✐ | 3. Perhatian calon orang tua

155 27 0
                                    

Saat Arajin mulai terbangun, ia melihat Matakara yang duduk di samping ranjang Rumah Sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat Arajin mulai terbangun, ia melihat Matakara yang duduk di samping ranjang Rumah Sakit. Namun, yang membuat Arajin sangat terkejut adalah ketika tangan kanan lelaki itu berada di atas perutnya; mengelus perlahan sambil berkata, “Jadi dia hidup di sini?” gumamnya.

“Ada apa denganmu?” tanya Arajin yang seketika terbangun dan mulai mendudukan diri. Matakara yang sedari tadi mengelus pelan perut Arajin, kini sudah menarik tangannya tetapi tetap tidak melunturkan tatapan seriusnya.

“Aku sudah tahu semuanya, aku akan bertanggung jawab.”

“Apa Kak Ken memberitahumu?”

Sebagai jawaban, lelaki itu mengangguk. “Aku akan bertanggung jawab atas dirimu dan juga anak kita, untuk masalah keluargaku sepertinya aku butuh waktu untuk memberi tahu mereka. Kedua orang tuaku masih berada di luar negeri untuk perjalanan bisnis, satu bulan ke depan mungkin akan kembali. Dan untuk orang tuamu, katakan saja padaku kapan kau siap; aku yang akan berbicara langsung dengan orang tuamu.”

“Kau yakin akan bertanggung jawab? Atau hanya merasa kasihan terhadapku?” Saat ini banyak pikiran memenuhi otak Arajin, rasa cemas dan takut selalu ia rasakan akhir-akhir ini. Itu sebabnya ia merasa stres dan berakibat pada kondisi fisiknya.

“Aku melakukannya demi anak kita.”

Saat mengatakan hal itu, kedua netra Matakara benar-benar terlihat serius. Tidak ada keraguan dalam wajahnya membuat Arajin merasa cukup lega. “Terima kasih,” ucapnya.

Arajin sama sekali tidak peduli jika Matakara tidak mencintainya, yang ia butuhkan sekarang adalah seseorang yang suatu saat mampu untuk menjaga anak dalam kandungannya. Ia takut hal yang menimpa ayahnya akan terjadi pada dirinya juga tetapi yang ia takutkan, ia tak begitu beruntung dapat memiliki seorang lelaki seperti Papanya.

Ayah Arajin memang selamat ketika menjalani operasi sesar saat melahirkannya tetapi tahun-tahun berikutnya beliau mulai sakit-sakitan karena tubuhnya mulai melemah, sehingga di usia ketika Arajin masihlah berusia 9 tahun, ayahnya meninggal. Meninggalkan ia dan juga Papanya.

“Arajin, aku ... A–ku akan berusaha mencintaimu. Ku harap juga kau berusaha mencintaiku,” ujar Matakara mampu membuat Arajin terpana. Tidak bisa dipungkiri jika saat ini Arajin masih tidak percaya jika lelaki di hadapannya adalah lelaki yang sama dengan lelaki yang menolaknya terus menerus sedari kemarin.

*.˚ 🎀 ˚.*

Kini Arajin duduk di kursi penumpang, sementara Matakara tengah mengendarai mobil miliknya dengan laju sedang. Lelaki itu benar-benar serius akan bertanggung jawab, sedari di Rumah Sakit sampai kini mengantarkannya pulang—Matakara terus memperhatikannya, dari mulai membantu Arajin melangkah bahkan hanya untuk sekedar mengambil sesuatu saja, Matakara lah yang melakukannya.

“Apa kau ingin makan sesuatu? Kita bisa pergi makan malam terlebih dahulu sebelum pulang,” ujar Matakara sambil fokus mengendarai mobilnya.

Don't Go | MaraJinWhere stories live. Discover now