Babak Kedua

1.3K 24 8
                                    

Selama Cecep bekerja untuk prokernya bersama Niko dan Reno di sistem irigasi kampung Jatiwarna, tak henti-hentinya ia berharap kejadian semalam hanya mimpi, namun nyatanya tidak. Ia benar-benar ingat saat Seruni mengantar tubuh Dhea sampai dihalaman belakang rumah Pak Toha sebelum keluar dari dalam raga gadis tersebut, meninggalkannya dalam posisi linglung tanpa ingat apapun. Ia benar-benar bersyukur hantu itu tidak meninggalkan Dhea dallam posisi masih telanjang sehingga akan merepotkan mereka berdua nantinya, Cecep pun merasa lega, bahwasannya sekarang tidak ada hantu usil lagi yang menggoda mereka, tapi sepertinya Cecep tidak boleh percaya begitu saja dengan apa yang dijanjikan oleh mahluk seperti mereka. Malamnya, hal lain lagi kembali menimpa Zahra, hantu kemarin berniat untuk berulah kembali, ia merangkak di langit-langit kamar Zahra yang sedang terlelap sendiri, entah kemana perginya teman sekamarnya Dhea diwaktu ini, hantu itu menatap tubuh gadis tersebut dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"aku bisa menyusup melalui lubang intim gadis ini dan kembali bertemu dengan Cecep" gumamnya.

Hantu tersebut menjatuhkan dirinya, bayangannya masuk melalui pangkal paha Zahra. Zahra memekik mencengkeram organ intimnya, tubuhnya mengejang, piyama yang dipakainya tersingkap hingga menunjukkan kulit perutnya yang halus. Dari balik kulitnya terlihat siluet sesosok mahluk yang merayap menuju ke bagian atas tubuhnya, Zahra makin mengejang hingga akhirnya tubuhnya bergetar hebat saat hantu tersebut mulai menguasai tubuhnya lagi.

Kebetulan juga, Cecep juga sedang tidur sendirian dikamarnya, Reno dan Niko masih belum kembali ke kamar yang letak bangunannya terpisah tidak cukup jauh dari rumah Pak Toha yang dikhususkan untuk menginap Dhea dan Zahra. Ia segera terjaga dari tidur lelapnya tatkala menyadari ada seseorang yang memeluknya, ia memandangi orang tersebut dan sontak bangkit dari ranjangnya saat mengetahui ternyata dia adalah Zahra, ia agak pangling karena selama ini dia tak pernah melihat Zahra tanpa hijab, rambut panjangnya yang terurai, tercium jelas aromanya di hidung Cecep.

"kemarin kita belum kenalan kan Cecep..."

"nggak.. Nggak nggak.. Nggak mungkin.. kamu kenapa ada disini, gimana caranya kamu masuk Ra"

"situ.." Zahra menunjuk jendela kamar Cecep yang terbuka sambil berpose nakal diatas ranjangnya

"bisa berabe nih.." Bisik Cecep, diam-diam ia mencoba meraih grendel pintu dibalik punggungnya

"ups.. Kayaknya gabisa" Zahra memainkan kunci kamar Cecep yang ternyata sudah berada didalam genggamannya

"main lagi yuk.. Cecep.." Zahra bangkit dari ranjangnya, melangkah perlahan ke arah Cecep yang berdiri didekat tembok kamarnya, hingga tubuh mereka berdua saling menempel

"apalagi yang kamu inginkan ?" Perangkat keras Cecep merespon dengan mengeras karena jarak bibir mereka berdua yang terlampau dekat

"namaku seruni, jadi jangan panggil aku pakek sebutan mbah lagi yaa, maaf jika aku terus memakai tubuh temanmu ini, lagipula nyaman sekali tubuh ini" seruni mengarahkan tangan Cecep menuju pantatnya yang kencang, dan tangan yang satunya ia arahkan menuju dadanya. Seruni juga merangsang kejantanan Cecep dengan menggesek-gesekkan kemaluannya dengan milik Cecep.

Cecep mulai tak bisa menahan diri, maka dengan tak terkendali akhirnya dia mengecup dengan liar bibir seruni, mereka berdua hanyut dalam pelukan hangat selama beberapa saat sebelum akhirnya Cecep menarik dengan paksa kembali tubuh dan bibirnya.

"tunggu..! Tunggu..!! Kau hantu.."

"memang.. Kenapa ?"

"nggak mungkin.. Mana bisa aku berhubungan sama hantu gini.." Cecep berbalik badan dan mencengkeram kepalanya

"mau tahu wujud asliku ? Berbaliklah.." Ungkap seruni, Cecep perlahan-lahan disertai takut menengok kebelakang, ia melihat tubuh Zahra mulai melengkung ke belakang, tatapan wajahnya kosong, badannya terus melengkung hingga ke batas pusarnya, kakinya masih tegak, tapi badan mulai pusar ke atas sudah seperti terbaring ke belakang, dan dari dalam tubuh bagian atasnya perlahan bangkit semacam sosok wanita muda memakai kebaya putih, rambutnya yang digelung juga berwarna putih, sosok itu tembus pandang mirip seperti asap.

"whatthev..." Cecep nyaris pingsan, kakinya gemetar karena ketakutan.

"mendekatlah Cecep, tidak apa-apa, aku tak akan menyakitimu" Cecep mendekat nyaris ogah-ogahan, bergantian ia melihat sosok hantu tersebut dengan wajah kosong Zahra yang berada di posisi mirip kayang. Cecep mencoba menyentuhnya, tapi tangannya menembus sosok tersebut begitu saja.

"ini gila.." Aku Cecep "Zahra gimana ? Dia baik-baik saja ?" Mahluk tersebut menoleh ke belakang, menatap kepala Zahra yang dipenuhi tatapan kosong ke arah langit-langit

"maksudmu gadis ini, ya dia baik-baik saja, hanya tertidur.." Jawab seruni,ia kemudian perlahan-lahan kembali menyatu dengan Zahra.

"seperti yang kau lihat, tubuh ini masih tanpa luka sedikitpun" Zahra membuka kancing piyamanya yang paling atas, memperlihatkan bahu putihnya pada Cecep yang kini duduk diatas ranjang.

"hei.. Seruni kan namamu.. ?" Cecep sepertinya mulai tidak takut lagi pada hantu binal tersebut

"iya, adakah lagi yang ingin kamu tanyakan padaku.." Zahra bergelung manja di pangkuan Cecep.

"ini tidak buruk.. Jika dipikir.." Cecep segera memeluk tubuh Zahra, dan mulai mengecupi tubuhnya.

"hei.. Lihat siapa yang binal sekarang.." Kejadian seperti kemarin malam akhirnya terulang kembali di kamar kost Cecep.

KKN Kampung JatiwarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang