43 : Sekretaris dan bos

161 11 0
                                    

[17+]

Hari-hari berlalu. Naya kembali bekerja sebagai sekretaris Sehun begitupun sebaliknya dengan Sehun. Pasangan bahagia di kantor masih dengan cara back street yang tak ingin mereka tanggalkan.

"Ini bos jadwalnya." Naya yang berdiri disebelah Sehun menyerahnya sebuah dokumen padanya diruangan cowok itu.

Sehun tersenyum jahil lantas menari Naya untuk duduk dipangkuannya. Naya kaget dan dengan sigap memegang kedua bahu Sehun untuk mempertahankan kestabilan dirinya.

"Ih entar ada yang masuk!" Protes Naya seraya memukul pelan bahu Sehun. Namun tatapannya tak lepas menatap manik mata cowok dihadapannya itu.

Sehun mendekatkan wajahnya untuk sekedar mencuri kecupan dari bibir Naya. Tapi cewek itu dengan cepat memalingkan wajahnya dan menutup mulut Sehun dengan tangannya.

"Ga boleh?" Tanya Sehun membuat Naya bergidik geli karena deru napas cowok itu berhembus di telapak tangannya.

"Entar ada yang masuk!" Kekeuh Naya.

"Ga bakal ada yang masuk kalo aku ga suruh sayang." Sehun menyingkirkan tangan Naya dari wajahnya.

Sehun dengan otak jahilnya mengoyangkan tubuh Naya hingga limbung dan hampir jatuh membuat cewek itu reflek mengalungkan tangannya di leher Sehun. Membuat jarak antara wajah mereka menjadi sangat tipis.

"Sehun ih!" Omel Naya yang jantungnya hampir copot karena kaget.

Sehun hanya tertawa kecil. "Boleh ya?" Tanyanya dengan suara rendah yang membuat Naya merinding.

Naya berlagak seakan berpikir menepuk-nepukkan jari telunjuknya di dagu. "Boleh ga ya?" Godanya.

Naya menatap Sehun lamat-lamat lantas menempelkan bibirnya kemudian melumat bibir Sehun rakus. Entah apa yang merasuki Naya tapi biarlah ia begini untuk sekarang.

Sehun yang tadinya sedikit kaget mendapat serangan tiba-tiba itu dengan cepat mengimbangi permainan Naya. Tangan besar Sehun menyapu punggung Naya, meraih pinggang kecilnya agar gadis itu duduk mengahadap dirinya.

Naya melepaskan tautannya. "Ngg... kamu yakin ga bakal ada yang masuk?" Tanya Naya ragu mengingat posisi mereka yang seperti ini.

Sehun tak menjawab langsung menarik tengkuk Naya untuk mencium kembali gadis itu. Naya yang mengalungkan tangannya di leher Sehun mempererat pegangannya.

Ciuman Sehun turun ke leher Naya yang terekpos. Gadis itu mengangkat kepalanya memberikan ruang untuk Sehun bekerja disana. Beberapa lenguhan lolos dari bibir Naya saat Sehun mulai memberikan beberapa gigitan kecil disana.

"Hun, entar ada yang masuk," peringat Naya namun tak menghentikan aksi pacaranya itu.

Sudah puas dengan leher sebelah Sehun pun pindah ke sisi satunya membuat Naya kembali harus menggerakkan kepalanya.

Otak Naya mengatakan ia harus menghentikan ini. Tapi tubuh Naya berkata lain.

Baru saja Sehun akan beraksi lebih jauh kalau saja pintu tidak dibuka yang membuat Naya terlonjak kaget dan langsung turun dari pangkuannya.

"Oops," ucap Tao saat masuk kedalam ruangan Sehun.

"Damn bro, wrong time," umpat Sehun yang kesal karena kegiatannya yang baru setengah jalan itu diinterupsi.

"Ngg... aku keluar dulu ya!" Pamit Naya dengan senyum canggungnya pada Tao lantas berjalan cepat keluar dari ruangan Sehun.

"Aduh Naya bego. Malu banget woy!" Naya menepuk-nepuk kepalanya menahan malu.

Ia duduk dibangkunya dengan gelisah.

"Aduh gimana entar pas ka Tao keluar? Aduh malu banget gue." Ia kebingungan. "Pantry! Iya pantry! Mending gue ke pantry sampe ka Tao pergi!"

Gadis itu pun berjalan cepat dengan membawa handphone-nya menuju pantry untuk mendapatkan segelas kopi dan ketenangan.

Di ruangannya Sehun masih menatap kesal pada Tao yang sedari tadi hanya bisa nyengir merasa bersalah karena sudah merusak momen penting sahabatnya.

"Cmon Hun. I really sorry. Okay?"

"Ada apa sih?" Tanya Sehun masih kesal

Tao hanya bisa tertawa melihat sikap Sehun yang ngambek karena ulahnya. Sahabat Sehun sejak zaman sekolah dulu itu pun memberikan lembaran berkas yang harus Sehun tanda tangani.

"Naya udah baikan?" Tanya Tao saat Sehun telah menerima berkas tersebut.

"Iya. Udah balik kaya dulu sih, tapi kata Putri kadang-kadang Naya masih suka tiba-tiba ingat kejadian itu," jelas Sehun membuat Tao mengangguk mengerti.

"Terapi?" Tawar Tao.

Sehun menggeleng. "Udah pernah gue singgung tapi Naya bilang dia bisa ngelupain pelan-pelan."

"Okay," Tao menanggapi.

"Nih." Sehun kembali menyerahkan berkas tadi.

"Sip." Tao menerimanya. "Gue balik dulu. Lo bedua bisa lanjutin yang tadi." Tao pergi dengan tawa renyahnya melihat wajah Sehun yang kembali kesal.

Sehun merogoh saku jasnya mengambil handphone dan mendial nomor Naya. Namun tidak dijawab. Sehun melakukan untuk kedua kakinya namun hasilnya Sama. Ia menyerah dan meletakkan handphone-nya diatas meja.

Sebuah pesan masuk membuat Sehun dengan cepat melihatnya.

Naya: lagi di pantry
Naya: ada apa?

Sehun: sini

Naya: gamau entar ke gep lagi

Sehun: emang aku mau ngapain?

Naya: ya gitu

Sehun: pikiran kamu ya. Sini dulu aku mau ngomong.

Naya: oke

Sehun tersenyum membaca balasan Naya pada pesannya.

Beberapa menit kemudian pintu diketuk dan Naya masuk kedalam ruangan Sehun.

"Mau ngomongin apa?"

"Kamu jauh banget. Sini dong."

Naya menggeleng.

Sehun tersenyum melihat tingkah lucu pacarnya itu. "Yaudah deh. Nanti malem aku jemput ya."

"Kemana?"

"Dinner."

[Tamat] My Ice Boss | Oh Sehun ✔Where stories live. Discover now