02

1 1 0
                                    

HAPPY READING!

Tau cerita ini dari mana?

02. Harapan Tak Sesuai Kenyataan

"Dalam hidup tidak bisa hanya mengandalkan sebuah keberuntungan.
Semua hal harus diusahakan dan diperjuangkan.
Namun jika memang usaha yang dilakukan tidak sesuai harapan,
mungkin ada jalan lain yang akan diberikan oleh Tuhan."
-Lara-

~~~~~
Semua orang di dunia ini pasti pernah merasakan penderitaan. Seberapa keras mencoba untuk menghindari hal itu, pasti pada akhirnya semua akan mendapatkan gilirannya. Tentu, sesuai porsi kemampuan masing-masing.

Berbagai masalah yang silih berganti datang menghampiri, pasti menitipkan pesan dan memberi pelajaran disetiap kejadiannya. Lara tau, jika kepergian Ayahnya pun menitipkan pesan tersendiri. Salah satunya adalah mungkin mengajarkan gadis itu untuk kuat bertahan melawan kerasnya hidup walau hanya sebatang kara.

Selama satu tahun, Lara hidup mengandalkan asuransi dari kematian Ayah nya. Semakin hari, kebutuhannya pun semakin bertambah dan uang yang ia punya kian menipis.

Dengan bermodal tekat dan niat yang kuat, Lara berencana untuk mencari pekerjaan paruh waktu sepulang sekolahnya nanti.

Namun saat ini, Lara tengah duduk dikursi kantor guru, untuk menghadap Bu Wati pembimbing ekstrakulikuler Sastra. Entah karena apa ia di panggil menemui Bu Wati.

"Lara teh, masih suka nulis puisi buat dimading?" Tanya Bu Wati yang ada dihadapannya saat ini.

Lara pun mengangguk, "Masih. Memangnya kenapa Bu?" Tanya Lara penasaran.

"Bagus atu kalau gitu mah. Nanti pekan depan akan ada acara perlombaan untuk para siswa yang suka nulis kayak kamu gini. Nah, ibu teh mau kamu ikutan mewakili sekolah kita. Mau kan?" Bebernya membuat Lara mengerutkan dahinya bingung.

"Mewakili sekolah kita? Memang lombanya diakan dimana Bu?"

"Di SMA Airlangga, mau atu yah? Lumayan hadiahnya bisa buat kamu jajan," bujuknya meyakinkan gadis itu agar menyetujui permintaan nya.

Lara tersenyum kaku, "Baik Bu, kalau begitu saya bersedia mewakili sekolah kita. Sebelumnya terimakasih, karena ibu pilih saya."

"Ya, iya atuh! Ibu pasti pilih kamu, kamu teh kan memang pinter dan bakat kamu disitu!" Puji Bu Wati membuat Lara melebarkan senyumnya.

Ini bukan kali pertama Lara ditunjuk untuk mewakili sekolanya untuk mengikuti lomba menulis. Dan dia pasti masuk ke tiga besar, bahkan beberapa kali juara pertama.

Lara memang berbakat dalam dunia Sastra, kecintaannya pada dunia itu memang sudah tumbuh dari sejak Sekolah Dasar.

Setelah keluar dari ruang guru, Lara langsung kembali ke kelasnya untuk kembali mengikuti pelajaran.

Lara terus melirik jam yang terpasang dipergelangan tangannya, jemarinya menari tak tenang di atas mejanya. Menantikan jam pulang yang masih satu jam lagi.

Gadis itu tak sabar untuk cepat pulang, hendak menjalankan rencana yang sudah ia buat semalam. Rencana untuk mencari kerja.

Setelah satu jam menunggu dan bergelut dengan soal-soal Bahasa Inggris yang ia kerjakan. Akhirnya, bel pulang yang sedari tadi ia tunggu pun berbunyi.

DAMALARAWhere stories live. Discover now