Twelve part 1

4K 274 28
                                    

TIDAK DIPERKENANKAN MENERBITKAN ULANG FANFIC INI DI SITUS LAIN TANPA IZIN DARI PENULIS

.:R E S P E C T:.

ENJOY YOUR READ BUT DON’T STEAL ANY CONTENT FROM THIS FANFIC

.

.

.

.

Disclaimer: Kishimoto Masashi

.

.

Bacalah fic ini di waktu senggang Anda. Jangan sia-siakan waktu utama Anda untuk baca fic ini.

Khusus untuk yang muslim, jangan lupa sholat, ya…

Sincerely,

miyazaki rully bee

.

.

.

.

Hinata pingsan.

Begitu mudahnya melarikan diri dari masalah.

Situasinya memang tidak bagus.

Saat pagi menjelang, masih setengah ngantuk dan mata yang berat, Hinata terbangun mendengar suara tangisan. Popoknya basah, dan si bayi merasakan ketidak-nyamanan. Hinata mengambil satu popok yang masih baru dari lemari, menaburkan bedak setelah membersihkan pantat si bayi dan menyingkirkan popok lamanya yang sudah berat karena dipakai semalaman. Baru saja selesai merekatkan dua perekat di sisi popok disposable di sekitar pinggul si bayi, muncul asap pekat yang membubung seperti setelah ledakan kecil. Jam di ruang tengah berdentang enam kali. Saat itulah si bayi pergi dan digantikan laki-laki muda bertampang keren yang katanya paling populer di kota.

Dan begitulah, Hinata pingsan.

"Tch! Kenapa harus di saat begini?" keluh Sasuke. Dia melepas popok mungil yang robek di sekitar pinggulnya, melompat keluar dari box bayi, meraih selimut terdekat dan menutupi dirinya yang telanjang.

Gadis yang terkapar di lantai ia perhatikan sesaat, memendam kekecewaan karena sudah terbiasa dengan reaksi Hinata. Melangkahi tubuh sang Hyuuga dengan tenang, Sasuke pergi mandi. Di hadapan cermin kamar mandi, ia mengamati dirinya. Otot lengan membentuk tonjolan-tonjolan menarik, perut rata nan mulus, dada yang banyak dipuji karena menurut banyak cewek termasuk dalam kategori dada bidang, dan rambut yang menjuntai sempurna.

Sasuke menyeringai, selalu suka menyambut pagi.

Perutnya berbunyi begitu ia keluar dari kamar mandi. Sudah lebih beradab dengan berpakaian, Sasuke duduk di ranjang kamarnya. Hinata masih pingsan di dekat box bayinya, tak bergerak seperti karang.

"Oi!" Kaki Sasuke mendorong tubuh Hinata. "Oi! Oi!" Hinata masih bergeming. "Hinata! Buatkan aku sarapan!"

Gadis yang ia beri perintah masih tak bergerak. Sasuke mulai kesal. Dia benar-benar lapar saat ini. Mana mungkin bisa kenyang kalau satu-satunya hal yang masuk ke dalam perutnya semalam hanya sebotol susu hangat. Ukuran perutnya juga membesar seiring malam yang berganti pagi seperti semua bagian tubuhnya yang lain. Jadi, rasa lapar memang tak bisa dihindari. Dan di mana seharusnya ia menikmati sarapannya di waktu seperti ini, Hinata malah asyik pingsan sendiri.

Menelan kekesalannya, Sasuke bangun. Suara sandal rumahnya yang bergesekan dengan lantai tak menutupi keluhannya. Sasuke terkadang berbicara sendiri, mengeluh, karena dia sudah lelah bersabar. Kenapa harus ada kutukan seaneh ini?

Kimi to BokuUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum