[1] Love is Fool

110K 4.8K 260
                                    

Suasana kamar kos yang sederhana itu kini berubah jadi panas ketika sebuah telpon datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana kamar kos yang sederhana itu kini berubah jadi panas ketika sebuah telpon datang. Kinna— nama perempuan itu— masih mengenakan balutan bathrobe dan handuk menggelung menutupi rambut basahnya, mendengus kesal. Tahu siapa penelpon yang mengganggu hidupnya di pagi buta begini. Tentu saja tantenya, yang kini merangkap sebagai rentenir penagih hutang.

Kinna melirik jam yang menggantung di tembok. Hampir pukul setengah delapan pagi. Dan dia masih di sini terjebak bersama kerempongannya. Belum bersiap dengan blazernya untuk ke kantor. Mendengus, Kinna mengangkat telpon itu. Nyaris mengumpati adik dari wanita yang telah melahirkannya.

"Halo, iya?! Ada apa lagi, sih, Tan?! Ini masih pagi! Aku belum ke kantor!" kalau Kinna sudah tidak peduli pada sopan santun, dirinya pasti sudah mengumpat.

"Sssttt... Kalem! Jangan ngegas! Bisa?!" teriakan Sukma, si Tante yang mata duitan itu menyahut dari layar. "Heh, Kinnanthi! Kamu itu cewek! Barang dagangan! Pantes sampe hari ini kamu nggak laku-laku juga! Kamu belum apa-apa udah ngegas! Berandalan banget, sih! Jadi cewek yang anggun dikit, dong! Kayak nama kamu, kek!"

Kinna menahan napas, mengatur detak jantungnya yang siap berdentum kapan saja jika menyangkut Sukma. Suaranya naik beberapa oktaf. "Udah, bilang aja, Tante mau apa?!" belum beberapa detik, jeritannya terdengar lagi. "Apa?! Duit lagi?! Loh, bukannya kemarin aku udah transfer ke Tante? Buat modal bisnis Tante?! Sekarang buat apalagi duitnya?"

Dan mendengar rentetan penjelasan Sukma dan alasan bualan lainnya, membuat Kinna tidak tahan lagi. Sukma selalu meminta sejumlah uang terus menerus. Tidak jelas untuk apa. Hari ini dia minta. Lusa minta lagi. Minggu depan pastinya lagi. Lagi dan lagi. Begitu terus berulang-ulang. Alasannya selalu saja ada.

Untuk bayar kontrakan, listrik, modal dagang, inilah, itulah. Sampai Kinna gila rasanya mendapat pemerasan semacam itu. Dia tidak sempat menabung, tidak sempat menikmati uangnya. Hasil jerih payahnya sendiri. Untuk shooping, untuk bersalon, kencan, liburan, dan segala macam tetek bengek kebahagiaan wanita karir sejenisnya. Tapi dia di sini, ditampar kenyataan yang menyebalkan. Dan Tante sialannya itu tidak membantu sama sekali. Hanya terus memerasnya yang menyedihkan tak berdaya. Memaksanya untuk merubah diri. Jadi cantik katanya? Lalu menjerat laki-laki kaya? Pakai modal apa? Uangnya saja tidak ada!

Akhirnya tanpa banyak kata, dibalasnya juga. "Maaf Tante, aku nggak bisa! Bulan ini uang aku udah mau abis! Dan aku masih ngutang uang kontrakan! Tante tahu sendiri, kan, di Jakarta aku harus bayar kos juga? Kalau nggak, aku bisa diusir dari sini! Jadi, Tante sabar dulu kalau butuh uang! Tunggu sampe bulan depan, oke?!"

Tapi Sukma tak juga menyerah.

"Apalagi, sih?" dengus Kinna tak tahan.

"Kamu ini gimana, sih, Ki?! Katanya kamu wanita karir di Jakarta sana?! Tapi apa?! Tante minta sejuta aja nggak ada! Kemarin yang kamu kasih, ya, udah abislah! Kamu Cuma kasih lima ratus kemarin!"

Call KinnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang