-Dua puluh empat-

924 215 48
                                    

UAS berakhir, aku merasa lega karena akhirnya malam-malam menguras otak untuk belajar akhirnya selesai juga.

Besok, Antony berangkat ke Norway, hanya satu minggu dia di sana, untuk menguji sample yang akan diteliti karena di sini, kami gak punya alatnya.

"Jangan nakal yaa kalo aku pergi." Katanya.

"Yee, kamu noh jangan nakal ke mahasiswi di sana."

"Wedew, gak doyan bule aku."

"Bagusss!"

"Kamu jangan mau kalo tante Hilda ngajak ke Amrik, nanti kamu jatuh cinta lagi sama si Aaron."

"Astaga, kamu nih ngomong apa? 2 tahun kita pacaran kamu masih gak percaya sama aku?"

"Hehehehe, percaya! Tapi ya... gak usah ikut ya? Katanya di sana cuacanya lagi jelek tau."

"Iya, kan emang aku udah bilang engga."

Ya, Tante Hilda dan Om Fauzi memutuskan untuk mereka yang ke Amerika karena hari raya kemarin, Aaron yang pulang ke Indonesia.

Dan, Antony sudah kukenalkan dengan Aaron, fix... keduanya gak akur.

Aaron bilang Antony sok kepinteran karena ia selalu kalah main catur. Lalu Antony bilang Aaron sok kegantengan.

Jadi, dah lah, seenggaknya aku udah kenalin pacarku ke sahabatku, dan aku kenalin sahabatku ke pacarku. Dah gitu aja, aman. Aku gak ngarep mereka berdua jadi sahabat juga. Mustahil!

"Oke pinter! Aku cuma bentar kok."

"Iya, tahu!"

Karena besok akan berangkat, tentu saja malam ini Antony gak menginap, ia pamit pulang ke rumah biar besok subuh bisa diantar oleh Pak Arief ke bandara.

"Aku pergi, kamu jaga diri baik-baik!"

"Siap sayaang!" Kataku, lalu Antony menggendong ranselnya, membawa case berisi sample yang akan ia bawa, kemudian keluar dari kamarku.

Aku sendiri belum ada rencana pulang ke rumah. Niatnya nanti, pas Antony pulang dari Norway aja. Karena kalau aku pulang ke Jakarta, terus pas Antony balik aku ke Bogor lagi... duh PR banget.

****

Gini nih enaknya liburan semester genap, walaupun libur tapi kampus masih rame, karena ada anak baru yang harus asrama... ya ampun, kangen jamanku deh.

Kalo lagi gini, bawaannya kangen asrama. Kangen rebutan mandi, bangun tidur cepet-cepetan, gitu lah, seru juga kalau diinget-inget.

Aku berjalan santai ke fakultas MIPA, hari ini janjian sama Jingga, dia Matematikanya pinter banget, jadi sering ditunjuk dosen buat jadi tutor MaBa atau jadi pengajar mahasiswa yang ngulang ambil semester pendek.

Aku mengintip, kulihat Jingga sedang mengajar jadi aku menunggu di luar. Sekalian melihat pemandangan kampus. Gosh, sejak gak asrama, dan gak nyuci baju, aku jadi gak pernah liat pemandangan kampus dari atas begini. Kangen deh.

"Woy? Lama?" Punggungku ditepuk pelan, aku berbalik dan melihat Jingga.

"Gak kok, yuk, jadi?"

"Iya lah, go!"

Hari ini adalah hari ulang tahun Irene, kami nih emang selalu punya agenda merayakan ulang tahun masing-masing, minus Olive tentu saja karena... ya aku dan Jingga menghargai keputusan Irene yang gak mau kenal lagi sama Olive.

Dibonceng Jingga, kami mampir dulu ke toko kue sebelum meluncur ke kostan Irene.

"Rasa apa nih? Itu anak gak doyan keju kan?" Tanya Jingga.

Sewindu MerinduWhere stories live. Discover now