Chapter 15

1.8K 12 0
                                    

Jika bagi orang waras, jam tiga pagi, pasti mereka masih tertidur.. Namun tidak bagi Lauren. Ia masih terjaga dan gilanya lagi, Lauren duduk di dekat pantai sambil menatap langit gelap sedikit berbintang.

"Kau kenapa?" Tika berjalan mendekati Lauren yang sedang duduk di kursi santai yang disediakan pihak pantai.

Ia menyerahkan sekaleng minuman hangat pada Lauren.

Lauren meraih minuman tersebut lalu tersenyum, "Terima kasih.." ucapnya

"Ada masalah?" tanya Tika.

Lauren menghela nafas berat lalu menggeleng.

"Jangam bohong Lauren, gue tahu raut wajah lo. Lo nggak bisa sembunyiin dari gue.."

Tika semakin mendekati Lauren. Ia mengusap punggung sahabatnya tersebut.

"Gue nggak bisa telpon Clara." ucap Lauren lesu. Ia memang sudah mencoba menghubungi Anaknya sedari tadi, namun tetap tak bisa ia hubungi.

"Udah tidur mungkin.."

Lauren menatap Tika, "Apa iya?" balasnya sedikit ragu.

"Kenapa? Kau mulai meragukan mereka?"

"Entahlah.. Tapi perasaanku tak enak..!"

Tika menatap Lauren dengan sedikit iba. Biasanya rasa hati seorang ibu itu kuat. Tapi jika untuk yang satu ini, ia sendiri juga sedikit meragukan. Sebenarnya yang ia katakan pada Lauren saat dipesawat itu hanyalah sedikit peringatan tanpa harus dicemaskan.

Tapi melihat Lauren terbawa ucapannya, ia merasa sedikit bersalah.

"Positif saja. Mungkin mereka tertidur. Besok coba hubungi lagi. Lagian tadi saat sampai, kau sudah menghubungi Clara dan Mark bukan? Dan keduanya berada di tempat terpisah.."

Lauren mengangguk, "kau benar! Tak seharusnya aku mencurigai anak ku sendiri dan juga calon suamiku.."

"Betul sekali. Jadi karena sekarang sudah malah. Ayo kita tidur.."

Lauren kembali mengangguk. Ia berdiri mengikuti Tika yang lebih dulu berdiri.

Ia berharap rasa takutnya hanyalah mainan semata.

Sementara itu di tempat berbeda dan waktu yang sama, Mark berhasil melepas keperawanan Clara. Beberapa detik yang lalu, Clara sudah merasakan nyeri pada kemaluannya. Ia merasa seperti di silet.

Mencoba menahan sakitnya, Clara memilih diam. Ia menahan perih yang teramat di bagian bawahnya. Milik Mark sudah masuk sepenuhnya dan sedari tadi ,ia menahan pinggul Mark untuk tak bergerak dulu.

Ia sangat ingin menyesuaikan miliknya dengan milik Mark yang begitu membuat miliknya sesak.

"Kau sangat menakjubkan Cla.." bisik Mark yang terus mencoba menahan tubuhnya agar tak bergerak dulu.
Sebenarnya ia sangat ingin menghentak Clara dengan cepat. Ia bisa merasakan betapa nikmatnya nanti miliknya saat keluar masuk dari milik Clara.

Oh itu pasti sangat nikmat.

Clara masih menutup matanya dengan telapak tangannya. Ia sangat malu.

Gila!
Ia berhasil melepas keperawanannyaa dengan calon daddynya sendiri.

"Cobalah bergerak Daddy.." ucap Clara lirih.

Mark tersenyum menang, ia menggerakkan miliknya turun naik. Namun masih secara perlahan. Ia tak ingin Clara kesakitan lebih dari ini. Namun ia bisa memastikan setelahnya Clara akan merasa terbang penuh kenikmatan.

Mark masih melihat Clara meringis perih. Saat bergerak turun naik, ia melirik ke bawah tepat pada miliknya yang saat ini sedang merasakan kenikmatan begitu nikmat. Di sana ada darah yang ia yakini darah perawan dari Clara.

Sugar Daddy I Love You Onde histórias criam vida. Descubra agora