06. Kesalahpahaman berujung mengerikan.

655 91 26
                                    

Younghoon terduduk suntuk dibangku panjang taman rumah sakit. Moodnya rusak dan hatinya terasa pedih karena mendengar perkataan Juyeon tadi yang sialnya tidak bisa dia lupakan semudah itu.

"Ambil ini, kau lupa membawa ini sebelum pergi."

Younghoon mendongak, kemudian menatap keranjang penuh roti yang ditujukan untuknya sekarang sedang berada dalam pangkuannya.

"Aku tidak mengerti mengapa jadi kau yang memberikannya kak Sangyeon, bukankah ini pemberian Juyeon? Lagipula untuk apa diberikan kembali padaku kak? Dia bahkan sepertinya tidak ikhlas memberiku satu keranjang penuh roti ini. Apalagi untuk meminta maaf." tutur Younghoon pada Sangyeon yang sekarang sudah mendudukkan dirinya disamping si pemuda manis.

“Juyeon mungkin memang pemuda yang terlihat arogan dan kasar, Younghoon-ah. Tapi, nyonya Lee tidak akan membiarkannya tumbuh seperti itu. Seperti sebuah buku yang rumit, perilaku Juyeon selama ini masih tergolong sebagai sampul luar dirinya.” jelas Sangyeon.

“Lalu, bukankah hal pertama yang dilihat oleh hampir seluruh orang dalam membaca ataupun membeli sebuah buku adalah sampulnya kak?” tanya Younghoon menatap yang lebih tua dengan tatapan heran.

“Kau tidak salah, tapi bukankah ada kalimat, 'jangan menghakimi sebuah buku dari sampulnya' Younghoon-ah? Seperti itulah Juyeon, hanya saja dia memang sangat rumit tuk dipahami.”

“Aku mengerti, kak. Tapi bagaimana mungkin kau bisa seyakin itu perihal perkataanmu soal Juyeon dan juga nyonya Lee? Lalu, bagaimana mungkin kau bisa mengantarkan keranjang roti ini?” tanya Younghoon lagi, kali ini manik hazelnya menatap Sangyeon penuh selidik.

“Aku saudara sepupu Juyeon, Hoonie-ah.” balas Sangyeon sambil terkekeh.

“Kau serius, kak?! Wah, tapi kenapa kau tidak mengambil alih operasi nyonya Lee waktu itu?” tanya Younghoon lagi dengan semangat.

“Bibi tidak ingin Juyeon yang memang sudah benci dengan pekerjaan kita ini, bertemu denganku dan mencari masalah. Biar bagaimana pun juga kami berdua adalah saudara, lagipula bibi juga sengaja memintamu menjadi dokter pendamping pada operasi itu karena bibi sendiri ingin mempertemukan kalian berdua setelah sekian lama.” jelas Sangyeon, menatap balik si pemuda yang lebih muda.

“Tapi kak, bagaimana mungkin dia membenci kita karena perkara diagnosa? Bukankah, mungkin saja diagnosa awal memang sudah benar?” tanya Younghoon lagi.

“Diagnosa dokter Shin memang sudah benar, awalnya Hyunjae hanya menderita penyakit kanker darah. Tapi tidakkah itu sudah menjadi rahasia umum, bahwa sel kanker bisa menyebar keseluruh organ tubuh dan membuat penyakit baru?” tanya Sangyeon yang langsung diangguki oleh Younghoon. “Itu benar, lantas dokter itu tidak bersalah sepenuhnya kan kak? Ini hanya karena perkara kesalahpahaman?”

“Iya, hanya kesalahpahaman karena Juyeon yang kau tau sendiri sangat berlebihan jika menyangkut orang yang dia sayangi atau dia pedulikan. Bahkan, dia sempat membawa dokter Shin ke polisi dan meminta mereka untuk menahan dirinya dan mencabut lisensinya atas tuduhan tidak bekerja dengan benar, mengerikan bukan?” tanya Sangyeon pada Younghoon yang terduduk kaku, siapa yang tidak terkejut jika hasil jerih payahmu dirampas begitu saja karena kesalahpahaman?

“Itu mengerikan kak.. Tidak lucu jika aku akan mati ditangan calon suamiku sendiri bukan?” cicit Younghoon dengan suara pelan.

“Jadi kau sudah ditawari bibi untuk segera menikah dengan Juyeon ya? Tenanglah Younghoon, jika dia menyia-nyiakanmu. Maka aku sendirilah yang akan menghajarnya dengan tanganku.”

“Iya kak, tidak perlu repot-repot seperti itu kak. Kalian berdua bersaudara, lagipula memang sudah keputusanku untuk menerima kesepakatan itu.” jelas Younghoon sambil tersenyum kearah Sangyeon, mencoba meyakinkan pria yang lebih tua walaupun dirinya sendiri juga merasa masih janggal dan ragu.

cinta terbaik, jubbang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang