5. Tendangan Maut di Santorini

3K 356 17
                                    

Santorini adalah pulau yang sangat indah, menyajikan pemandangan alam yang spektakuler bersama gedung-gedung putih beratap biru yang mendominasi daratannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Santorini adalah pulau yang sangat indah, menyajikan pemandangan alam yang spektakuler bersama gedung-gedung putih beratap biru yang mendominasi daratannya. Kay tidak pernah mengunjungi Santorini sebelumnya karena yeah berlibur di pulau ini tidaklah murah, dan sekarang ia merasa sangat beruntung bisa melihat langsung betapa menakjubkannya pemandangan di Santorini secara percuma.

Namun sangat disayangkan, Kay tidak memiliki banyak waktu di Santorini untuk memotret keindahan alam dan gedung-gedungnya. Sebab ia dan para kru yang lain datang untuk bekerja, merekam Sebastian Constantine meriview hidangan khas Yunani, Pastitsio, di salah satu restoran yang terkenal di Santorini.

Setelah syuting selesai, Sebastian Contantine lagi-lagi menunjukkan kemurahan hatinya. Pria itu mentraktir seluruh kru untuk makan di restoran yang sama sebelum mereka kembali ke Mykonos. Besok pagi mereka akan pulang ke Manhattan, Kay merasa lega karena syuting di Yunani berjalan tanpa hambatan. Tampaknya Sebastian takut akan ancaman Dior, atau pria itu benar-benar serius dalam melakukan pekerjaannya.

Oke, Kay membuat kesalahan karena menilai keprofesionalan pria itu dengan gegabah.

Menjadi orang pertama yang selesai menyantap makanannya, Kay memanfaatkan kesempatan itu untuk memotret pemandangan yang ada di sekitarnya. Dari balkon restoran Kay mulai menangkap keindahan laut Santorini dan juga gedung-gedung putih yang tampak menakjubkan dari atas sini. Ya lumayanlah untuk disimpan sebagai kenang-kenangan karena Kay yakin ia tidak akan menginjak pulau ini lagi.

Saat Kay sedang asyik-asyiknya memotret tiba-tiba saja aroma tumbuhan liar yang begitu tajam menusuk indra penciumannya. Oh sialan, Kay kenal betul aroma ini, aroma yang selalu ia hirup saat Sebastian Constantine berada tak jauh darinya. Tidak menghiraukan kehadiran pria itu, Kay terus memotret seolah-olah ia tak menyadari keberadaan Sebastian yang berdiri tepat di sisinya.

"Ada kastel tua di dekat sini kastelnya menghadap langsung ke arah laut, aku tidak keberatan kita pergi mengunjungi kastel itu sebentar, kau bisa mendapatkan gambar yang bagus di sana" ucap Sebastian.

Kay berhenti memotret saat ia mendengar tawaran yang sangat menggiurkan dari bibir Sebastian. Gadis itu menoleh kemudian menatap ke dalam mata cokelat muda pria yang berdiri di sisinya dengan penuh curiga.

Ada apa dengan Sebastian? Pikirnya. Tidak biasanya playboy itu bersikap sangat baik kepada Kay, padahal baru kemarin Sebastian menyindirnya karena mengambil kesempatan memotret di perjalanan kerja mereka. Benar-benar pria yang aneh....dan tidak bisa dipercaya. Bisa jadi Sebastian bersikap begitu murah hati kepada Kay bertujuan untuk  memancingnya ke ranjang.

"Tidak perlu, aku tidak tertarik" sahut Kay, ketus.

Meninggalkan Sebastian sendirian, Kay bergabung bersama para kru lalu  membantu mereka mengemas peralatan syuting. Ah, tidak sabar rasanya sampai di penginapan mereka di Mykonos, namun lebih tak sabar lagi kembali ke Manhattan. Meski baru dua hari tapi Kay sudah sangat merindukan apartemennya yang sederhana, ranjangnya yang tidak terlalu empuk, dan juga pagi dengan secangkir kopi tanpa gula.

Jam menunjukkan pukul 9 malam saat mereka tiba di Mykonos. Sebastian dan asistennya yang menumpangi mobil yang berbeda dengan para kru belum tiba di penginapan, padahal pria itu berangkat lebih dulu. Oh lupakan, Kay tidak ingin repot-repot memikirkan ke mana perginya pria hidung belang itu. Lebih baik ia membersikan tubuh lalu  bergabung di ruang tengah bersama para kru yang sedang menyantap pizza.

Namun anehnya ruang tengah kosong saat Kay tiba. Televisi yang tadinya menyala juga sudah mati. Kay memandang ke setiap sudut ruangan kemudian tersentak kaget mendapati Sebastian Constantine berdiri di samping guci yang besar seperi patung Dewa Yunani.

"Ke mana semua orang pergi?" tanya Kay.

"Bar. Bersiaplah, kita juga akan pergi ke sana"

Oh.

"Tidak" sahut Kay, dingin. "Aku akan tidur saja"

Mendengar penolakan yang tak henti-hentinya ia terima dari juru kameranya membuat kesabaran Sebastian habis. Pria itu merasa kesal dengan sikap Kay, ia tak tahu dendam pribadi apa yang Kay punya untuknya. Mereka bahkan baru mengenal dalam beberapa hari, dan Sebastian juga tidak merasa telah melakukan kesalahan yang besar terhadap Kay Blakely selain iseng menggodanya dalam beberapa kesempatan.

"Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?" tanya Sebastian sambil menghampiri Kay, "Mengapa kau begitu dingin kepadaku?"

"Itu perasaanmu saja" sahut Kay, acuh.

"Kau pikir aku bodoh, Kay? Aku tahu kau tidak menyukaiku"

Kay menghembuskan nafas pelan, "Pertama, hubungan kita tidak terlalu dekat sampai aku harus menyukaimu atau pun membencimu, aku tidak punya waktu untuk itu" jawab Kay, "Dan yang kedua, aku hanya ingin tidur Mr Constantien"

"Constantine. Kau bahkan salah mengeja nama belakangku"

Sontak wajah Kay pun merona menahan rasa malu. Uh sialan, tidak bisakah Sebastian mengabaikan kesalahan sepele itu?

"Kau adalah gadis yang paling rumit yang pernah kutemui, Kay Blakely"

Di dalam benaknya Kay mendengus. Cih tentu saja, gadis yang berada di sekitar pria itu selama ini adalah gadis-gadis murahan yang siap mengangkang untuknya.

Kay memasang ancang-ancang saat Sebastian mulai mengikis jarak di antara mereka. Demi Tuhan Kay tidak takut, dia punya lutut yang cukup kuat untuk meremukkan bola Sebastian.

"Dan sekarang aku tahu alasan mengapa kau selalu ketus kepadaku" bisik Sebastian dengan suaranya yang berat, "Kau hanya takut Kay, kau takut mengakui bahwa sebenarnya dirimu tertarik kepadaku"

Kedua bola mata Kay sontak membesar, tapi kemudian senyum mencemooh terlukis di bibirnya, "Kau tahu apa yang paling tinggi di dunia ini, Mr Constantine?" tanya Kay.

Dahi Sebastian berkerut dalam mendapatkan pertanyaan yang jelas sangat lari dari topik pembicaraan mereka, "Puncak Everest?"

Kay menggeleng pelan, "Bukan"

"Lalu?"

"Kepercayaan dirimu" jawab Kay masih dengan senyum mencemooh yang ia tujukan untuk Sebastian.

Sebastian terkekeh pelan, namun di dalam benaknya ia mengumpat. Sialan, lagi-lagi Kay berhasil mencetak poin hanya dengan melemparkan sindiran pedas yang tepat sasaran.

Tak mau menyerah semudah itu, Sebastian kembali melancarkan aksinya. Ia mengelus lengan Kay dengan ujung jemarinya, memberikan sentuhan seringan bulu yang membuat sekujur tubuh Kay yang sudah lama tidak disentuh merespons dengan sangat cepat, "Jangan terlalu keras kepada dirimu sendiri Amore, lakukan apa yang hatimu katakan. Jika kau menginginkanku maka katakan kepadaku sekarang, kita hidup di dunia ini hanya untuk bersenang-senang"

Rayuan yang sangat mematikan, para gadis yang mendengarnya pasti akan langsung melemparkan diri mereka ke dalam pelukan Sebastian. Namun lain halnya dengan Kay Blakely, rayuan maut Sebastian tidaklah mempan untuk menghapus kebencian gadis itu terhadap pria mata keranjang. Kay bahkan sudah tidak dapat menahan diri lagi, tanpa peringatan ia mendaratkan lututnya dengan keras di antara selangkangan Sebastian sehingga pria itu mengerang kesakitan. Wajahnya memerah menahan rasa ngilu dan nyeri yang tak terhingga pada anggota tubuh kebanggaannya.

"Kau sangat menjijikkan!" cetus Kay sebelum melangkah lebar menuju ke kamarnya.

Persetan jika Sebastian Constantine mengalami luka yang serius pada alat vitalnya. Itu malah bagus, agar dia dapat berpikir dua kali sebelum menggoda seorang gadis di lain hari. Tidak semua gadis bisa Sebastian rayu seperti gadis-gadis yang berhasil dia tiduri, Sebastian Constantine harus belajar menerima penolakan karena selama ini pria itu selalu mendapatkan apa pun yang ia inginkan.

Apa pun, terkecuali Kay Blakely.

— TBC —

Vote+comment for next!

What's Cooking Good Looking? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang