04

5.7K 820 11
                                    

Jeongwoo terbangun di pagi hari dengan keadaan tenggorokan yang terasa serak. Dia merasa haus.

Pemuda itu berusaha bangkit duduk, namun terhenti begitu melihat kepala seseorang disisi samping ranjangnya. Tertidur dengan posisi yang bisa Jeongwoo pastikan sangat tidak nyaman.

Kepala orang itu bergerak kecil. Mungkin sedikit terusik karena merasakan pergerakan dari Jeongwoo tadi.

"Jeongwoo? Kamu udah bangun?" katanya dengan suara serak ketika kepalanya sudah terangkat sepenuhnya menatap Jeongwoo.

Jeongwoo mengangguk, kaku.

Sebenarnya dalam hati, pemuda itu menjerit karena melihat pemandangan yang begitu menyegarkan mata.

Bayangkan, kamu melihat wajah baru bangun tidur dari seorang lelaki super duper tampan.

Apa kondisi jantungmu akan baik-baik saja?


Tentu saja, tidak.





Jeongwoo menggeleng kecil, lalu kembali bergerak merubah posisi menjadi duduk. Tentu dibantu oleh orang itu, yang tidak lain adalah Haruto.

Ya, si tampan yang baru bangun tidur dari posisi tidak nyaman itu adalah Haruto. Orang asing yang tiba-tiba menjadi kekasihnya.


Jeongwoo lalu menoleh menatap lemari kecil disamping ranjangnya, ada satu nampan berisi makanan khas rumah sakit juga segelas air putih.

Pemuda itu berusaha meraih gelas dengan tangan kirinya, namun tentu saja tidak sampai karena posisi lemari kecil itu disebelah kanan.

Haruto yang paham, langsung menghentikan tangan Jeongwoo dan bangkit dari duduknya.

Meregangkan tubuh sebentar, kemudian memutar langkah hingga sampai disisi kanan ranjang Jeongwoo. Meraih segelas air putih diatas lemari kecil, dan menyerahkannya pada Jeongwoo.

"Makasih," ujar Jeongwoo serak.

Haruto mengangguk. Berdiri diam disana memperhatikan Jeongwoo meminum airnya dengan rakus.

Tak lama, Jeongwoo menyerahkan gelas kosong di tangannya pada Haruto.

"Mama Baekhyun dimana?"

Tanya Jeongwoo saat matanya menatap sekeliling kamar rawat itu tapi tak mendapati sosok sang Mama.

Jeongwoo jadi berpikir, mungkin sosok Mama Baekhyun yang kemarin dia lihat hanya halusinasi.



Mendapati pikiran seperti itu, membuat Jeongwoo merasakan sesak didadanya.




Yah, mana mungkin seseorang yang sudah meninggal bahkan sejak Jeongwoo masih berumur 5 tahun, bisa hidup kembali dan ia lihat dengan mata kepala sendiri bahkan berdiri dengan sehat dan mengkhawatirkannya?

Tentu saja, mustahil.



"Mama lagi pulang sebentar. Ngambil pakaian kamu sekalian mandi katanya. Kamu kan gak pernah nyaman pake pakaian rumah sakit,"

Jeongwoo langsung menolehkan kepala menatap Haruto mendengar jawaban pemuda itu.


Jadi, Mamanya bukan ilusi?

Mamanya benar-benar masih hidup?


Tapi, bagaimana mungkin???










"Kamu mau aku nelpon Mama biar cepet balik kesini?"

Haruto maju selangkah mendekati ranjangnya, kemudian tangan pemuda itu terangkat merapikan rambut Jeongwoo yang tidak tertutup perban. Lalu berganti jadi mengelus kepalanya itu.

Beautiful Hell (END)Where stories live. Discover now