7. Neurotik

7.9K 1.9K 228
                                    

Setelah semua murid kembali ke lapangan, Arman kembali meminta mereka semua berbaris. Keributan yang dibuat Fandi dan Nabila benar-benar membuat Arman tidak senang. Walau dia guru baru dan masih muda, tentu saja dia juga memiliki harga dirinya sendiri. Saat melihat murid-murid itu melakukan hal tidak sopan di tengah jam kelas, dia tidak bisa menahan diri untuk mengerutkan keningnya marah.

"Siapa nama kamu?" tunjuk Arman pada Fandi. 

Fandi yang ditanyai nyengir sambil menjawab, "Jack, Pak!"

Gugun di sisinya ikut menyahut, "Kalau nama saya Rose!"

"Hm, eternal couple kalian ternyata, tinggal dilelepin di laut aja." Gio nyeletuk di belakang kepala dua orang itu.

Orang-orang mulai tertawa.

Arman semakin jengkel, "Diam! Kalau kalian terus membuat masalah, kalian akan saya hukum. Semuanya."

Tawa itu perlahan berangsur berhenti. Semua orang memasang ekspresi tegang. Gio mencibir diam-diam. Ini adalah arogansi guru baru. Yang tidak tahu banyak hal tentang murid-muridnya sendiri dan menunjukkan taring ke mana-mana.

Gio hanya berpikir kalau guru-guru banyak yang masih cukup berani mengomeli dirinya sendiri, tapi tidak ada guru yang bersedia bermasalah dengan Fandi. Walau terlihat sangat ramah, Fandi ini sebenarnya tipe orang yang cukup pendendam.

Gio mendengar dari Diana, kalau selama duduk di sekolah, ada 3 guru yang pernah bermasalah dengan Fandi dan maksimal seminggu kemudian akan mengundurkan diri. Fandi tidak pernah berkata apa-apa, saat dimarahi, dia hanya akan tersenyum dan mengangguk patuh.

Tapi Fandi memiliki banyak 'teman' di luar sekolah. Preman-preman di jalan bahkan banyak yang takluk dan menurut padanya.

"Katakan nama kamu dengan benar!" Arman menatap Fandi tidak sabar.

Fandi tersenyum lembut yang justru terlihat menakutkan untuk beberapa orang, "Nama saya Fandi, Pak."

"Kalau saya sih, Gunawan. Tapi saya sering dipanggil Gugun."

"Nggak ada yang tanya nama kamu."

Gugun cemberut saat dipelototi Arman. Walau begitu dia tetap diam. 

"Kenapa kamu menjahili teman kamu di jalan?"

"Ya kalo saya hamilin dia di jalan, apa kita nggak bakalan langsung diarak warga?"

Tawa itu kembali ramai. Fandi benar-benar terlalu berani.

"Saya bicara serius dengan kamu!"

"Saya masih sekolah, Pak. Kalo mau diseriusin mendingan Bapak ngelamar langsung aja ke Bapak saya." 

Arman sangat ingin menampolnya. Anak ini terlalu tidak tahu aturan dan kurang ajar. Dia akan mengatakan sesuatu lagi tapi seorang guru di kejauhan berlari mendekatinya, dia menatap guru itu. Membiarkan pria paruh baya berbisik di telinganya.

Arman tercengang.

Dia melihat anak yang sejak tadi dia omeli, dan kini sudah berdiri di sisi Nabila sambil menarik-narik kuncir rambutnya. Nabila marah. Dia menampar tangan Fandi. Fandi terkekeh namun dia masih menarik kuncirannya.

"Lo itu jangan gangguin gue mulu bisa nggak?!" teriak Nabila marah.

"Enggak!"

"Setan lo emang!"

Fandi tertawa bahagia. 

Diana yang mengamatinya memasukkan permen ke dalam mulutnya, berbisik pada Gio, "Fandi ini jangan-jangan masokis."

"Sakit jiwa dia emang." Gio mengangguk setuju. Seolah tidak puas, Gio menambahkan, "Fandi ini seorang neurotik. Psikopat."

Diana meliriknya sambil diam-dim bergumam dalam hati ; pantes kalimat itu keluar dari mulut lo?

CandyWhere stories live. Discover now