dua

36 3 2
                                    

"Itu masuk ke bangunan yang sebelah sana. Lo langsung nemu pintu toiletnya." Kata Ansel sambil menunjukkan jarinya.

"Oke. Gue kesana bentar ya."

Cowok itu langsung melenggang menuju arah yang dikatakan Ansel. Sesekali bersiul melihat-lihat keadaan sekitar yang masih asing baginya.

"Lah hape dia masih di gue ternyata." ujar Mark pas tangannya nggak sengaja ngerogoh kantong celana jeansnya dan nemu ponel berwarna peach punya sepupunya itu, sedetik kemudian dia cuma ngangkat bahunya tidak perduli dan langsung masuk ke toilet didepannya.

-

"Nggak ada, Yang."

"Gak dibawa mungkin ah, kamu pasti lupa."

"Ih, aku tuh tadi bawa, Han."

"Ya terus mana. orang udah kamu keluarin semua tapi buktinya nggak ada kok."

Cewek yang keliatan bingung itu Cuma bisa ngegaruk tengkuknya.

"Hih baru beli kemaren juga. Aku yakin banget tadi tuh aku bawa. Diparkiran pas aku nyimpen kunci mobil kamu juga masih ada kok."

"Nanti pulang aku beliin lagi yang baru." Jawab si cowok yang keliatan masih megang tas milik cewek didepannya.

"Iyasih tapi kan sayang banget, belum nyampe satu kali dua puluh empat jam."

"Hadeh. Udah ah, yuk balik. Nanti di jalan kita mampir store."

"Hih kesel."

Mark nggak sengaja nyimak perbincangan sepasang kekasih yang baru aja pergi dari hadapannya. Sedikit merhatiin juga kalo bandung itu warganya bening-bening banget nggak kayak orang Jakarta. Bukan rasis, Cuma dia lebih sering liat orang-orangnya cakepnya rata.

Apasih rata?!.
Muka lo rata!.
Becanda sayang.

Contohnya kayak tadi, cowoknya itu mirip aktor yang waktu itu Ansel ceritain di film yang judulnya Dilan. Aneh banget, tapi menurut Mark, cowok itu malah lebih cakep. Menurutnya dia lagi, jelas Mark Lee yang lebih tampan. Sedangkan ceweknya kok agak mirip Ansel sih?. Duh aneh juga. Pikirnya.

Dari jauhan Mark senyum senyum sambil merhatiin muka Ansel yang keliatan seneng banget menikmati udara malam kota Bandung. Jarang banget dia bisa nyuri-nyuri kesempatan buat mandangin Ansel pas lagi cantik kaya gitu.

"Astaga. Sadar diri lo, Mark. Dia udah punya cowok." Rutuknya pada diri sendiri.

"Sori lama."

"Boker lo?."

"Enggak. Cuma tadi abis nguping orang pacaran."

"Gitu tuh, diajakin gue pacaran enggak mau. Malah nguping orang pacaran. Pengen kan lo?."

"Apasih. Lo kalo ngomong ngaco deh. Gua ketekin muka lo sini." Cowok itu berusaha nangkep kepala dia buat ditaroh di keteknya.

"Mark, ih apaan si Jorok tau.."

"HAHAAHA..

.. eh, hape lo ketinggalan di saku celana gue. Nih." Kata Mark sambil ngasih ponsel Ansel, tapi cewek itu menggeleng.

"Kenapa?. Lo gak mau?. Yaudah, gue jual ya."

"Gue nanti gampang minta ganti yang baru sama elo."

"Lo minta apasih, gue turutin semuanya, Sel." Ujar Mark, matanya masih menikmati pemandangan di depan. Makin malam udaranya makin dingin, itu yang dirasain Mark, mana jaket dia masih ada di Ansel. Alhasil dia kudu nanggung dingin sendiri.

"Gue mau lo jadi pacar gue, Mark!." Cowok itu bener-bener muak sama kalimat yang udah berkali-kali dia denger dari pagi.

"Sel, udah deh lo jangan kayak gini ah."

out of context | mark lee [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang