. "Kamu pasti tau..."

IGNITE | binhoon ft. dodamWhere stories live. Discover now