Chapter 15

2.9K 306 62
                                    

Anna duduk menyandarkan tubuhnya ke kepala brangkar. Kei tidur dengan bantal yang berada di antara kaki Anna. Ini sudah 3 hari berlalu dan kondisi Kei juga membaik. Anna dengan telaten mengusap kepala Kei sambil bergumam lembut lagu-lagu manis.

Xavier sedang kuliah setelah 2 hari membolos, begitupun dengan Agam dan yang lain. Bi Asih berada di rumah melakukan pekerjaannya. Kei juga sudah mengenal Gilbert saat Papa dari Adrian dan Agam itu menjenguknya.

"Dek.. nau makan apa?" tanya Anna.

Kei menggeleng. "Pulang.." Anna menghela nafas. "Jangan minta pulang, nanti Xavier marah."

Benar, dari kemarin anak itu terus meminta pulang membuat Xavier jengah dan hampir lepas kendali. Bukannya apa, Kei selalu tak suka berada di rumah sakit. Makanan yang hambar, dan alat-alat medis yang berada di tubuhnya sungguh mengganggu.

Beda lagi dengan Xavier, ia tidak akan membawa Kei pulang sebelum dokter mengizinkannya. Memang si keadaan sang adik sudah pulih, Kei mungkin hanya merasakan lemas dan kepalanya yang akan sedikit pusing. Tetap saja, ia akan merawat Kei di rumah sakit. Tidak ada bantahan.

"Mbak Anna."

"Iya, sayang?"

"Kak Vier belum pulang?"

Anna mengangguk. "Sebentar lagi." jawabnya. Kei bergumam, Anna kembali mengusap kepala Kei dan menyanyi lembut membuat anak itu kembali terlelap.

•••

Dika— remaja tanggung itu sedang berada di salah satu tempat kotor. Di tempat ini banyak orang mabuk, berjudi bahkan bercumbu. Hampir sama seperti club tapi tempat ini merupakan sebuah warung kopi.

Dika mabuk, ia ingin melupakan masalahnya sejenak. Lagi pula ia tak punya tempat untuk pulang. Orang tua? Mereka mengusirnya dan tak memberi sepeserpun uang. Teman? Tch, itu hal tabu baginya sekarang.

Tadi ia menghubungi Dimas, Adi dan Esa untuk meminta bantuan. Tapi apa boleh buat, ketiga temannya sudah tak bisa membantunya. Mereka bahkan di larang berteman dengan Dika. Orang tua ketiganya datang ke rumah untuk memarahi orang tua Dika karena anak mereka susah masuk ke sekolah baru akibat memiliki catatan kriminal di sekolah lamanya.

Dika sudah tak memiliki siapapun, semua orang pergi dan itu karena ulahnya sendiri. Karma, mungkin ini karma yang harus di terimanya. Ia sudah tak peduli, hidupnya sudah hancur dan tak ada satu pun orang yang berniat membantu memperbaikinya.

"Haha~ Kei.. GUE BENCI SAMA LO!" teriaknya sambil melempar botol alkohol. "ARGH!"

Dika berteriak sambil melempar apapun yang ia lihat. Kei— nama yang sedari awal ingin ia singkirkan.. tapi malah ia sendiri yang tersingkir oleh Kei yang bahkan tak berbuat apapun.

•••

"Mau pulang.."

Xavier yang baru saja masuk ke dalam ruang rawat sang adik sudah di sambut pekikan sang empu. Xavier lalu menaruh bubur ayam nya di nakas. "Makan." ucapnya.

Xavier membeli bubur ayam karena Kei tak suka memakan bubur rumah sakit yang dingin dan hambar.

"Abis makan pulang?" tanya Kei.

"Abis makan diem, jangan ngoceh." jawab Xavier malas.

Agam yang berada di sana terkekeh sedangkan Kei mencebik bibirnya kesal. Agam lalu memindahkan bubur itu ke mangkuk dan menghampiri Kei.

"Makan ya, biar bisa pulang." ucapnya sambil tersenyum. Kei mengangguk pelan, baru Agam akan menyuapinya tapi anak itu menggeleng. "Sendiri aja."

Agam tersenyum, ia lalu memberi alih mangkoknya dan membiarkan Kei makan sendiri. Xavier duduk di sofa sambil memainkan ponselnya, sesekali ia melirik Kei yang duduk anteng dengan bubur di kedua tangannya dan pandangannya yang menatap TV membuat Xavier tersenyum tipis.

Anna sudah kembali pulang ke rumah nya tadi, oleh karna itu Xavier dan Agam langsung menyelesaikan urusannya dan langsung ke rumah sakit.

Hari ini,

Tepatnya sudah seminggu lebih Kei berada di rumah sakit. Ia benar-benar ingin pulang. Karena jengah oleh rengekan Kei, Xavier memanggil dokter Yuda agar memeriksa kondisi anak itu.

"Sudah baik, tapi lebih baik lagi sehari atau dua hari dulu di sini." jawab Dokter Yuda setelah memeriksa kondisi Kei.

"Bisa di rawat di rumah?" tanya Xavier.

Dokter Yuda mengangguk. "Bisa, jaga pola makan dan istirahat yang cukup. Jangan memikirkan hal-hal berat yang bisa membuat otaknya bekerja lebih keras." jawab dokter Yuda.

"Saya akan merawat Kei di rumah." ucap Xavier.

Kei tersenyum senang, akhirnya. Sebenarnya Xavier tak yakin, ayolah ia adalah orang yang parnoan jika menyangkut kesehatan sang adik. Tapi karena melihat anak itu yang memang sudah tak nyaman berada di sini, jadi ia akan merawat Kei di rumah saja.

Dokter Yuda tersenyum. "Baiklah, saya akan buatkan obat untuk di bawa pulang." Xavier mengangguk tak lupa mengucapkan terimakasih.

Sepeninggalan dokter Yuda, Xavier lalu menghampiri Kei. "Kalo udah pulang jangan mau kesini lagi."

Kei mempoutkan bibirnya. "Kei juga gak mau." jawabnya membuat Xavier tersenyum tipis.

.

.

.

To be continued

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[A/N : Uhm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[A/N : Uhm.. Aku mau minta maaf dulu karna di chapter sebelumnya mungkin aga terlalu fulgar ya, segala gajah duduk sama kondom ku bawa-bawa 😭🤣

Tapi kalo kaliannya gak masalah, nanti aku lanjut lagi Special Chapter Kei sama Tomi sama teman-temannya. Gimana-gimana?

Yang paling penting jaga kesehatan ya, and be happy 💜]

Sibling'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang